Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

THYPUS ABDOMINALIS

Dosen Pengampu
Akhmad Rizani, S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 9

Nor Khalisyah P07120121049

Novia Evita Ratih P07120121052

Nurul Fitriani P07120121054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP TYPUS ABDOMINALIS”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas keperawatan medikal bedah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarbaru, 10 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi .................................................................................................... 4
2.4 Patogenesis ..................................................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................... 5
2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 6
2.7 Komplikasi ...................................................................................................... 7
2.8 Cara Penularan ................................................................................................ 7
2.9 Cara Pencegahan ............................................................................................. 8
2.10 Penatalaksanaan ............................................................................................ 8
2.11 Kasus ............................................................................................................. 9
2.12 Pengkajian ..................................................................................................... 10
2.13 Diagnosa ....................................................................................................... 11
2.14 Intervensi ...................................................................................................... 12
BAB III : PENUTUP .......................................................................................................... 14
Kesimpulan ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara
berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap
tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus
per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid
merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah
di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari
seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi
2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalis
adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam tifoid yang tersebar di
seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk
merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah
baik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000
penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun,
tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,
tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak
dari perempuan dengan perbandingan 3:1. Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan
saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila
makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan
suatu demam tifoid bila terdapat demam terusmenerus lebih dari 1 minggu yang tidak
dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif,
nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari
(BahtiarLatif, 2008).
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah yang kami buat yaitu berjudul ”ASKEP THYPUS ABDOMINALIS”.
Memberikan informasi kepada pembaca tentang askep typus abdominalis secara
lengkap.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah definisi dari typus abdominalis,
penyebab dari types abdominalis, patofisiologi dari typus abdominalis, menifestasi
klinis dari typus abdominalis, pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyakit typus
abdominalis, komplikasi yang terjadi bila terserang typus abdominal dan askep dari
typus abdominalis.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. (Suryadi,Skp,2001:281).
Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul
dalam wabah.
(Markum, 1991).

2.2 Etiologi
Typus Abdominalis disebabkan oleh Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela
paratyphosa.
Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen
yaitu:
a. Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli
sakarida.
b. Antigen H (Hauch)
Terdapat pada flagela dan bersifat
termolabil.
c. Antigen Vi (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap
fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57) Masa inkubasi kuman ini 10-20 hari. Kuman
tumbuh pada suhu 15 – 41°C dan pH pertumbuhan 6 – 8
2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella Typhi masuk tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai
jaringan limpoid plak peyeri di ileum terminilis yang mengalami hipertropi. Bila
terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina
propia, masuk aliran limpe dan mencapai kelenjar limpe mesenterial dan masuk aliran
darah melalui duktustorasikus. Salmonella Typhi lain dapat mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella Typhi bersarang di plak peyeri, limpe, hati, dan
bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin Salmonella Typhi berperan
dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak.
Salmonella Typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi thypus.
Patogenesis (tata cara masuknya kuman Abdominalis kedalam tubuh) pada penyakit
Abdominalis ini dibagi atas 2 bagian yaitu:
Menembus dinding usus masuk kedalam darah. Diphagosititis oleh kuman RES
(Reticule Endothelial System) dalam hepar dan lien disini kuman berkembangbiak
dan masuk kedalam darah lagi dan menimbulkan infeksi di usus lagi.
Bacil melalui tonsil secara Lymphogen dan Haemophogen masuk kedalam hepar dan
lien, bacil mengeluarkan toxin, toxin inilah yang menimbulkan gejala klinis. (Putri,
2013)

2.4 Patogenesis
Penularan thypus salmonella terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar.
Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.
Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai
berikut:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.
2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi
reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine
positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal
positif pada akhir fase ini.
3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall
bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.
2.5 Manifestasi Klinis
Walaupun gejala typus abdominalis bervariasi tapi secara garis besar gejala yang
timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare dan
suhu badan meningkat (39-410C).
Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan
tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak
lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa,
dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran
dari ringan seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada awal minggu kedua,
merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah tepi hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu
menentukan penyakit dengan cepat.
Pemeriksaan darah tepi memberi gambaran
mengenai : Leukopenia
Eosinopilia
Trombositopinia
2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan
adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik, eritropoetik dan
trombopoetik yang berkurang.
3. Biakan empedu untuk mengetahui salmonella thyphosa dalam darah penderita
terutama pada minggu pertama. Selanjutnya ditemukan dalam fases dan
mmungkin akan tetap positif dalam waktu lama.
4. Pemeriksaan widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum
penderita demam tipoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan
orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid. Akibat infeksi salmonella
thypi penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu aglutinin O, aglutinin H,
aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosi. Makin tinggi titernya makin besar
kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji
widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling
sedikit 5 hari. Peningkatan titer widal 4 kali dalam 1 minggu dianggap dengan
demam thyfoid positif.
Penilaian Titer O > 160, titer H > 640 dianggap demam thyfois positif.

2.7 Komplikasi
1. Perdarahan usus.
2. Perforasi usus.
3. Peritonitis.
4. Bronkitis dan Bronkopeneumonia.
5. Meningitis.
6. Miokarditis.
7. Hepatomegali.
8. Splenomegali.

2.8 Cara Penularan


a. Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman penyebab
penyakit tifus.

b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat akan
memudahkan penularan.

c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada
tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan.

d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau air
yang tercemar tersebut dipergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa direbus
atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap,
ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.

e. Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat mencemari air,
makanan dan minuman atau lingkungannya.

f. Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang
lain dan lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak
putus putusnya.
g. Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan
menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan
makanan yang tercemar ini.

2.9 Cara Pencegahan

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang
sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat
C).

2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah membuangnya


secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri
Salmonella typhi. Terutama ke makanan.

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas dengan pembasmi lalat.

4. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman


masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah
bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa
(tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

5. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar


dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah,
sewaktuwaktu penyakitnya akan kambuh.

2.10 Penatalaksanaan
1. Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. Diet harus mengandung.
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.


c.Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv.
Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral.
Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg +
trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan
infus.
Ampisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b. Antipiretik seperlunya.
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C.
2.11 Kasus

Tuan E, berusia 17 tahun status belum menikah, suku jawa dan agama islam. Tuan E
sebagai pelajar dan tinggal di kampung dukuh no. 23 rt. 05 rw. 03. Tuan E datang ke
RS. Suka Peduli dengan keluhan demam 7 hari dan pada pagi hari demam turun tapi
pada sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan sakit pada perut bagian
bawah. Dari pemeriksaan di dapat lidah kering dan dilapisi selaput tebal, pasien
nampak lemah. Pasien mengatakan kurang tahu banyak dengan penyakitnya dan nafsu
makan berkurang. Dari pemeriksaan perut bawah ada pembengkakan dan klien
nampak bingung dengan penyakitnya. Dari hasil pemeriksaan : TD = 120/80 mmhg,
HR = 90 x/menit, T = 390C, R = 23 x/menit.

2.12 Pengkajian

A. Identitas Diri
Nama : Tuan E.
Usia : 17 tahun.
TTL : Jawa Tengah, 20 Mei 1996.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Pekerjaan : Pelajar.
Alamat : Jl. Kampung dukuh n0. 23 rt. 10 rw. 05
Agama : Islam.
Suku : Jawa Tengah.
Status : Belum menikah.
B. Keluhan Utama : Demam, mual, muntah, sakit pada perut bawah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat penyakit dahulu.
D. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
E. TTV :
TD = 120/80 mmhg
HR = 90 x/menit
T = 390C
R = 23 x/menit
A. Aktifitas dan Istirahat
Klien merasa terganggu dengan kondisi sekarang dan tidur tidak pernah nyenyak
akibat nyeri di perut.
B. Nutrisi
Klien makan hanya 2x sehari kadang hanya 1x sehari, nafsu makan menurun.
C. Eliminasi
BAB = 1-3 x sehari. BAK = 4-6 x sehari.
D. Seksual
Klien tidak melukakan hubungan seksual karena belum menikah.
E. Spiritual
Klien tidak khusyu dalam beribadahnya.

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Klien mengatakan demam Peningkatan suhu tubuh Hipertermia
DO : Suhu klien 390C

DS : klien mengatakan Mual, Peningkatan produksi asam Nutrisi kurang dari


muntah dan kurang nafsu makan lambung kebutuhan tubuh
DO : Pasien lemah

DS : klien mengatakan sakit perut Karena kuman masuk ke Hepatomegali dan


bagian bawah aliran darah dan reaksi nyeri
DO : adanya pembengkakan di inflamasi
perut bagian bawah
DS : klien mengatakan kurang Kurang terpapar informasi Kurang pengetahuan
tahu banyak mengenai mengenai penyakitnya
penyakitnya.
DO : Klien nampak bingung
dengan penyakitnya

2.13 Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b.d proses infeksi salmonella typhi.
2. Nyeri b.d proses inflamasi karena peradangan di usus halus.
3. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
4. Resiko tinggi kurang cairan b.d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.

2.14 Intervensi
NO Dx Tujuan Intervensi
1. Peningkatan Tujuan : 1. Monitor tanda-
suhu tubuh mempertahankan tanda infeksi.

(hypertermia) suhu tubuh dalam 2. Monitor tanda-

b.d proses batas normal pada tanda vital tiap 2 jam.

infeksi jangka waktu 3. Berikan suhu

salmonella 1x24 jam lingkungan yang

Kriteria Hasil: nyaman bagi pasien.


typhi.
Kenakan pakaian tipis
1. Suhu antara 36o-
pada pasien.
37o c. 2. RR dan
4. Kompres dingin
nadi dalam batas
pada daerah yang tinggi
normal.
aliran darahnya.
3. Membran
5. Kolaborasi
mukosa lembab
berikan cairan iv sesuai
4. Kulit tidak
kebutuhan atau
dingin dan bebas
anjurkan intake cairan
dari keringat yang
yang adekuat.
berlebih
6. Berikan
5. Pakaian
antipiretik, jangan
dan tempat tidur
berikan aspirin.
pasien kering
7. Monitor
komplikasi neurologis
akibat demam.
2. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan tidakan 1. Awasi skala nyeri.
inflamasi karena keperawatan selama 2x24 2. Beri posisi nyaman.
peradangan di jam diharapkan nyeri 3. Awasi TTV.
usus halus. berkurang dan dapat tidur 4. Ajarkan dan bantu klien
nyenyak. melakukan relaksasi dan
Kriteria Hasil : distraksi.
1. Tidak ada 5. Ciptakan lingkungan yang
mengekspresikan tenang.
nyeri secara verbal 6. Kolaborasi pemberian obat
atau pada wajah. anti nyeri dengan dosis
sesuai kebutuhan.
2. Klien tidak gelisah.
3. Tingkat nyeri
berkurang.

3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Awasi pemasukan


ganguan Kebutuhan nutrisi terpenuhi diet/jumlah kalori. Berikan
pemenuhan Kriteri hasil : porsi kecil tapi sering dan
kebutuhan 1. Intake terpenuhi. tawarkan makan pagi
nutrisi kurang 2. Nafsu makan dengan porsi paling besar.
dari kebutuhan meningkat. 2. Berikan perawatan mulut
tubuh b.d intake 3. Berat badan kembali sebelum makan.
yang tidak normal. 3. Konsul ahli diet, dukungan
adekuat, mual 4. Tidak mual dan tim nutrisi untuk
muntah, muntah. memberikan diet sesuai
anoreksia. kebutuhan klien.
4. Awasi glukosa darah.
5. Berikan obat sesuai
indikasi: antasida,
antiemetik, vitamin B
kompleks.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke
mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah.
(Markum, 1991).
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat diperlukan dari hal yang kecil
seperti mencuci tangan setiap atau sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, seperti;
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun, mencuci tangan setelah dari
kamar mandi. Meminum air yang bersih dan sudah dimasak, makan dengan yang bersih
tidak dihinggapi lalat.
DAFTAR PUSTAKA

Frida. 2012. Asuhan Keperawatan Thypoid Abdominalis. http.//seputarsehat.com/,


diperoleh tanggal 05 April 2013.
Ferbriani. 2012. Demam Tifoid dan Paratifoid (Tifoid Abdominalis).
http.//artikelkedokteran.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.
Nurman. 2013. Asuhan Keperawatan pada Tifus Abdominalis.
http.//dedia1996.blogspot.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.
Andri. 2012. THYPUS ABDOMINALIS. http://anfebfel.blogspot.com/, diperoleh tanggal
05 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai