Typus Abdominalis Makalah
Typus Abdominalis Makalah
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan makalah “Typus Abdominalis”mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dari bimbingan dari Dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan Doa-Nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................................................................................................... 4
B. Penyebab ........................................................................................................ 4
C. Tanda dan Gejala ........................................................................................... 5
D. Patofisiologi ................................................................................................... 5
E. Patogenesis ..................................................................................................... 6
F. Cara Penyebaran Penyakit ............................................................................. 6
G. Jenis-Jenis ...................................................................................................... 7
H. Pengobatan dan Pencegahan .......................................................................... 7
A. Pengkajian ...................................................................................................... 10
B. Diagnosis........................................................................................................ 11
C. Intervensi........................................................................................................ 11
D. Implementasi .................................................................................................. 14
E. Evaluasi ..................................................................................................... 14
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Penyebab
Manifestasi Klinis
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu kedua.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden).
4
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
1. Tidak membiasakan cuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil atau besar.
Hal ini dapat menyebabkan bakteri Tifoid dengan mudah tersebar ke dalam
makanan dan minuman karena bakteri tifiod bisa kita temukan di dalam air kemih dan
tinja penderita. Karena itulah biasakan cuci tangan pakai sabun setelah buang air
kecil atau besar dan sebelum menyentuh makanan.
Lalat adalah hewan yang terbiasa di hidup di lingkungan yang kurang bersih.
Bila lalat menyentuh tinja penderita lalu kemudian menyentuh makanan, bakteri
Salmonella typhi bisa dengan langsung menyebar di makanan tersebut. Karena itu
tutup makanan dengan tudung saji agar terhindar dari lalat.
Gejala demam Tifoid akan mulai timbul secara bertahap dalam 8 sampai 14
hari setelah penderita terinfeksi. Berikut adalah gejala-gejalanya: Sakit kepala,nyeri
sendi,sakit tenggorokan,sembelit,penurunan nafsu makan,nyeri perut,demam,sakit
kepala,terkadang penderita juga akan merasa nyeri saat buang air kecil dan batuk yang
disertai darah yang keluar dari hidung,imbul bintik-bintik kecil berwarna merah muda
di dada dan perut pada minggu kedua selama 2-5 hari (hanya terjadi pada sekitar 10%
penderita demam Tifoid).
D. Patofisiologi
5
halus(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan keradangan
dan nekrosis setempat,kuman lewat pembuluh limfe masuk ke pembuluh darah
menuju organ retikulo endotelia terutama hati dan limpa.ditempat ini kuman difagosit.
Dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak,kuman kembali ke pembuluh
darah(bakteria sekunder) dan sebagian masuk kembali ke organ tubuh terutama pada
limfa dan kandung empedu menuju ke rongga usus sehingga menyebabkan reinfeksi
diusus halus.Demam tifoid disebabkan karena kuman salmonella typhi dan endotoksin
merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.Selanjutnya zat pirogen yang beredar didarah mempengaruhi hipotalamus
sehingga menimbulkan gejala demam.Luka/tukak pada usus menyebabkan perdarahan
bahkan perforasi.
E. Patogenesis:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\
6
kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam
thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S.
thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).
G. Jenis-Jenisnya
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Peritonitis
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan leukosit
c. Uji widal
7
d. Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba
Penatalaksanaan
a. Medik
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia, dll
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan
4. Diet
5. Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan
obat lainnya seperti kotrimoksazol
b. Keperawatan
- Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincing (hati
daging) : sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali
- Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde, kalori
sesuai dengan kebutuhannya
- Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCl Gangguan suhu tubuh
- Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan
istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi
bertahap
- Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancer
8
- Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan sering
diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan
- Istirahat
- Pengawasan komplikasi
- Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi
tidak tidur bersama
- Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2
minggu
- Pemberian obat
- Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air
sampai sebanya-banyaknya.
9
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas:
b. Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan suhu badan naik
turun disertai gejala mual muntah.
10
1. Sistem pernafasan: pada keadaan yang lanjut dapat ditemukan respirasi
meningkat akibat peningkatan suhu tubuh.
6. Sistem Tulang – otot – integumen: pasien mengeluh nyeri otot, badan terasa
ngilu, roseola (bintik merah pada punggung, leher dan paha), akibat
immobilisasi dapat timbul keluhan merah tertekan pada bokong dan
punggung.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
3. Rencana Tindakan/Rasional
11
Intervensi :
4. Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm
upaya tersebut
5. Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lain.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare.
Intervensi :
2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
Intervensi :
1. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan porsi kecil tapi sering dan tawarkan
makan pagi dengan porsi paling besar.
12
2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.
4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari.
5. Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
klien.
Intervensi :
4. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
5. Dorong penggunaan teknik manajemen stres. Berikan aktifitas hiburan yang tepat
contoh: menonton TV, radio, membaca, bermain.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada anak dengan ramah atau menggunakan media mainan,
permen, kue. Tunjukkan sikap ramah dan banyak senyum kepada anak.
2. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan (pada anak yang lebih
dewasa).
13
4. Libatkan keluarga terutama orangtua terdekat dalam setiap prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
6. Desain ruangan anak dengan warna yang cerah (hijau, merah muda, kuning, biru)
dan beri gambar-gambar yang menarik.Beri hiburan musik yang ceria di ruangan anak
bila perlu.
7. Sediakan waktu bermain bagi anak usia preschool atau kesempatan belajar bagi
anak usia sekolah.
4. Implementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit,pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien dan memprioritaskanya. Semua tindakan keperawatan dicatat
kedalam format yang telah ditetapkan institusi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi
proses keperawatan,rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai,melalui
evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian,analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap
evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan,tetapi evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk
menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah
dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari
minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air
sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan
adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid
dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dr.T.H Rampengan,DSAK & Dr. I.R Laurentz,DSAK (1997), Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak,EGC, Jakarta.
Suriadi & Yuliani Rita (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, CV Agung Setia, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud, Denpasar.
Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
16