Anda di halaman 1dari 15

SWAMEDIKASI

MUAL DAN MUNTAH

Disusun oleh :
Kelompok III
Eva Puspitasari Permata Baso Sainal (1920384309)
Fahmi Rizki (1920384309)
Hendri Evantrio (1920384310)
Ikhwan Setyo Wicaksono (1920384311)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2019

HALAMAN SAMPUL

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan

kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi

anugrah serta rahmat bagi seluruh umat islam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang

menjadi tugas Swamedikasi dengan judul “Mual dan Muntah”. Disamping itu kami

mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami

selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat

dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa

diperbaiki.

Surakarta, 13 September 2019

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Definisi Mual & Muntah .............................................................................. 2

B. Patofisiologi ................................................................................................. 2

C. Fase-Sase Muntah ........................................................................................ 4

D. Macam-Macam Muntah ............................................................................... 5

E. Dampak Muntah ........................................................................................... 5

F. Penatalaksanaan Terapi ................................................................................ 6

G. Kasus ...................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mual dan muntah adalah gejala-gejala dari penyakit yang mendasarinya
dan bukan penyakit spesifik. Mual adalah perasaan bahwa lambung ingin
mengosongkan dirinya, sementara muntah (emesis) adalah aksi dari mengosongkan
lambung secara paksa.
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala
yang dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan
kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai
pengeluaran isi lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan
yang sangat kuat. (Sukandar, 2008)
Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala ini
berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa atau dengan
kekuatan. Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi
melawan toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha
mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya
sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada saluran
pencernaan.
Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan dirinya
sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas saluran pencernaan teriritasi
secara luas, sangat mengembung, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau
iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk
muntah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologis mual dan muntah ?
2. Bagaimana terapi yang tepat untuk mual dan muntah ?
3. Bagaimana contoh studi kasus mual dan muntah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui patofisiologis dan etiologi mual dan muntah.
2. Mengetahui terapi yang tepat untuk mual dan muntah.
3. Mampu menyikapi kasus dan memahami pertimbangan assesment terapi.

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Mual & Muntah
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu
bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan
aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia,
pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah adalah pengeluaran isi
lambung dengan kekuatan secara aktif akibat adanya kontraksi abdomen,
pilorus, elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter esofagus bagian bawah dan
dilatasi esofagus. Muntah dipicu oleh impuls aferen ke pusat muntah, sebuah inti
sel di medula. Impuls yang diterima dari sensor pusat, seperti kemoreseptor
trigger zone (CTZ), otak korteks, dan aferen visceral dari faring dan saluran
pencernaan. Banyak reseptor neurotransmitter yang terletak di pusat muntah,
termasuk kolinergik, histaminic, dopaminergik, reseptor opiat, serotonergik,
neurokinin, dan benzodiazepine.
Mual dan muntah dapat berlangsung dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Dalam jangka pendek mual dan muntah biasanya tidak membahayakan
bagi pasien. Tetapi apabila sudah masuk dalam jangka panjang biasanya mual
dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi sehingga keseimbangan elektrolit
terganggu. Hal ini dapat membahayakan bagi pasien. Pengeluaran muntah paling
banyak adalah melalui mulut, sehingga asam lambung yang terkandung di dalam
muntah dapat merusak enamel gigi. Efek negatif dari enzim pencernaan juga
dapat merusak gusi.

B. Patofisiologi
Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Central
Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medula berdekatan dengan pusat
pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai
ventrikel keempat susunan saraf. CTZ merupakan organ utama sensor kimia untuk
emesis dan seringkali berhubungan dengan zat kimia yang dapat menyebabkan
muntah.

2
Muntah dipicu oleh rangsangan impuls afferen ke pusat muntah, sel-sel
nukleus di medula. Rangsangan diterima dari pusat sensor, seperti zona pemicu
kemoreseptor (Chemoreceptor trigger zone/CTZ), korteks serebri, dan aferen
viseral dari faring dan saluran cerna. Saat terangsang, impuls afferen diintegrasi di
pusat pengatur muntah, menghasilkan rangsangan ke pusat salivasi, pusat
pernafasan, faringeal, saluran cerna dan otot-otot perut, yang menyebabkan muntah.

3
Emesis dikoordinasi oleh pusat muntah dalam medula. Pusat muntah
berada pada formasio retikularis lateral medula pada tingkat nukleus olivarius.
Pusat muntah menerima serabut aferen dari daerah-daerah berikut.
1. Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ), terdapat pada daerah postrema yang
merupakan sumber stimulasi yang penting dari pusat muntah. CTZ kaya akan
reseptor Dopamin (D2), juga memiliki reseptor 5HT3 dan CTZ bisa distimulasi
oleh toksin atau obat dalam sirkulasi (atas) karena CTZ tidak dilindungi oleh
oleh sawar darah otak (CTZ adalah bagian dari sistem sirkumventrikular).
2. Sistem Vestibular, sistem ini terlibat dalam mual muntah yang berhubungan
dengan penyakit vestibular dan motion sickness.
3. Korteks Limbik, daerah ini dianggap bertanggung jawab atas mual yang
berhubungan dengan bau serta penglihatan yang tidak sedap. Aferen kortikal
juga terlibat dalam refleks muntah yang dikodisikan, yang bisa terjadi ketika
pasien melihat atau mencium bau obat sitotoksik yang akan diterimanya.
4. Nukleus solitarius, termasuk dalam lengkung refleks muntah (yaitu refleks
yang timbul dengan memasukkan jari ke dalam mulut)
5. Medula spinalis (serabut spinoretikular), terlibat dalam mual yang menyertai
trauma fisik.

C. Fase-Sase Muntah
Secara umum muntah terdiri atas 3 ( tiga ) fase, yaitu :
1) Nausea ( mual )
Merupakan sensasi psikis yang ditimbulkan akibat rangsangan pada organ –
organ dalam, labirin ( organ keseimbangan ) atau emosi dan tidak selalu diikuti
oleh retching atau muntah.
2) Retching ( maneuver awal untuk muntah )
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas pasmodik dengan glotis tertutup,
bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3) Regurgitasi / Emesis ( pengeluaran isi lambung/usus ke mulut ).

4
Terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diaphragma, disertai
penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pilorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan eksofagus relaksasi, dan mulut terbuka.

D. Macam-Macam Muntah
1) Mabuk darat
Penyebabnya diperkirakan bahwa gesekan dalam kendaraan merangsang
secara berlebihan. Labirin dibagian dalam telinga dan juga pusat muntah
melaui CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) atau terjadi pertentangan antara
mata dengan indera perasa yang sebenarnya harus bekerja sama dengan organ
keseimbangan ( labirin ), yang pada mabuk darat ( jalan ) memegang peranan
esensial.
2) Muntah kehamilan
Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa
kehamilan akibat kenaikan pesat dari HCG ( Human Chorion Gonadotropin).
Gejalanya pada umumnya tidak hebat dan hilang dengan sendirinya maka
sedapat mungkin jangan diobati, agar tidak mengganggu perkembangan janin.
3) Muntah akibat sitostatika
Disebabkan oleh rangsangan langsung dari CTZ ( Chemoreceptor Trigger
Zone) stimulant dan retroperistaltik dan pelepasan sitokronik di saluran
lambung-usus.
4) Muntah akibat radioterapi dan pasca bedah
Muntah post-operatif terjadi untuk sebagian besar tergantung dari anestetika
yang digunakan dan jenis pembedahan. Yang digunakan terutama adalah zat-
zat antagonis DA dan antagonis serotonin.

E. Dampak Muntah
1) Dehidrasi/ tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi ini akan berimplikasi
hipovolemik pda tubuh, kulit kering/pecah-pecah, penurunan kesadaran, serta
sianosis.

5
2) Acidosis metabolic, akibat kekurangan H+ pada lambung
3) Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolisis)
4) Lemahnya perut, gangguan pandangan, pendengaran, dll.

F. Penatalaksanaan Terapi
Tujuan secara keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah
atau menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek
samping atau efek yang tidak dikehendaki secara klinisi. Tujuan terapi mual muntah
menurut Handbook of Non Prescription Drugs (2015) adalah sebagai berikut :
a) Mengurangi gejala
b) Mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
c) Mencegah dan memperbaiki komplikasi
d) Mencegah timbulnya kembali penyakit
Kejadian mual dan muntah dapat diatasi dengan terapi farmakologi maupun
non farmakologi.
1. Terapi Non Farmakologi
a. Mual-muntah
1) Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi
makanan dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan.
2) Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku
termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan
desensitisasi sistematik.
3) Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik.
4) Istirahatkan, tetapi tetap mengkonsumsi cairan untuk mencegah terjadinya
dehidrasi.
5) Mengatur jumlah cairan yang masuk. Jangan terlalu banyak. Coba untuk
mengkonsumsinya sedikit demi sedikit, dengan jarak 10-15 menit
6) Menghindari produk yang mengandung susu selama 24-48 jam selama mual
dan muntah
b. Motion sickness
1) Hindari membaca saat dalam perjalanan

6
2) Penglihatan fokus ke depan
3) Hindari makan terlalu banyak atau minum alcohol selama perjalanan
4) Hindari dari bau yang kuat misalnya bau makanan atau rokok
5) Mengemudi kendaraan jika memungkinkan
c. Kehamilan
1) Pastikan udara kamar segar sebelum anda tidur
2) Sebelum tidur, makan beberapa kue kering dan relaksasi di tempat tidur
selama 10- 15 menit
3) Tidur pelan-pelan dan hinndari banyak gerakan
4) Sebelum sarapan, makanlah sedikit kue
5) Makan 4-5 makanan ringan perhari sebagai gantinya 3 kali makanan berat.
Jangan makan berlebihan
6) Jangan minum cairan atau makan sup saat waktu makan. Sebagai gantinya,
minum sedikit teguk cairan diantara makan
7) Ketika merasa mual, coba minum seteguk minuman berkarbonat atau jus
buah
8) Hindari makanan berminyak dan berlemak, begitu juga dengan makanan
pedas dan asam
9) Jika dibutuhkan, makan makanan yang dingin daripada hangat atau panas
(makanan dingin cenderung mengurangi mual)
10) Makan makanan yang mengandung protein tinggi.
2. Terapi Farmakologi

7
OBAT Mekanisme Kerja Contoh Tipe Cara Efek
ANTIEME Muntah Minum/ Samping
SISGolong Penggunaan
an
Antiemetik
Antagonis Blokade reseptor 5- Ondnsentron, Muntah 30-60 menit Sakit kepala,
Reseptor 5- HT3 pada saraf Granisetron, akibat obat sebelum rasa dingin,
HT3 aferen spinal dan Palonosetron sitototoksik tindakan nyeri dada,
saraf vagus kemoterapi takikardia,
nyeri da
Antagonis Menghambat Metoklopram Muntah 30 menit Ekstrapirami
reseptor reseptor id akibat obat sebelum dal (terutama
dopamin dopaminergik di sitotoksik, makan pada anak-
kerja CTZ, gangguan anak)
sentral meningkatkan GERD
tonus sfingter pada
esofagus bagian
bawah dan
meningkatkan
motilitas usus halus
dan lambung.
Antagonis Menghambat Siklizin, Vestibula Sedasi, mulut
reseptor reseptor histamin Prometazin, (mabuk kering,
H1 H1 dan mengubah Difenhidrami perjalanan) pusing,
histamin rangsangan n, retensi urin,
vestibular ke pusat Dimenhidrina gangguan
aferen. t pengobatan,
eksitasi,
hipotensi.

8
Antagonis Menghambat Hiosin Mabuk Pusing,
reseptor reseptor (skopalamin) perjalanan mulut kering,
muskarinik muskarinik gangguan
penglihatan,
retensi urin.
Antagonis Antagonis reseptor Domperidon Emesis 30 menit
reseptor Dopamin (D2) pasca sebelum
Dopamin operasi makan
Modulasi Aktivasi reseptor 5- Cisaprid, GERD 15 menit
reseptor HT4 Renzaprid sebelum
seretonin makan
(Goodman & Gilman, 2017 Vo.2)
Kondisi Tatalaksana
Kondisi Ringan Antasida/ Klorpramazin
Kondisi Berat, ANV Gol. Benzodiazepin
BPH, Glaukoma, Asma Gol. Antihistamin-Antikolinergik (Dimenhidrinat,
Difenhidramin, Skopolamin)
Pasca Kemo/Operasi Gol. Kortikosteroid + Ondansentron
(CINV, PONV)
GERD/ Tukak Gol. H2 Blocker (Simetidin, Ranitidin)
Lambung
Aktivitas prokinetik Metoklopramid
pada diabetes
Hamil Piridoksin (First Line)
Doxylamin
Ondansentron (Pilihan akhir)
Anak Kortikosteroid/Ondansentron/Domperidone
(suspensi)
Keterangan : Obat Mual disesuaikan dengan kondisi dan penyebab
terjadinya
Dipiro, 9th Ed.

9
G. Kasus

10
BAB III PENUTUP
1. Muntah dipicu oleh rangsangan impuls afferen ke pusat muntah, sel-sel nukleus
di medula. Rangsangan diterima dari pusat sensor, seperti zona pemicu
kemoreseptor (Chemoreceptor trigger zone/CTZ), korteks serebri, dan aferen
viseral dari faring dan saluran cerna. Saat terangsang, impuls afferen
diintegrasi di pusat pengatur muntah, menghasilkan rangsangan ke pusat
salivasi, pusat pernafasan, faringeal, saluran cerna dan otot-otot perut, yang
menyebabkan muntah.
2. Kejadian mual dan muntah dapat diatasi dengan terapi farmakologi maupun
non farmakologi disesuaikan dengan kondisi dan penyebab terjadinya.
3.

11
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacist Association, 2015, Handbook of Non Prescription Drugs.
Chapter 19. Nausea and Vomiting. Ed:1.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L. and Dipiro, C. V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook: A Pathophysiologic Approach. 9th Ed. New
York : MC Graw Hill Medical.
Neal, M. J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai