THYPUS ABDOMINALIS
Dosen Pengampu
Akhmad Rizani, S.Kp, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP TYPUS ABDOMINALIS”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas keperawatan medikal bedah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. (Suryadi,Skp,2001:281).
Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul
dalam wabah.
(Markum, 1991).
2.2 Etiologi
Typus Abdominalis disebabkan oleh Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela
paratyphosa.
Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen
yaitu:
a. Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli
sakarida.
b. Antigen H (Hauch)
Terdapat pada flagela dan bersifat
termolabil.
c. Antigen Vi (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap
fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57) Masa inkubasi kuman ini 10-20 hari. Kuman
tumbuh pada suhu 15 – 41°C dan pH pertumbuhan 6 – 8
2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella Typhi masuk tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai
jaringan limpoid plak peyeri di ileum terminilis yang mengalami hipertropi. Bila
terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina
propia, masuk aliran limpe dan mencapai kelenjar limpe mesenterial dan masuk aliran
darah melalui duktustorasikus. Salmonella Typhi lain dapat mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella Typhi bersarang di plak peyeri, limpe, hati, dan
bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin Salmonella Typhi berperan
dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak.
Salmonella Typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi thypus.
Patogenesis (tata cara masuknya kuman Abdominalis kedalam tubuh) pada penyakit
Abdominalis ini dibagi atas 2 bagian yaitu:
Menembus dinding usus masuk kedalam darah. Diphagosititis oleh kuman RES
(Reticule Endothelial System) dalam hepar dan lien disini kuman berkembangbiak
dan masuk kedalam darah lagi dan menimbulkan infeksi di usus lagi.
Bacil melalui tonsil secara Lymphogen dan Haemophogen masuk kedalam hepar dan
lien, bacil mengeluarkan toxin, toxin inilah yang menimbulkan gejala klinis. (Putri,
2013)
2.4 Patogenesis
Penularan thypus salmonella terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar.
Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.
Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai
berikut:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.
2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi
reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine
positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal
positif pada akhir fase ini.
3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall
bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.
2.5 Manifestasi Klinis
Walaupun gejala typus abdominalis bervariasi tapi secara garis besar gejala yang
timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare dan
suhu badan meningkat (39-410C).
Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan
tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak
lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa,
dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran
dari ringan seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada awal minggu kedua,
merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.
2.7 Komplikasi
1. Perdarahan usus.
2. Perforasi usus.
3. Peritonitis.
4. Bronkitis dan Bronkopeneumonia.
5. Meningitis.
6. Miokarditis.
7. Hepatomegali.
8. Splenomegali.
b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat akan
memudahkan penularan.
c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada
tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan.
d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau air
yang tercemar tersebut dipergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa direbus
atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap,
ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.
e. Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat mencemari air,
makanan dan minuman atau lingkungannya.
f. Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang
lain dan lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak
putus putusnya.
g. Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan
menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan
makanan yang tercemar ini.
1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang
sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat
C).
3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas dengan pembasmi lalat.
2.10 Penatalaksanaan
1. Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. Diet harus mengandung.
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
Tuan E, berusia 17 tahun status belum menikah, suku jawa dan agama islam. Tuan E
sebagai pelajar dan tinggal di kampung dukuh no. 23 rt. 05 rw. 03. Tuan E datang ke
RS. Suka Peduli dengan keluhan demam 7 hari dan pada pagi hari demam turun tapi
pada sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan sakit pada perut bagian
bawah. Dari pemeriksaan di dapat lidah kering dan dilapisi selaput tebal, pasien
nampak lemah. Pasien mengatakan kurang tahu banyak dengan penyakitnya dan nafsu
makan berkurang. Dari pemeriksaan perut bawah ada pembengkakan dan klien
nampak bingung dengan penyakitnya. Dari hasil pemeriksaan : TD = 120/80 mmhg,
HR = 90 x/menit, T = 390C, R = 23 x/menit.
2.12 Pengkajian
A. Identitas Diri
Nama : Tuan E.
Usia : 17 tahun.
TTL : Jawa Tengah, 20 Mei 1996.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Pekerjaan : Pelajar.
Alamat : Jl. Kampung dukuh n0. 23 rt. 10 rw. 05
Agama : Islam.
Suku : Jawa Tengah.
Status : Belum menikah.
B. Keluhan Utama : Demam, mual, muntah, sakit pada perut bawah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat penyakit dahulu.
D. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
E. TTV :
TD = 120/80 mmhg
HR = 90 x/menit
T = 390C
R = 23 x/menit
A. Aktifitas dan Istirahat
Klien merasa terganggu dengan kondisi sekarang dan tidur tidak pernah nyenyak
akibat nyeri di perut.
B. Nutrisi
Klien makan hanya 2x sehari kadang hanya 1x sehari, nafsu makan menurun.
C. Eliminasi
BAB = 1-3 x sehari. BAK = 4-6 x sehari.
D. Seksual
Klien tidak melukakan hubungan seksual karena belum menikah.
E. Spiritual
Klien tidak khusyu dalam beribadahnya.
2.13 Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b.d proses infeksi salmonella typhi.
2. Nyeri b.d proses inflamasi karena peradangan di usus halus.
3. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
4. Resiko tinggi kurang cairan b.d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
2.14 Intervensi
NO Dx Tujuan Intervensi
1. Peningkatan Tujuan : 1. Monitor tanda-
suhu tubuh mempertahankan tanda infeksi.
3.1 Kesimpulan
Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke
mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah.
(Markum, 1991).
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat diperlukan dari hal yang kecil
seperti mencuci tangan setiap atau sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, seperti;
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun, mencuci tangan setelah dari
kamar mandi. Meminum air yang bersih dan sudah dimasak, makan dengan yang bersih
tidak dihinggapi lalat.
DAFTAR PUSTAKA