Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PENCERNAAN

MODUL 2 SKENARIO 2 ( GANGGUAN INFLAMASI USUS)


“DEMAM THYPOID”

FASILITATOR : Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.Edm.,


CWCCA
Oleh :
Kelompok IV B

Sukriah 13.01.087
Yuspa 13.01.088
Haerat 13.01.060
Haseka 13.01.061
Lady Grace 13.01.069
Lucky Indrayani 13.01.070
Nurbaya 13.01.078
Muhammad Hidayat 13.01.095
Muh. Zulkarnain 13.01.096
Nurhijriah 13.01.079

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR


TAHUN AJARAN
2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun asuhan
keperawatan kami yang berjudul “Demam Thypoid“ telah selesai kami
selesaikan dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan
dan saran para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan
mendapatkan balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi pembaca sekalian Amin.

Makassar, 1 Juli 2015


DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................1
Daftar isi ..............................................................................................2
Skenario 1 ............................................................................................4
Kata kunci ............................................................................................4
Core problem .......................................................................................4
pertanyaan penting..............................................................................4
jawaban penting...................................................................................5
BAB I PEMBAHASAN
Konsep medis Demam Thypoid
A. Definisi ..................................................................................8
B. Etiologi .................................................................................8
C. Phatofisiologi..........................................................................8
D. Manifestasi klinis....................................................................9
E. Komplikasi ............................................................................9
F. Pemeriksaan diagnostik ........................................................9
G. Penatalaksanaan..................................................................11
Konsep keperawatan Demam Thypoid
A. Pengkajian ...........................................................................14
B. PKDM....................................................................................15
C. Diagnosa keperawatan ....................................................... 15
D. Intervensi keperawatan ......................................................17
Trend and issue ........................................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................
B. Saran ...................................................................................
C. Daftar pustaka ....................................................................

BAB II
MODUL II : GANGGUAN INFLAMASI USUS

SKENARIO 2
Seorang pria berusia 28 tahun dating ke UGD RD Muhammadiyah
dengan keluhan demam. Hal ini telah dialami penderita sejak 8 hari yang
lalu. Demam semakin lama semakin tinggi. Mual muntah dijumpai. Batuk
tidak dijumpai. Selera makan menurun. BAK normal. BAB (-) selama 4 hari.

A. KATA KUNCI
1. Pria usia 28 tahun
2. Demam selama 8 hari yang lalu, demam semakin lama semakin
tinggi
3. Mual muntah
4. Selera makan menurun
5. BAB (-) selama 4 hari

B. CORE PROBLEM
Demam typoid

C. PERTANYAAN PENTING :
1. Mengapa pada usia 28 tahun rentang terkena demam thypoid ?
2. Mengapa pada kasus diatas terjadi demam ?
3. Mengapa pada kasus diatas terjadi mual dan muntah ?
4. Jelaskan mengapa pada kasus diatas dapat terjadi penurunan selera
makan ?
5. Jelaskan mengapa pada kasus diatas dapat terjadi BAB tidak normal ?
6. Jelaskan anatomi fisiologi usus halus !
7. Jelaskan defenisi dari demam thypoid ?
8. Jelaskan etiologi dari demam thypoid ?
9. Jelaskan patofisiologi dari demam thypoid ?
10. Sebutkan menifestasi klinis demam thypoid ?
11. Sebutkan komplikasi dari demam thypoid ?
12. Jelaskan pemeriksaan diagnostik untuk pasien demam thypoid ?
13. Jelaskan penatalaksaan medis dan keperawatan pada demam
thypoid ?
14. Sebutkan trend and issue tentang gangguan usus ?

D. JAWABAN PENTING :
1. Mengapa pada usia 28 tahun rentang terkena demam thypoid ?
Karena pada usia ini orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik
yang banyak dan dapat dikatakan sibuk sehingga mereka cenderung
memilih makan diluar rumah atau jajan ditempat lain akibatnya
dimana bakteri salmonella tyhpi banyak berkembang biak khususnya
pada makan yang dijajani dan kurang perhatian pada kebersihan atau
higyne karena ketidaktahuan dengan jajanan sembarangan sehingga
tertular bakteri salmonella tiphy yang menyebabkan demam thypoid.

2. Mengapa pada kasus diatas terjadi demam ?


Terjadi demam karena Ketika terserang infeksi, tubuh berusaha
membasmi infeksi itu dengan mengerahkan sistem imun. Sel darah
putih dan semua perangkatnya bekerja keras menghancurkan
penyebab infeksi, membentuk antibodi untuk menetralkan musuh,
serta membentuk demam. Dan dapat disebabkan karena Salmonella
Typhi melepaskan endotoksin yang merangsang sintesis pirogen
endogen yang mempengaruhi mekanisme termoregulasi di
hipotalamus. (Juwono, 1996).

3. Mengapa pada kasus diatas terjadi mual dan muntah ?


Salmonella yang berkembang biak di hati dan limfa terjadi
pembengkakan dan kemudia menekan lambung sehingga terjadi
refluks pada lambung yang menyebabkan mual dan muntah. Dan
dapat juga dapat disebabkan oleh gangguan saluran cerna hingga
gangguan syaraf dan Adanya gas serta gerakan peristaltik usus turut
berperang dalam timbulnya mual dan muntah atau karena kerusakan
saluran gastrointestinal yang menimbulkan imfuls iritatif yang
merangsang pusat muntah dibatang otak yang memerintahkan otot
abdomen dan diafragma untuk berkontraksi sehingga menyebabkan
mual dan muntah.

4. Jelaskan mengapa pada kasus diatas dapat terjadi penurunan selera


makan ?
Karena terjadi penurunan asupan gizi yang mengakibatkan terjadinya
penurunan absorpsi zat-zat gizi sehingga terjadi luka pada saluran
pencernaan maka menyebabkan penurunan selera makan bagi
penderitanya.

5. Jelaskan mengapa pada kasus diatas dapat terjadi BAB tidak normal ?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan BAB tidak normal,
yaitu :
a. Stress
Pada faktor psikologis stress menyebabkan gerak pristaltik usus
tidak bekerja dengan normal.
b. Salah makan/ jajan sembarang
Beberapa makanan yang dikonsumsi secara berlebihan sehingga
memicu susah buang air besar, seperti makanan-makanan
gorengan, kalengan serta minuman yang mengandung kafein.
c. Kurang minum air dan konsumsi serat
Kurang konsumsi makanan yang mengandung serat sehingga
perasaan penuh.

6. Anatomi fisiologi usus halus


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus
halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M
sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitidinal) dan lapisan serosa
(sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
 Duodenum (Usus dua belas jari)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.

 Jejenum (Usus Kosong)


Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

 Ileum (Usus Penyerapan)


Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
Absorbsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya
berlangsung didalam usus halus melalui 2 saluran yaitu
pembuluh darah kapiler dalam darah dan saluran limfe disebelah
dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi laktat, pembuluh
darah epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh
jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi
oleh epithelium.
Fungsi usus halus
 Menerima zat-zat makanan yang sudah di cernah untuk di
serap melalui kapiler – kapiler darah dan saluran – saluran
limfe.
 Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
 Karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah
usus yaitu :
 Enterokinase , mengaktifkan enzim proteolitik.
 Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam
amino.
 Laktase mengubah lactase manjadi monosakarida.
 Maltose mengubah maltase menjadi monosakarida.
 Sukrose mengubah sukrosa manjadi monosakarida.

UNTUK JAWABAN NO 7-10 KAMI BUAT DALAM BENTUK ASKEP


BAB II
KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella
paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan,
dengan gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009 )

B. ETIOLOGI
Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa.
Seseorang yang sering menderita penyakit demam typhoid
menandakan bahwa ia mengonsumsi makanan dan minuman yang
terkontaminasi bakteri ini.

C. PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati
aliran selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa ke
kelenjar mesentrium mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya
pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimtomatik) seperti mual,
muntah, tak enak badan, nafsu makan menurun, pusing karena segera
diserbu sel sistem retikulo endotetial. Tetapi kuman masih hidup,
selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah
mengalami bakteremia sehingga tubuh merangsang untuk
mengeluarkan sel pirogen akibatnya terjadi lekositopenia. Sel pirogen
inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus
sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera
diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat.
Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ
tersebut (hati, limfa, empedu), sehingga timbul peradangan yang
menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama
pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut dihancurkan oleh sel-
sel tersebut maka penyakit berangangsur-angsur mengalami perbaikan
dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ
sehingga timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat
demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. ( Widodo Djoko, 2009 )

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari demam thypoid menurut Rahmat
Juwono (1996), adalah:
1. Komplikasi pada usus halus : perdarahan usus, perforasi usus, dan
peritonitis.
2. Komplikasi di luar usus halus : bronkhitis dan bronkopneumoni,
kolesistitis, thypoid ensefalopati, meningitis, miokarditis, karier
kronik.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hematologi
 Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus atau perforasi. 3
 Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula
normal atau tinggi. 3
 Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis
relatif. 3
 LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat 3
 Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). 3
2. Urinalis
 Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam) 3
 Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi
penyulit. 3
3. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran
peradangan sampai hepatitis Akut. 3
4. Imunologi
 Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella
typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih
amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana
penyakit ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid
test) hasilnya dapat segera diketahui.
Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O =
1/160 , bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih
tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia.
Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas
maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita
demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka
kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi
dari kontrak sebelumnya. 3
 Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM
Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang
dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk
mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid.Sebagai tes cepat (Rapid
Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam
Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan
infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah kontak/ pernah
terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.3
5. Mikrobiologi
 Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas standard untuk pemeriksaan Demam
Typhoid/ paratyphoid.
Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk
Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum
tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan negatif
palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain
jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera
dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku
dalam spuitsehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat
pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah
mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat
vaksinasi.Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera
diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya
positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni
ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan
pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium
lanjut/ carrierdigunakan urin dan tinja. 3
6. Biologi molekular.
 PCR (Polymerase Chain Reaction)
Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman
yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta
kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan
dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan
biopsi. 3

G. PENATALAKSANAAN
Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Perawatan
Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari. Besar demam / kurang lebih selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan /
perforasi usus. Penderita dengan kesadaran menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostaltik dan dekubitus.
2. Diet
Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan penderita.
Pemberian bubur saring ini dimaksudkan untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus, karena ada pendapat bahwa ulkus-ulkus
perlu diistirahatkan. Banyak penderita tidak menyukai bubur saring
karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena mereka hanya
makan sedikit dan ini berakibat keadaan umum dan gizi penderita
semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama. Makanan
padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada
penderita tifoid.
3. Obat
Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam
lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang
dewasa4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas
demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam
tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama dengan
kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan
tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan
tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata-rata 5-6
hari.
c. Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)
Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7
hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan
400 mg sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam pada
demam tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksilin
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid
dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150
mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun
rata-rata setelah 7-9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga
amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk
demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum
diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis dan
lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Obat-obat Simtomatik:
a. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien
demam thypoid, karena tidak dapat berguna.
b. Kortikosteroid
Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau
parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap (Tapering
off) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan,
kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun
sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal
dan relaps.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
No. RM : 01 02 03 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Peserta : By ‘N’ Diagnosa Awal : Demam Typhoid
Umur : 3 tahun Tgl Masuk RS : 29 Juni 2015
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Keluhan utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,
atau tidak pernah, ataupun menderita penyakit lainnya.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut,
pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid
(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit lainnya.
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
Biasanya pada pasien thypoid mengalami badan lemah, panas,
pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.
 Kepala dan leher
Biasanya pada pasien thypoid yang ditemukan adanya
konjungtiva anemia, mata cowong, bibir kering, lidah kotor ditepi
dan ditengah merah.
 Dada dan abdomen
Didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
 Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak.

B. PENYIMPANGAN KDM
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA Dx. KEPERAWATAN
DS :
Klien mengeluh demam sejak 8
hari yang lalu
Klien mengatakan demam Hipertermi b.d Proses Inflamasi
semakin lama semakin tinggi Illeum Terminalis
DO :
Suhu tubuh meningkat
Kulit pasien teraba hangat
Kulit pasien nampak merah
DS :
Klien mengatakan selalu
berkeringat Kekurangan Volume Cairan b.d
DO :
Hipermetabolisme
Klien nampak berkeringat banyak
Suhu tubuh klien meningkat
Tekanan darah meningkat
DS :
Klien mengatakan selera
makannya menurun Ketidakseimbangan Nutrisi :
Klien mengatakan kurang minat
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
terhadap makanan
Mual Muntah dan Selera Makan
DO :
BB menurun Menurun
Klien nampak tidak mau makan
saat diberi makan
DS : Konstipasi b.d Penyempitan Lumen
Klien mengatakan sudah tidak BAB
selama 4 hari
Klien mengatakan fecesnya keras
DO : Usus
Bising usus hipoaktif
Ferkuensi feces pasien meningkat
Distensi abdomen
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
F. TUJUAN H. INTERVENSI
E. Dx. KEPERAWATAN G. Nurse Outcomes I. Nurse Interventions Classification
Classification (NOC) (NIC)
N. Setelah melakukan intervensi  Tentukan obat apa yang dibutuhkan
keperawatan selama 1 x 24 jam. dan atur menurut ketentuan yang
J. Hipertermi b.d Proses O.
dianjurkan
Inflamasi Illeum Terminalis P. Pasien akan :
 Atur medikasi atau cairan IV (mis.
K. Domain : 11  Hipertermi yang ringan (Skala 4)
Antipiretik, agen antibacterial, dan
(Keamanan/Perlindungan)
L. Kelas : 6 (Termoregulasi) agen anti demam)
M. Kode : 00007  Monitor suhu dan tanda vital yang lain
 Monitor tanda sistemik dan lokalisasi
dan geajala infeksi
U. Setelah melakukan intervensi  Anjurkan asupan oral (mis. Memberikan
keperawatan selama 1 x 24 jam. cairan via oral sesuai pilihan pasien,
Q. Kekurangan Volume Cairan V.
tempatkan di tempat yang mudah di
W. Pasien akan :
b.d Hipermetabolisme  Memperlihatkan keseimbangan jangkau pasien, berikan sedotan, dan
R. Domain : 2 (Nutrisi)
S. Kelas : 5 (Hidrasi) asupan dan keluaran selama 24- berikan air segar), secara tepat
T. Kode : 00027  Monitor ingesti makanan/cairan dan
jam dengan gangguan yang
hitung asupan calori harian
ringan (Skala 4)
 Berikan terapi IV, dengan tepat
X. Ketidakseimbangan Nutrisi : AB. Setelah melakukan intervensi  Monitor asupan dan keluaran cairan,
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d keperawatan selama 1 x 24 jam. secara tepat
AC.  Monitor asupan makanan kalori harian
Mual Muntah dan Selera Makan
AD. Pasien akan :
 Menunjukkan asupan makanan  Anjurkan pasien untuk memonitor
dan minuman dengan gangguan sendiri asupan makanan harian dan
deviasi yang sedang (skala 3) peningkatan/pemeliharaan BB.
Menurun  Atur medikasi sebelum makan (mis.
Y. Domain : 2 (Nutrisi)
Bantuan nyeri, antiemetic), jika
Z. Kelas : 1 (Ingesti)
AA. Kode : 00002 diperlukan
 Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan faforit pasien saat dalam
perawatan atau di RS, secara tepat
AI. Setelah melakukan intervensi  Monitor tanda dan gejala konstipasi
AE. Konstipasi b.d Penyempitan  Monitor tanda dan gejala ruptur usus
keperawatan selama 1 x 24 jam.
Lumen Usus AJ. dan/atau peritonitis
AF. Domain : 3 (Eliminasi dan AK. Pasien akan :  Anjurkan untuk meningkatkan asupan
Pertukaran)  Menunjukkan pola eliminasi
cairan
AG. Kelas : 2 (Fungsi dengan gangguan yang ringan  Instruksikan pasien/keluarga terhadap
Gastrointestinal) (Skala 4) hubungan diet, latihan dan asupan
AH. Kode : 00011
cairan dengan konstipasi/impaksi
AL.
AM.

Anda mungkin juga menyukai