Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

H DENGAN TYPOID

DI LANTAI 4 PERAWATA UMUM

RSIA HERMINA BOGOR

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Dasar II

Disusun Oleh :
Erlita Solihat / NRP : 13162

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA BOGOR

HERMINA HOSPITAL GROUP

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. H Dengan Typoid Di Lantai 4 Perawatan Umum”.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu pembimbing klinik yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini dapat selesai.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat
saya harapkan.

Bogor, Januari 2014

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................2
A. Definisi...................................................................................................................2
B. Etiologi...................................................................................................................2
C. Manifestasi Klinis...................................................................................................3
D. Patofisiologis..........................................................................................................4
E. Komplikasi.............................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................6
G. Penatalaksanaan......................................................................................................9
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................11
A. Pengkajian............................................................................................................11
B. Diagnosa...............................................................................................................15
C. Perencanaan..........................................................................................................16
D. Implementasi........................................................................................................16
E. Evaluasi................................................................................................................16
BAB IV
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................17
A. Pengkajian............................................................................................................17
B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan...................................................................26
C. Tindakan Keperawatan.........................................................................................29

ii
BAB V
PENUTUP.......................................................................................................................38
A. KESIMPULAN....................................................................................................38
B. SARAN.................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saluran pencernaan merupakan organ yang aktif secara metabolis karena selalu
terekspos oleh berbagai macam zat selama proses mencerna makanan. Makanan
kemungkinan mengandung kontaminan yang merugikan saluran pencernaan. Dengan
demikian saluran pencernaan merupakan organ yang rentan terhadap gangguan.
Gangguan saluran pencernaan bervariasi dari yang ringan hingga yang berat dan dapat
menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan baik, salah satu gangguan sistem
pencernaan yang akan dibahas pada makalah ini adalah thypoid.
Penyakit Demam Thypoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella
Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia
balita, anak-anak dan dewasa. (Djoko Widodo, 2006).

2. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui tentang:
a. Penulis mampu melaksanakan dan melakukan pengkajian data klien Ny. H
dengan gangguan sistem pencernaan: typhoid.
b. Mengidentifikasikan diagnosa keperawatan pada klien Ny. H dengan
gangguan sistem pencernaan: typhoid.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien Ny. H dengan gangguan
sistem pencernaan: typhoid.
d. Melakukan implementasi pada klien Ny. H dengan gangguan system
pencernaan: typhoid.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Ny. H dengan gangguan sistem
pencernaan: typhoid.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003).
Demam thypoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 ).

B. Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam,
toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001).
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun,
ini akan dapat menginfeksi orang lain. Adapun beberapa macam dari salmonella typhi
adalah sebagai berikut:
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a. Antigen O ( Ohne Houch) : somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida
dan tidak menyebar
b. Antigen H (Houch) : menyebar. Terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.

2
c. Antigen K (selaput) dan protein membrane hialin : kapsul yang meliputi
tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap patogenesis. Masa intubasi
10-20 hari.
Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang
lazim disebut aglutinin.
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C

C. Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
1. Minggu I
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya seperti demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
2. Minggu II
Pada minggu II gejala/tanda klinis menjadi makin berupa demam remiten,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran dari ringan sampai berat. (Ranuh, Hariyono, dan
dkk. 2001).
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
 Nyeri kepala (frontal) 100%
 Kurang enak di perut 50%
 Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
 Berak-berak 50%
 Muntah 50%
Gejala:
 Demam 100%
 Nyeri tekan perut 75%

3
 Bronkitis 75%
 Toksik 60%
 Letargik 60%
 Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)

D. Patofisiologis
Kuman S. typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang
mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi. Kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfeini S. typhi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus.
Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi
bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial.
Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian-eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia
pada demam tifoid. Endotoksin S. typhi berperan pada patogenesis demam tifoid,
karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan setempat S. typhi
berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S. typhi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.

4
Pathway

Bakteri salmonella Thypi

Masuk ke saluran cerna melalui


Sebagian dimusnahkan makanaan dan minuman
di lambung
Peradangan pada saluran cerna
Peningkatan produksi
asam lambung Merangsang pelepasan zat
pirogen oleh leukosit
Mual, muntah
Zat pirogen beredar dalam darah
Intake yang kurang
Hipotalamus Peradangan pada usus halus
(inadekuat)

Merespon dengan
Perubahan nutrisi kurang Reaksi inflamasi
meningkatkan suhu tubuh
dari kebutuhan tubuh

DEMAM THYPOID/ THYPUS Gangguan rasa nyaman :


ABDOMINALIS Nyeri

Peningkatan suhu tubuh Infasi kuman pada usus halus


( Hipertermi)
Ileum terminalis

Kurang informasi Sebagian menetap dan hidup di Sebagian menembus lamina


ileum terminalis propia

Kurang pengetahuan
Perdarahan dan perforasi Masuk ke aliran darah

Kekurangan volume Masuk dan bersarang


cairan di hati dan limfa

Hepatomegali , Splenomegali
(pembesaran hati dan limfa)
5
E. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus : hal ini disebabkan karena kuman masuk dalam tubuh
yang menyebabkan terjadinya hipertrofi usus sehingga terjadi perdarahan.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan penurunan tekanan darah dan suhu
tubuh, denyut nadi bertambah cepat dan kecil, kulit pucat, penderita
mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel.
b. Perporasi usus : Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum.
c. Ilius paralitik
d. Peritonitis : Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan yaitu nyeri
perut hebat, kembung, dinding abdomen tegang (defense muskulair), nyeri
tekan, TD menurun, Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang,
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu
singkat.
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan thypoid adalah pemeriksaan
laboratorium yang terdiri dari:

6
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.
4. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Tifoid. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.

7
Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin) yaitu:
 Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
 Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
 Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai
bakteri.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001).
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
3) Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.

8
8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies
dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil
uji widal.
3) Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
1. Obat-obatan
1) Antimikroba
Antimikroba diberikan setelah 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
2) Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat
diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
3) Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
4) Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim) atau dosis yang sama IV,
dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
5) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2
minggu
6) Antipiretik seperlunya
7) Vitamin B kompleks dan vitamin C
2. Bila terjadi komplikasi diberikan therapi yang sesuai, misalnya intravena
fluid drip (IVFD). Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada

9
keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam
kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan
1) Penderita perlu dirawat di RS untuk observasi, dan pengobatan
2) Tirah baring atau bed rest selama 5-7 hari bebas panas
3) Mobilisasi sewajarnya, sesuai kondisi
4) Bila kesadaran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi dan
komplikasi yang lain.
b. Diet
1) Diet lunak atau diit selulosa (pantang sayur dan buah buahan) kecuali
komplikasi pada intestinal.
2) Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein (TKTP)
3) Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan
menimbulkan gas
4) Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak.

10
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan yang meliputi aspek
bio, psiko, sosial, dan spiritual secara komprehensif. Adapun yang perlu dikaji adalah:
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal masuk rumah sakit.
2. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, nafsu makan kurang, demam dan perut merasa mual dan kembung.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah pasien
menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit
yang lainnya.
6. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan
timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.

11
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor,
dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi
berubah..
b. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Klien dapat
mengalami konstipasi oleh karena tirah baring yang lama.
c. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta
pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. Dan klien
harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan
merupakan dampak psikologis klien. Terjadi perubahan apabila pasien tidak
efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah
akan terjadi perubahan karena harus dirawat dirumah sakit.
g. Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit.
h. Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

12
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual,
perut tidak enak, anoreksia. Pemeriksaan umum kesadaran dan tanda-tanda
vital
 Suhu : Meningkat tidak terlalu tinggi
 Nadi : Bradicardi Relatif
 Tekanan darah : Meningkat- Normal – Menurun
 Pernafasan : Normal
o Berat badan : Menurun
b. Kepala dan leher
Nyeri kepala, kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemis, muka tidak edema, pucat/bibir kering, lidah
kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, abdomen ditemukan
kembung, hati dan limpa membesar, dan adanya nyeri tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih
pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg
BB/jam.

13
h. Sistem muskuloskeletal
Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, pada penderita
penyakit thypoid.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Didapatkan adanya anemia oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan
penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan
jumlah leukosit antara 3000-4000 /mm 3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
diakibatkan oleh penghancuran leukosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium
panas yaitu minggu pertama. Limfositisis umumnya jumlah limfosit
meningkat akibat rangsangan endoktosin, laju endap darah meningkat.
b. Pemeriksaan Urine
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/Liter) juga didapatkan peningkatan
leukosit dalam urine.
c. Pemeriksaan Feases
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus
dan perforasi.
d. Pemeriksaan Bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan
darah feases, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
e. Pemeriksaan Serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun
antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah
antibodi O dan H. Apabila titer antibodi adalah 1:20 atau lebih pada minggu

14
pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4
kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 dan 2 minggu kemudian menunjukkan
diagnosa positif dari infeksi salmonella thypi.
f. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam thypoid.
10. Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan lalu dikelompokan dan dianalisa untuk
menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis
data yang meliputi data subjek dan data objek. Data subjek adalah data yang
diambil dari ungkapan klien dan keluarga, sedangkan data objek adalah data
yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari
keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk
perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan
perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai atau tidak dengan standart
yang sudah ada.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu ,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggunggugat. (NANDA, 2005)
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan thypoid adalah:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi kuman salmonella.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri: perut atau kepala berhubungan dengan efek
sekunder hepatomegali atau splenomegali.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan kurang intake cairan,
peningkatan suhu tubuh

15
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
6. Perawatan diri kurang berhubungan dengan istirahat total.

C. Perencanaan
Perencanaa meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan (Nursalam, 2001:51). Beberapa langkah dalam perencanaan asuhan
keperawatan antara lain menentukan prioritas utama, tujuan, kriteria hasil dan
intervensi.

D. Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diindentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan. Dilakukan berdasarkan pada rencana yang telah disusun
dan didokumentasikan didalam asuhan keperawatan & catatan keperawatan

E. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien (A. Aziz Alimulhidayat, 2004 : 124). Evaluasi diperoleh dari respon
pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan mengacu pada tujuan dan
kriteria hasil. Hasil evaluasi ditulis spesifik,masalah teratasi, teratasi sebagian,belum
teratasi,& masalah tidak terjadi. Format evaluasi ditulis menggunakan catatan
perkembangan adalah SOAP, yaitu :
S (Data Subjektif) : Perkembangan suatu keadaan berdasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan oleh klien.
O (Data Objektif) : Suatu perkembangan klien yang diamati oleh perawat.
A (Analisa) : Suatu perkembangan yang terjadi apakah perkembangan klien
ke arah perbaikan atau kemunduran, hasil analisis dapat
menguraikan sampai dimana masalah yang ada pada klien dapat
diatasi.
P (Perencanaan) : Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis.

16
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal Masuk : 28 Nopember 2013
Tanggal Pengkajian : 28 Nopember 2013
Ruangan : Perawatan Umum
Perawat yang menkaji : Erlita Solihat
No. CM : F012412
Diagnosa Medis : Thypoid
Nama Dokter : Dr. N
Nama PNC : Sr. I

1. Identitas Klien
a. Nama Pasien : Ny. H
b. Umur : 44 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Agama : Katolik
f. Pendidikan : Akademi
g. Suku Bangsa : Indonesia
h. Pekerjaan : Swasta
i. Bahasa yang Digunakan : Indonesia
j. Alamat : Bukit Waringin Blok 03/21, Bojong Gede, Bogor
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. H
b. Umur : 44 Tahun
c. Agama : Katolik
d. Pekerjaan : Pegawai Swasta
e. Pendidikan : S1
f. Hubungan Dgn Pasien : Suami

17
3. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama
Os mengeluh nyeri kepala skala nyeri 4, mual dan lemas sejak 5 hari yang
lalu.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Os mengatakan sakit kepala skala nyeri 4 sejak 5 hari yang lalu. Mual dan
tidak nafsu makan serta merasa lemas. Dan 4 hari yang lalu os sempat
menggigil dan demam.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Os mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama
yaitu thypoid.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Os mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
seperti Diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain.
e. Riwayat Alergi
Os mengatakan tidak memiliki alergi baik terhadap obat, makanan, ataupun
udara, debu dan cuaca dingin.
4. Riwayat Biopsikososiospiritual
a. Pola Istirahat dan tidur
1) Sebelum Sakit
Os tidak mengalami gangguan pola tidur, os biasa tidur 7-8 jam di malam
hari, dan jarang tidur siang.
2) Saat Sakit
Os tidak mengalami gangguan pola tidur, saat sakit os tidur 5-6 jam
dimalam hari.
b. Pola Nutrisi
1) Sebelum Sakit
Os biasa makan 3x perhari, porsi makan habis 1 piring dan jenis makanan
biasa

18
2) Saat Sakit
Pola nutrisi os saat sakit mengalami penurunan karena os mengatakan
mual dan tidak nafsu makan. Os makan 3x perhari, makanan habis ¼ - ½
porsi, dengan jenis diit lambung II
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Pola eliminasi sebelum sakit tidak mengalami gangguan, os biasa BAB 1
x perhari dengan konsistensi biasa dan warna kuning, sedangkan BAK
spontan 5-6 x perhari, berwarna kuning dan tidak ada gangguan
2) Saat Sakit
Pola eliminasi saat sakit tidak mengalami gangguan, os BAB 1 x perhari
dengan konsistensi lembek dan warna kuning, sedangkan BAK spontan
5-6 x perhari, berwarna kuning dan tidak ada gangguan
d. Personal Hygiene
1) Sebelum Sakit
Os biasa mandi 2x perhari mandiri, gosok gigi, dan keramas 3x
perminggu.
2) Saat Sakit
Os mandi hanya di lap, gosok gigi 2x perhari, os tidak keramas.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
1) Kualitas : Composmentis
2) Kuantitas : Respon Motorik :6
Respon Verbal :5
Respon Buka Mata : 4
Total 15
b. Keadaan Umum
Klien tampak lemah
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmhg S : 36o C
N : 90 x permenit R : 20 x permenit

19
c. Pemeriksaan sistematis
1) Sistem Saraf Pusat
Kesadaran Composmentis, pusing ada skala nyeri 4, wajah tampak
meringgis menahan sakit. Kepala tidak teraba benjolan
2) Sistem Penglihatan
Kelopak mata normal, kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil isokhor. tidak ada udem di palpebra.
3) Sistem Pendengaran
Telinga simetris, tidak tampak penumpukan serumen, tidak ada
pembengkakan di sekitar telinga, pendengran baik.
4) Sistem Penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada benjolan di sekitar hidung, tidak ada
pernapasan cuping hidung dan tidak ada penumpukan sekret.
5) Sistem Pencernaan
 Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering, gigi dan mulut
bersih, tidak ada lesi di mukosa bibir. Abdomen bentuk datar, tidak
ada jejas, distensi abdomen tidak ada,
 Auskultasi: Bising usus terdengar 12 x / menit
 Perkusi : Terdengar timpati di 4 kuadran abdomen
 Palpasi : Lembek, adanya nyeri tekan pada abdomen
6) Sistem Pernapasan
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada jejas, pernapasan
20x/menit, irama reguler, tidak ada napas cuping hidung.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokal premitus +/+
 Perkusi : Terdengar resonance di semua lobus paru
 Auskultasi: Terdengar Vesikuler di semua lobus paru
7) Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada jejas.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran jantung,
akral teraba hangat, capilary refill time kurang dari 3 detik. Nadi 90
x/menit

20
 Perkusi : Terdengar bunyi dulness
 Auskultasi: Bunyi jantung I terdengar, Bunyi jantung II terdengar,
Bunyi reguler, dan tidak ada bunyi tambahan.
8) Sistem Reproduksi
Os menarche usia 11 tahun, siklus haid 28 hari, lama haid 6-7 hari, tidak
ada gangguan saat haid, os tidak menggunakan alat kontrasepsi. Payudara
tidak ada kelainan.
9) Sistem Integument
Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak terlihat lesi, akral
hangat.
10) Sistem Eliminasi
Os BAB 1 x perhari dengan konsistensi lembek dan warna kuning,
sedangkan BAK spontan 5-6 x perhari, berwarna kuning dan tidak ada
gangguan.
11) Sistem Muskuloskeletal
Terpasang infus RL 25 TPM pada tangan kiri. Tidak ada kelainan pada
sistem muskuloskeletal.
12) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar typoid atau kelenjar getah bening.

6. Data Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal 26 Nopember 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
Widal (darah)
Typhi-O 1/320 Negatif
Paratyphi-AO Negatif Negatif
Paratyphi-BO Negatif Negatif
Paratyphi-CO Negatif Negatif
Thypi-H 1/320 Negatif
Paratyphi-AH 1/320 Negatif

21
Paratyphi-BH 1/320 Negatif
Paratyphi-CH 1/320 Negatif
HR1
Hemoglobin 12,6 12,0-16,0 g/dl
Hematokrit 38,3 36,0-46,0 %
Leukosit 4.700 4.500-11.000 /µl
Trombosit 243.000 150.000-350.000 /µl
LED 20 <15 mm/jam
Fungsi Hati
SGOT 28 0-31 µ/l
SGPT 31 0-31 µ/l
Karbohidrat
Glukosa N/PP
Glukosa Puasa 93 70-110 mg/dl
Glukosa Urine Puasa Negatif Negatif
Glukosa PP 2 jam 117 70-140 mg/dl
Glukosa Urine PP 2 jam Negatif Negatif
Lemak Darah
Cholesterol Lengkap
Cholesterol Total 167 0-200 mg/dl
Cholesterol LDL 111 0-100 mg/dl
Trigliserida 79 0-150 mg/dl
Cholesterol HDL 40 >45 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 19,00 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,60 0,50-1,10 mg/dl
Elektrolit & Gas Darah
Paket NA/K/CL
Natrium 137,00 135,00-150,00 mmol/L
Kalium 4,50 3,50-5,00 mmol/L
Chlorida 103,00 98,00-108,00 mmol/L

22
Pemeriksaan tanggal 28 Nopember 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
HR1
Hemoglobin 11,4 12,0-16,0 g/dl
Hematokrit 34,3 36,0-46,0 %
Leukosit 5.900 4.500-11.000 /µl
Trombosit 238.000 150.000-350.000 /µl

b. USG
Hasil Tanggal 29 Nopember 2013
Appendix tak tervisualisasi
Hepar, Gall Bladder, Lien, Pankreas, Kedua Ren, Vesika Urinaria tak ada
kelainan
c. Rontgen : Tidak dilakukan
d. EKG : Tidak dilakukan

7. Therapy
a. Injeksi
 Infus RL 25 tetes/menit
 Terpacef 2x1 gr
 Pumpitor 1x1 gr
 Trovensis 2x8 mg
b. Oral
 Analsik 3x1 tab
 Sanmol 4x1 k/p
 Trovensis 2x1 tab
 Policrol 4x1 cac
 Merislon 3x1 tab
 Sibelium 3x1 tab
 Neuro 5000 1x1 tab

23
 Kap Racikan 3x1 tab

8. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Data Subjektif : Bakteri salmonella Thypi Gangguan Rasa
- Os mengatakan nyeri kepala Nyaman Nyeri Kepala
Masuk dalam usus halus
Data Objektif :
- Ekspresi wajah meringgis Bakteri melepas endotoksin
- Skala nyeri kepala 4
- TD : 120/80 mmhg Merangsang pelepasan zat pirogen
- S : 36o C dalam darah
- N : 90 x permenit
- R : 20 x permenit Hipotalamus

Reaksi inflamasi

nyeri
2. Data Subjektif : Bakteri salmonella Thypi Resiko perubahan
- Os mengatakan mual dan nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan Sebagian di musnahkan di kebutuhan tubuh.
Data Objektif : lambung
- Klien tampak lemas
- Porsi makan ¼ porsi Peningkatan asam lambung
- BB klien : 57 kg
Mual muntah

Intake yang kurang (in adekuat)

Resiko perubahan nutrisi kurang

24
dari kebutuhan tubuh.
3. Data Subjektif : Bakteri salmonella Thypi Resiko Peningkatan
- Os mengatakan sempat Suhu Tubuh
menggigil sejak 4 hari yang Masuk dalam usus halus
lalu (PH 5)
Data Objektif : Bakteri melepas endotoksin
- Akral teraba hangat
- Suhu : 360C Merangsang pelepasan zat pirogen
- TD : 120/80 mmhg dalam darah
- N : 90 x permenit
- R : 20 x permenit Hipotalamus

Resiko peningkatan suhu tubuh


(Hipertermi)

9. Rumusan Masalah Keperawatan


1) Gangguan rasa nyaman Nyeri : Kepala
2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Resiko peningkatan suhu tubuh.

25
B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Nama : Ny. H Nama Dokter : Dr. N
No RM : F012412 Nama PN : Erlita Solihat
Usia : 44 tahun
Nama Tgl. Perencanaan Tgl. Nama
No. Diagnosa
Perawat Ditegakkan Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan teratasi Perawat
1. Gangguan rasa nyaman Sr. Lita 28-11-13 Setelah - Keluhan  Kaji keluhan nyeri klien 02-12-13 Sr.Lita
nyeri : kepala b.d proses Pkl. 17.30 dilakukan nyeri (PQRST) Pkl. 12.00
inflamasi bakteri tindakan berkurang  Atur posisi tidur yang
Ditandai dengan : keperawatan (skala 0-1) nyaman
Data Subjektif : selama 4x24 - Pasien  Berikan penkes tentang
- Os mengatakan nyeri jam, tenang dan teknik relaksasi napas
kepala gangguan rileks dalam dan distraksi untuk
Data Objektif : rasa nyaman - TTV dalam mengurangi nyeri
- Ekspresi wajah teratasi batas  Libatkan os dan keluarga
meringgis normal untuk melakukan teknik
- Skala nyeri kepala 3-4 relaksasi dan distraksi
- TD : 120/80 mmhg nyeri
- S : 36 C
o
 Kolaborasi dengan dokter
- N : 90 x permenit untuk pemberian
26
- R : 20 x permenit analgesik.
2. Resti perubahan nutrisi Sr. Lita 28-11-13 Setelah - Lemas  Kaji pola makan klien dan 30-11-13 Sr. Lita
kurang dari kebutuhan Pkl. 17.30 dilakukan hilang BB klien Pkl. 14.00
tubuh b.d intake yang tidak tindakkan - Nafsu  Anjurkan untuk makan
adekuat keperawatan makan dalam porsi sedikit tapi
Ditandai dengan: selama 2x24 meningkat sering
Data Subjektif : jam, resti - Mual dan  Berikan penkes tentang
- Os mengatakan mual perubahan muntah pentingnya nutrisi untuk
dan tidak nafsu makan nutrisi dari tidak ada proses penyembuhan
Data Objektif : kebutuhan - Makan  Libatkan klien untuk
- Klien tampak lemas tubuh tidak habis 1 makan dalam porsi sedikit
- Porsi makan habis ¼ terjadi porsi tapi sering
porsi - BB tidak  Kolaborasi dengan dokter
- BB masuk : 57 kg menurun dan ahli gizi untuk
- Muntah tidak ada, mual pemberian nutrisi
ada parenteral dan diit klien.
3. Resti peningkatan suhu Sr. Lita 28-11-13 Setelah - TTV dalam  Observasi suhu, nadi, TD, 30-11-13 Sr. Lita
tubuh b.d proses infeksi Pkl. 17.30 dilakukan batas pernapasan Pkl. 14.00
Ditandai dengan: tindakan normal  Lakukan kompres hangat
Data Subjektif : keperawatan - Akral  Berikan penkes tentang
27
- Os mengatakan sempat selama 2x24 hangat banyak minum
menggigil sejak 4 hari jam, resti  Libatkan os untuk banyak
yang lalu (PH 5) peningkatan minum
Data Objektif : suhu tubuh  Kolaborasi dengan dokter
- Akral teraba hangat tidak terjadi untuk pemberian
- Suhu : 36 C
0
antipiretik dan kolaborasi
- TD : 120/80 mmhg pemberian cairan
- N : 90 x permenit parenteral yang adekuat
- R : 20 x permenit

28
C. Tindakan Keperawatan
Nama : Ny. H Nama Dokter : Dr. N
No RM : F012412 Tanggal masuk : 28-11-13
Usia : 44 tahun Nama PJ : Tn. H

Tgl. / Jam Tindakan Respon Pasien Evaluasi


29-11-13 Melakukan operan dengan Sr. M Os pasien dr. N dengan Thypoid,
08.15 panas hari ke-5, rawat hari ke 2,
SOAP :
infus RL 25 tpm.
Os mengatakan masih nyeri kepala dengan
R/ tunggu dokter visit
skala nyeri 4, os tampak lemas, mual
08.30 Melakukan operan pasien, memperkenalkan diri PN - Os kooperatif
masih ada, muntah tidak ada, porsi makan
pagi, mengobservasi TTV, mengkaji keluhan pasien - Os mengenal PN pagi
habis ¼ porsi, demam tidak ada suhu
- TD : 120/70 mmhg, N : 80 x/menit,
36,4oC, akral hangat. Gangguan rasa
R: 20 x/menit, Suhu : 36oC.
nyaman nyeri kepala belum teratasi, resiko
- DS : Os mengatakan nyeri kepala
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
dengan skala nyeri 4, demam tidak
tubuh tidak terjadi, resiko peningkatan
ada, mual masih ada, makan habis
suhu tubuh tidak terjadi, intervensi
¼ porsi, BAB belum, BAK
dilanjutkan.
spontan.

29
09.00 Mendampingi dokter visit Advice :
- Diit DL II
- Merislon 3x1 tab
- Sibelium 3x1 tab
- Policrol 4x1 cac
- Nauro 5000 1x1 tab
- Rencana USG
- Puasa 6 jam
- Konsultasi dokter saraf
09.15 - Menjelaskan kepada os rencana USG - Os mengerti dan setuju dilakukan
- Meminta persetujuan untuk USG abdomen dan USG
puasa 6 jam boleh minum air putih saja - Os puasa dari pkl 09.30-15.30
10.00 - Mengevaluasi keluhan nyeri - Os mengatakan masih nyeri kepala
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk dan perut
mengurangi nyeri - Skala nyeri 4
- Melibatkan os dan keluarga untuk melakukan - Os mempraktekan teknik relaksasi
teknik relaksasi napas dalam nafas dalam
10.30 - Mengevaluasi pola makan - Os mengatakan masih mual
- Menganjurkan os untuk makan porsi sedikit tapi - Os mengatakan tadi pagi makan
sering hanya ¼ porsi habis

30
12.00 Menginformasikan kepada pantry bahwa os puasa
sampai jam 15.30 nanti
12.15 Mengobservasi TTV dan mengkaji keluhan - TD : 110/70 mmhg, N: 80 x/menit,
R: 20 x/menit, Suhu : 36,4o C.
- Os mengatakan masih nyeri kepala
skala nyeri 4
13.00 Mengobservasi cairan infus, mengganti cairan infus Os terpasang infus RL 25 tpm,
RL 25 tpm tetesan infus lancar, bengkak tidak
ada.
13.30 Melakukan balance cairan Total
Intake : 1325 cc
Output : 867,7 cc
Balance : + 457,3 cc
Diuresis : 1,7 cc/kgBB/jam
14.00 Melakukan operan dengan PN sore
30-11-13 Melakukan operan dengan Sr. H Os pasien dr. N dengan Thypoid, SOAP :
08.20 panas hari ke-6, rawat hari ke 3, Os mengatakan nyeri kepala berkurang,
infus RL 25 tpm. skala nyeri 3, ekspresi wajah rileks, mual
R/ tunggu dr visit masih ada, muntah tidak ada, porsi akan
08.30 Melakukan operan pasien, memperkenalkan diri PN - Os kooperatif habis ½ porsi, demam tidak ada suhu

31
pagi, mengobservasi TTV, mengkaji keluhan pasien - Os mengenal PN pagi 36,5oC, akral hangat. Gangguan rasa
- TD : 110/70 mmhg, N : 82 x/menit, nyaman nyeri teratasi sebagian, resiko
R: 20 x/menit, Suhu : 36,4oC. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
DS : Os mengatakan nyeri kepala tidak terjadi, resiko peningkatan suhu
masih ada skala nyeri 3, demam tubuh tidak terjadi. Intervensi diagnosa 2
tidak ada, mual masih ada, makan ½ dan 3 di hentikan, Intervensi diagnosa 1
porsi, BAB belum, BAK spontan. dilanjutkan.
09.15 Mendampingi dokter visit Advice
- Analsik stop
- Trovensis oral stop ganti trovensis
IV 2x8 mg
- Pumpitor 1x1
10.00 - Melakukan penkes tentang teknik distraksi - Os kooperatif
pengalihan nyeri dengan menonton tv, mengobrol - Os mengatakan mengerti
atau membaca buku - Os mengatakan akan melakukan
- Melibatkan os dalam melakukan teknik distraksi teknik relaksasi atau distraksi bila
pengalihan nyeri nyeri timbul
11.00 Memberikan therapi oral policrol 1 sendok makan Obat sudah diminum, muntah tidak
ada
11.30 Memberikan therapi injeksi trovensis 8 mg drip Obat sudah di berikan, tetesan lancar,

32
dalam cairan D5 100 cc tidak ada bengkak.
12.00 Memberikan therapi pumpitor 1 gr drip dalam Obat sudah diberikan, tetesan lancar,
cairan D5 100 cc tidak ada bengkak
12.15 Memberikan therapi oral merislon 1 tab, sibelium 1 Obat sudah diminum, muntah tidak
tab, kapsul racikan 1 tab ada
12.30 Melakukan observasi TTV dan mengkaji keluhan - TD : 120/70 mmhg, N: 82 x/menit,
R: 20 x/menit, Suhu : 36,5oC.
- Os mengatakan nyeri kepala
berkurang skala nyeri 3
- Mual berkurang, muntah tidak ada
13.00 Mengobservasi cairan infus dan mengganti cairan Os terpasang infus RL 25 tpm,
infus RL 25 tpm tetesan lancar, tidak ada bengkak.
13.05 Melakukan balance cairan Total
Intake : 1425 cc
Output : 867,7 cc
Balance : + 557,3 cc
Diuresis : 1,7 cc/kgBB/jam
14.30 Melakukan operan dengan PN sore

33
01-12-13 Melakukan operan dengan Sr. G Os pasien dr. N dengan Thypoid,
08.15 panas hari ke-7, rawat hari ke 4,
infus RL 25 tpm.
R/ tunggu dr visit
08.35 Melakukan operan pasien, memperkenalkan diri PN - Os kooperatif
pagi, mengobservasi TTV, mengkaji keluhan pasien - Os mengenal PN pagi
- TD : 120/80 mmhg, N : 80 x/menit, SOAP :
R: 20 x/menit, Suhu : 36oC. Os mengatakan nyeri kepala hilang timbul,
DS : Os mengatakan nyeri kepala skala nyeri 2-3, akspresi wajah rileks, mual
berkurang skala nyeri 3, demam berkurang, muntah tidak ada porsi makan
tidak ada, mual berkurang, makan ½ habis ½ porsi, demam tidak ada suhu :
porsi. 36oC akral hangat. Gangguan rasa nyaman
09.10 Mendampingi dokter visit Advice : nyeri teratasi sebagian, Intervensi
Therapi lanjut dilanjutkan.
10.00 Mengevaluasi teknik relaksasi dan distraksi nyeri Os mengatakan jika nyeri timbul os
melakukan tarik nafas dalam atau
segera menonton tv
11.00 Memberikan therapi oral policrol 1 sendok makan Obat sudah diminum, muntah tidak
ada

34
11.30 Memberikan therapi injeksi trovensis 8 mg drip Obat sudah di berikan, tetesan lancar,
dalam cairan D5 100 cc tidak ada bengkak.
12.00 Memberikan therapi pumpitor 1 gr drip dalam Obat sudah diberikan, tetesan lancar,
cairan D5 100 cc tidak ada bengkak
12.15 Memberikan therapi oral merislon 1 tab, sibelium 1 Obat sudah diminum, muntah tidak
tab, kapsul racikan 1 tab ada
12.30 Melakukan observasi TTV dan mengkaji keluhan - TD : 120/80 mmhg, N: 78 x/menit,
R: 20 x/menit, Suhu : 36oC.
- Os mengatakan nyeri kepala hilang
timbul skala nyeri 2-3
- Mual berkurang, muntah tidak ada
13.00 Mengobservasi cairan infus dan mengganti cairan Os terpasang infus RL 25 tpm,
infus RL 25 tpm tetesan lancar, tidak ada bengkak.
13.15 Melakukan balance cairan Total
Intake : 1225 cc
Output : 818,7 cc
Balance : + 406,3 cc
Diuresis : 1,6 cc/kgBB/jam
14.15 Melakukan operan dengan PN sore

35
02-12-13 Melakukan operan dengan Sr. F Os pasien dr. N dengan Thypoid, SOAP :
08.00 panas hari ke-8, rawat hari ke 5, Os mengatakan nyeri kepala masih hilang
infus RL 25 tpm. timbul, nyeri perut sudah tidak ada, mual
R/ tunggu dr visit dan muntah tidak ada, porsi makan habis 1
08.20 Melakukan operan pasien, memperkenalkan diri PN - Os kooperatif porsi, demam tidak ada suhu 36,4oC, akral
pagi, mengobservasi TTV, mengkaji keluhan pasien - Os mengenal PN pagi hangat, BAB sudah 1x, BAK spontan os
- TD : 120/80 mmhg, N : 80 x/menit, tampak rileks kesadaran composmentis.
R: 20 x/menit, Suhu : 36oC. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala
DS : Os mengatakan nyeri kepala teratasi. Intervensi di hentikan. Acc pulang
hilang timbul skala nyeri 2 , demam Dr. N. Os disarankan untuk periksa MRI
tidak ada, mual berkurang, muntah dan dokter saraf jika nyeri kepala timbul
tidak ada, makan habis 1 porsi. kembali dan terus berlanjut.
09.00 Mendampingi dokter visit Advice :
- Follow up dr saraf bila nyeri kepala
masih ada
- Terpacef injeksi stop ganti
antibiotik oral baquinor 2x1 tab
- Pumpitor injeksi stop, ganti oral
1x1 tab
- Trovensis injeksi stop ganti tab k/p

36
- Infus aff
09.30 Mengaff infus Infus sudah di aff, observasi os tanpa
infus
10.00 - Menganjurkan os untuk melakukan teknik - Os mengerti
distraksi atau relaksasi bila nyeri timbul.
11.00 Memberikan therapi oral policrol 1 sendok makan Obat sudah diminum, muntah tidak
ada
12.15 Memberikan therapi oral merislon 1 tab, sibelium 1 Obat sudah diminum, muntah tidak
tab, kapsul racikan 1 tab, pumpitor 1 tab, baquinor 1 ada
tab.
12.20 Melakukan observasi TTV dan mengkaji keluhan - TD : 120/80 mmhg, N: 80 x/menit,
R: 20 x/menit, Suhu : 36oC.
- Os mengatakan nyeri kepala hilang
timbul
- Mual tidak ada, muntah tidak ada
13.00 Melakukan balance cairan Total
Intake : 1325 cc
Output : 867,7 cc
Balance : + 457,3 cc
Diuresis : 1,7cc/kgBB/jam

37
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pasien dalam kasus menderita demam tifoid akibat infeksi Salmonella typhi
yang ditularkan akibat sanitasi yang kurang baik, dan mungkin tertular dari makanan
atau minuman yang telah terkontaminasi oleh S. typhii dari teman satu kos penderita
atau dari carrier yang lain, misalnya ekskresi dalam tinja.

B. SARAN
1. Sebaiknya pasien segera dirawat inap agar cepat dapat ditangani dan
terhindar dari komplikasi yang berat.
2. Sebaiknya pasien memperbaiki status kebersihan lingkungannya agar
penyakit infeksi tidak mudah menular.

38
DAFTAR PUSTAKA

 Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi

2005 -2006. Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

 Nursalam, Dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta : Salemba

Medika

 Ranuh,Hariyono Suyitno,Sri Rejeki S,dkk. 2001. Pedoman Imunisasi Di

Indonesia.Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI

 Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

 Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998

 Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

39

Anda mungkin juga menyukai