Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan makalah “Typus Abdominalis”mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dari bimbingan dari Dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan Doa-Nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian ...................................................................................................... 4
B. Penyebab ........................................................................................................ 4
C. Tanda dan Gejala ........................................................................................... 5
D. Patofisiologi ................................................................................................... 5
E. Patogenesis ..................................................................................................... 6
F. Cara Penyebaran Penyakit ............................................................................. 6
G. Jenis-Jenis ...................................................................................................... 7
H. Pengobatan dan Pencegahan .......................................................................... 7

BAB III : ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian ...................................................................................................... 10
B. Diagnosis........................................................................................................ 11
C. Intervensi........................................................................................................ 11
D. Implementasi .................................................................................................. 14
E. Evaluasi ..................................................................................................... 14

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid (typus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang


biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Demam thypoid adalah penyakit infeksi
yang akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran Demam
typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara klinis ditandai dengan
demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai
bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Jadi demam thypoid adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai dengan
demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan
kesadaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu typus abdominalis?


2. Apa penyebab typus abdominalis?
3. Apa saja tanda dan gejala typus abdominalis?
4. Bagaimana patosiologi typus abdominalis?
5. Bagaimana patogenesis typus abdominalis?
6. Bagaimana cara penyebaran typus abdominalis?
7. Apa saja jenis-jenis typus abdominalis?
8. Bagaimana pengobatan dan pencegahan typus abdominalis?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui apa itu typus abdominalis.


2. Mengetahui apa penyebab typus abdominalis.
3. Mengetahui apa saja tanda dan gejala typus abdominalis.
4. Mengetahui bagaimana patosiologi typus abdominalis.
5. Mengetahui bagaimana patogenesis typus abdominalis.
6. Mengetahui bagaimana cara penyebaran typus abdominalis.
7. Mengetahui apa saja jenis-jenis typus abdominalis.
8. Mengetahui bagaimana pengobatan dan pencegahan typus abdominalis.

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Demam thypoid (typus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang


biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Demam thypoid adalah penyakit infeksi
yang akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran Demam
typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara klinis ditandai dengan
demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai
bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Jadi demam thypoid adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai dengan
demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan
kesadaran.

B. Penyebab

Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif,


bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya
empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein
membran hialin.

Manifestasi Klinis

a. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu kedua.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden).

4
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu


apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik-bintik kemurahan karena amboli basil dalam kapiler kulit, yang
dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula
bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

C. Tanda-tanda dan Gejala

1. Tidak membiasakan cuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil atau besar.

Hal ini dapat menyebabkan bakteri Tifoid dengan mudah tersebar ke dalam
makanan dan minuman karena bakteri tifiod bisa kita temukan di dalam air kemih dan
tinja penderita. Karena itulah biasakan cuci tangan pakai sabun setelah buang air
kecil atau besar dan sebelum menyentuh makanan.

2. Penyebaran bakteri melalui lalat

Lalat adalah hewan yang terbiasa di hidup di lingkungan yang kurang bersih.
Bila lalat menyentuh tinja penderita lalu kemudian menyentuh makanan, bakteri
Salmonella typhi bisa dengan langsung menyebar di makanan tersebut. Karena itu
tutup makanan dengan tudung saji agar terhindar dari lalat.

Gejala demam Tifoid akan mulai timbul secara bertahap dalam 8 sampai 14
hari setelah penderita terinfeksi. Berikut adalah gejala-gejalanya: Sakit kepala,nyeri
sendi,sakit tenggorokan,sembelit,penurunan nafsu makan,nyeri perut,demam,sakit
kepala,terkadang penderita juga akan merasa nyeri saat buang air kecil dan batuk yang
disertai darah yang keluar dari hidung,imbul bintik-bintik kecil berwarna merah muda
di dada dan perut pada minggu kedua selama 2-5 hari (hanya terjadi pada sekitar 10%
penderita demam Tifoid).

D. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kesaluran cerna bersama


makanan/minuman menuju ke usus halus mengadakan infasi kejaringan limfoid usus

5
halus(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan keradangan
dan nekrosis setempat,kuman lewat pembuluh limfe masuk ke pembuluh darah
menuju organ retikulo endotelia terutama hati dan limpa.ditempat ini kuman difagosit.
Dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak,kuman kembali ke pembuluh
darah(bakteria sekunder) dan sebagian masuk kembali ke organ tubuh terutama pada
limfa dan kandung empedu menuju ke rongga usus sehingga menyebabkan reinfeksi
diusus halus.Demam tifoid disebabkan karena kuman salmonella typhi dan endotoksin
merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.Selanjutnya zat pirogen yang beredar didarah mempengaruhi hipotalamus
sehingga menimbulkan gejala demam.Luka/tukak pada usus menyebabkan perdarahan
bahkan perforasi.

E. Patogenesis:

Penularan Salmonella Typhy terjadi melalui mulut oleh makanan yang


tercemar. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus, mencapai jaringan limpoid dan ber kembang biak.Proses
penyakit di bagi dalam 3 fase :Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai
berikut:

1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\

2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi


reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine positif
selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal positif pada
akhir fase ini.

3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall


bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.

F. Cara Penyebaran Penyakit

Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran cerna.


Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk ke usus halus
dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di ileum terminalis yang mengalami
hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.

Kuman Salmonella thypis kemudian menembus kelamina propia, masuk aliran


limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentirial yang juga mengalami hipertrofi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella typii lain mencapai hati
melalui sirkulasi portal dari usus Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa,
hati, dan bagian-bagian lain sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan
gejala-gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi

6
kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam
thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S.
thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).

G. Jenis-Jenisnya

Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :

a. Komplikasi intestinal / pada usus halus

1. Perdarahan usus

2. Perforasi usus

3. Peritonitis

b. Komplikasi ekstra intestinal / komplikasi di luar usus

1. Komplikasi kardiovaskuler: Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis),


miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis)

2. Komplikasi darah: Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau


disseminated intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru: Pneumonia, empiema dan pleuritis.

d. Komplikasi hepar dan kandung empedu: Hepatitis dan kolesistisis.

e. Komplikasi ginjal: Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis.

f. Komplikasi tulang: Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis.

g. Komplikasi neuronsikratrik: Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom


guili aim, barre, psikosis dan sindrom katatonia.

H. Pengobatan dan Pencegahan

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan leukosit

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT Biakan darah

c. Uji widal

7
d. Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba

Penatalaksanaan

a. Medik

1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia, dll

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan

4. Diet

5. Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan
obat lainnya seperti kotrimoksazol

6. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi


dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.

b. Keperawatan

1. Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit

- Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincing (hati
daging) : sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali

- Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde, kalori
sesuai dengan kebutuhannya

- Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCl Gangguan suhu tubuh

- Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan
istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi
bertahap

- Ruangan diatur agar cukup ventilasi

- Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancer

2. Gangguan rasa aman dan nyaman

8
- Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan sering
diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan

- Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak komunikasi

3. Resiko terjadinya komplikasi

- Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x / hari

- Istirahat

- Pengawasan komplikasi

- Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain

4. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

- Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi
tidak tidur bersama

- Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2
minggu

- Pemberian obat

- Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air
sampai sebanya-banyaknya.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas:

1. Umur: Typhoid Abdominalis adalah penyakit tropik yang sering


menimbulkan kematian pada anak akibat terlambatnya perilaku mencari
pengobatan karena kecenderungan gejala awalnya hampir sama dengan gejala
flu.

2. Jenis kelamin: secara spesifik tidak terdapat perbedaan tingkat kejadian


pada anak perempuan atau anak laki-laki.

3. Tempat tinggal: tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kejadian


typhoid dengan keadaan tempat tinggal mengingat proses penularan penyakit
ini adalah fekal oral.

b. Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan suhu badan naik
turun disertai gejala mual muntah.

c. Riwayat penyakit sekarang: Pasien juga sering menunjukkan keluhan kepala


pusing, badan dirasa lemah, nafsu makan menurun, mengeluh ngilu dan nyeri
pada otot. Pada pengamatan ditemukan: Lidah kotor (kotor di tengah tepi dan
ujung merah dan tremor), BB menurun, porsi makan tidak habis, ggn sensasi
pengecapan, Gelisah, terdapat penurunan kesadaran: Somnolen stupor, koma,
delirium atau psikosis, Immobilisasi, Pembesaran hepar (hepatomegali), Diare,
kadang disertai konstipasi.

d. Riwayat penyakit dahulu: Mungkin pernah menderita penyakit yang sama


sebelumnya serta pernah tidaknya memperoleh pengobatan antimikroba
sebelumnya serta riwayat vaksinasi sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga


minimal 6 bulan terakhir.

f. Pengkajian per sistem:

10
1. Sistem pernafasan: pada keadaan yang lanjut dapat ditemukan respirasi
meningkat akibat peningkatan suhu tubuh.

2. Sistem kardiovaskuler: sering pasien timbul keluhan dada berdebar,


bradikardia, tremor, akral dingin.

3. Sistem persarafan: sering timbul keluhan kepala pusing, kadang pada


keadaan lanjut ditemukan pasien dengan suhu tubuh tinggi disertai gelisah,
penurunan kesadaran: somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis.

4. Sistem perkemihan – eleminasi urine: akibat suhu tubuh meningkat terjadi


peningkatan kebutuhan cairan dalam tubu sehingga terjadi penurunan produksi
urine, urine berwarna pekat.

5. Sistem pencernaan – eleminasi alvi: lidah berwarna putih kotor (kotor di


tengah tepi dan ujung merah), mukosa bibir kering akibat peningkatan suhu
tubuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, badan dirasa lemah, BB
menurun, porsi makan tidak habis, gangguan sensasi pengecapan, terdapat
pembesaran hepar, pembesaran spleno, meteorismus (akumulasi udara dalam
intestinal), diare bahkan kadang-kadang konstipasi.

6. Sistem Tulang – otot – integumen: pasien mengeluh nyeri otot, badan terasa
ngilu, roseola (bintik merah pada punggung, leher dan paha), akibat
immobilisasi dapat timbul keluhan merah tertekan pada bokong dan
punggung.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.

b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah dan diare.

c. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d kelemahan, immobilisasi.

e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber ketakutan, krisis lingkungan.

3. Rencana Tindakan/Rasional

a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.

11
Intervensi :

1. Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam

2. Catat intake dan output cairan dlm 24 jam

3. Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan pasien tentang hyperthermia

4. Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm
upaya tersebut

5. Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lain.

6. Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan pemeriksaan kultur darah.

b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare.

Intervensi :

1. Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan


melalui usus, contoh muntah dan diare.

2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

3. Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.

4. Berikan cairan seperti glukosa dan Ringer laktat.

5. Memberikan informasi tentang kebutuhan cairan/elektrolit yang hilang.

6. Indikator volume sirkulasi/perfusi.

7. Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein akibat


muntah dan diare berlebihan.

8. Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.

c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.

Intervensi :

1. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan porsi kecil tapi sering dan tawarkan
makan pagi dengan porsi paling besar.

12
2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

3. Anjurkan makan dlm posisi duduk tegak.

4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari.

5. Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
klien.

6. Awasi glukosa darah.

7. Berikan obat sesuai indikasi: antasida, antiemetik, vitamin B kompleks.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d kelemahan, immobilisasi.

Intervensi :

1. Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung


sesuai keperluan.

2. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.

3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.

4. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.

5. Dorong penggunaan teknik manajemen stres. Berikan aktifitas hiburan yang tepat
contoh: menonton TV, radio, membaca, bermain.

6. Awasi terulangnya anoreksia.

e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber ketakutan, krisis lingkungan.

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada anak dengan ramah atau menggunakan media mainan,
permen, kue. Tunjukkan sikap ramah dan banyak senyum kepada anak.

2. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan (pada anak yang lebih
dewasa).

3. Berikan contoh tindakan perawatan yang akan dilakukan dengan menggunakan


media lain.

13
4. Libatkan keluarga terutama orangtua terdekat dalam setiap prosedur tindakan yang
akan dilakukan.

5. Hentikan intervensi bila anak menangis atau ketakutan. Jangan memaksa


melakukan intervensi bila anak menolak.

6. Desain ruangan anak dengan warna yang cerah (hijau, merah muda, kuning, biru)
dan beri gambar-gambar yang menarik.Beri hiburan musik yang ceria di ruangan anak
bila perlu.

7. Sediakan waktu bermain bagi anak usia preschool atau kesempatan belajar bagi
anak usia sekolah.

4. Implementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit,pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien dan memprioritaskanya. Semua tindakan keperawatan dicatat
kedalam format yang telah ditetapkan institusi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi
proses keperawatan,rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai,melalui
evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian,analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap
evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan,tetapi evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk
menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah
dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari
minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air
sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan
adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid
dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr.T.H Rampengan,DSAK & Dr. I.R Laurentz,DSAK (1997), Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak,EGC, Jakarta.

Suriadi & Yuliani Rita (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, CV Agung Setia, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud, Denpasar.

Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai