“KIMIA MEDISINAL”
(ABKK 3405)
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kolompok : 14
Kelas A2 2021
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan kemampuan dan kelancaran sehingga makalah yang berjudul “Anti Emitika”
dapat diselesaikan dengan baik. Adapun dibuatnya Makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
Kimia Medisinal, dengan harapan dapat menambah wawasan dan juga ilmu bagi para
pembaca tentang kimia, khususnya kimia Medisinal. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
hormat dan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Leny, M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Medisinal
2. Semua pihak yang telah membantu makalah ini
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Maka dari itu penyusun menyampaikan permohonan maaf dan berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan juga saran yang bersifat membangun yang nantinya
akan dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan dimasa mendatang. Penyusun juga berharap
agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 14
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................II
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
3.1 Kesimpulan..........................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................14
3.3 Daftar Pustaka .....................................................................15
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
pusat salvasi dan pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadi
hipersalivasi dan gerakan pernapasan (Gan, 2016). Pilihan terapi untuk mual
muntah dapat diberikan berupa pengobatan dengan obat maupun tanpa obat,
tergantung dari kondisi medis yang terkait. Untuk pasien dengan keluhan
sederhana, cukup diberikan asupan nutrisi yang cukup, sedangkan pada pasien
yang mengalami mual muntah hebat dapat diberikan terapi antiemetik (Dipiro,
2009).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu anti emika
2. Untuk mengetahui 4 jenis mual muntah
3. Unutuk mengetahui obat yang terkandung dalam obat mual
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian anti emika
Antiemetika adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual
dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks
muntah menggunakan satu dari dua cara, yaitu secara lokal, untuk mengurangi respons
lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau
secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Anti
emetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anastesi lokal, adsorben, obat
pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi
pereganan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan
(Mutschler,1991).
Domperidone
Metoclopramide
Ondansetron
2. Muntah kehamilan
3
Mual muntah pada kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kondisi
tersebut apabila tidak ditangani dapat menjadi yang patologis. Kasus mual muntah
yang berlebihan pada kehamilan /hiperemesis gavidarum memerlukan perhatian
karena berdampak buruk pada kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir.
Kehamilan dengan hiperemesis gravidarum menurut World Health Organization
(WHO) mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia dengan angka
kejadian yang beragam. Mual muntah atau emesis merupakan sensasi untuk
mengeluarkan muntah merupakan sensasi yang segera mendahului muntah.
Umumnya mual muntah pada ibu hamil dapat terjadi pada kehamilan trimster
pertama. Emesis pada kehamilan disebut dengan nausea atau emesis garvidaru.
Emesis biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan
malam hari. Setiap wanita hamil akan memiliki derajat emesis yang berbeda- beda,
ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada juga yang merasa mual dan
ada yang merasa sangat mual dan ingin muntah setiap saat. 5 Keluhan emesis pada
kehamilan disebabkan karena ketidak seimbangan hormonal selama kehamilan,
kekurangan vitamin B. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada
emesis seperti takut terhadap kehamilan dan persalinan dan lainnya. Ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko emesis pada ibu hamil yaitu hamil pada usia
muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan kembar, hamil anggur (mola
hidatidosa), dan pernah mengalami emesis berat sebelumnya.
Apabila emesis tersebut tidak segera diatasi maka akan menjadi hal yang
patologis. Pada ibu yang mengalami keluhan emesis satu di antara seribu kehamilan
gejalagejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Corionic Gonadotropin)
dalam serum, selain itu progesterone juga diduga menajdi factor penyebab emesis
Emesis pada ibu hamil apabila tidak diatasi maka dapat menimbulkan berbagai
dampak pada ibu hamil dan janin dikemudian hari. Upaya penanganan mual
muntah pada ibu hamil dapat dilakukan dengan farmakologi dan nonfarmakologi.
Penanganan farmakologi berupa pemberian obat-obatan antihistamin dan agen-
agen prokinetik sebagai farmakoterapi lin pertama yang aman dan efektif.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berat hyperemesis. Selain farmakologi, penanganan mual muntah dapat
dilakukan dengan non farmaklogi. Penanganan nonfarmakologi pada emesis adalah
dengan perubahan dalam diet, pengobatan komplementer seperti homeopati,
aromaterapi, osteopati, refleksiologi, pijatan ringan (endorphine) maupun dengan
akupresur pada titik perikardium. Dibandingkan dengan penanganan non
famakologi lain, pijat akupressur tidak membutuhkan ruangan, peralatan khusus
serta persiapan khusus, lain hal nya terapi refleksiologi, aroma terapi, akupunktur
yang membutuhkan peralatan seperti jarum, benda tumpul, wangi-wangian khusus,
suasana ruangan yang betul-betul nyaman, serta keterampilan khusus. Sehingga
teknik pijat akupresur merupakan terapi yang mudah, murah serta memiliki efek
samping yang baik. Akupressur dapat dilakukan oleh suami atau ibu sendiri yang
telah diajarkan oleh tenaga kesehatan Pijat akupresure merupakan sebuah terapi
yang cukup penting diberikan pada wanita hamil. Sementara ini, umumnya untuk
4
menurunkan emesis, ibu hamil memeriksakannya ke bidan dan minum air hangat
setiap pagi, konsumsi makanan kering, makan nasi dengan porsi sedikit tapi seting.
Padahal pijat tersebut dilakukan sendiri dengan penekanan menggunakan ibu jari
pada daerah 3 jari di atas pergelangan tangan (P6). Stimulus pada titik P6
merupakan titik penting yang diberikan akupresur pada klien dengan hyperemesis.9
Karena dengan menggunakan pijat ini membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan
nyaman sehingga dapat menurunkan emesis. Hal itu terjadi karena terapi
akupressur ini menstimulasi sistem regulasi dan mengaktifkan mekanisme endokrin
dan neurologi untuk mempertahankan keseimbangan. Hal ini juga didukung oleh
Koosnadi10 yang menuliskan bahwa titik P6 merupakan salah satu titik yang
digunakan pada kasus darurat dengan mual dan muntah. Pengobatan ini
mengurangi mual pada banyak wanita hamil.
5
d) Antisipator mual muntah. Ini terjadi pada pasien yang sudah merasa mual
atau rasa tidak enak diperut dan cemas, padahal obat sitostatika belum
diberikan. Sebagian pasien dapat menekan sara tersebut dengan latihan
relaksasi (Jeffery et al., 1998). Potensi timbulnya mual dan muntah oleh
kemoterapi.
6
(dewasa)
antikoliner Mngamb Skopolam 1,5 mg
gik at in transder
reseptor mal tiap
muskarin 72 jam
ik di Takaran
sistem obat
vestibular Dewasa:
dan pusat 0,3-0,65
muntah mg
yang Anak-
beradadi anak:
medulla 0,006
mg/kg
(maks:
0,3 mg)
2. Antihistaminika
Antihistaminika Antagonis reseptor histamine H1 bekerja dengan cara
menghambat reseptor histamin di sistem vestibular, dimana sistem vestibular
berada pada pusat muntah. Antagonis histamin H1 terutama berguna untuk
motion sickness dan emesis pasca operasi. Golongan ini bertindak sebagai aferen
vestibular dan dalam batang otak, yang merupakan pusat mengatur terjadinya
muntah.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain pusing, penglihatan kabur,
mulut kering, retensi pada urin, dan mungkin terjadi takikardi biasanya terjadi
pada sebagian pasien lansia. Contoh obat pada golongan ini aterdapat dalam tabel
sebagai berikut :
7
min jam
PR : 10-50
mg tiap 2-
4 jam
Prometazin
Oral/PR/
rektal :
12,5 -25
mg tiap 4-
6 jam prn
- Siklizin
Siklizin merupakan turunan piperazine dengan Antihistaminika yang
digunakan untuk mengatasi mual muntah yang berhubungan dengan aferen
vestibuler, peningkatan intrakrainal, obstruksi usus, dan mual yang
diinduksi oleh obat-obatan. Pemberian siklizin boleh dicamur dengan
morfin, haloperidol namun tidak kompaktibel. Efek samping yang bisa
itimbulkan pada golongan Histamin adalah sedasi. Contoh sediaan siklizin
adalah merezen.
- Dipenhidramin
Dipenhidramin bekerja dngan cara kompetitif terhadap reseptor H1
antagonis yang memblok agen muskarinik (M1) dan α-adenoreseptor. Efek
samping yang dapat ditimulkanyaitu sedasi. Interksiyang dapat
ditimbulkan antara lain, menyebabkan efek seasi apabila digunakan
bersamaan dengan obat penenang, alkohol, dapat menghambat CYP2O6,
dan dapat memperpanjang beberapa reaksi β-Blocker. Contoh sediaan
dipenhidramin yaitu Benadryl.
3. Antipsikotika
8
Antipsikotika merupakan pilihan pertama dalam pengobatan
skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Antipsikotika dibagi menjadi
golongan antipsikotika tipikal dan antipsikotika atipikal. Antipsikotika
digunakan dalam pengobatan skizofrenia dengan tujuan untuk mengurangi
atau meredakan gejala psikosis yang muncul terutama halusinasi dan
delusi. obat antipsikotik diresepkan untuk menangani gejala psikosis pada
pasien skizofrenia, depresi berat, episode mania gangguan bipolar, atau
gangguan kecemasan.
Antipsikotik bekerja dengan cara menyeimbangkan kadar zat
penghantar sinyal antarsaraf di otak (neurotransmitter), seperti dopamin,
serotoni, noradrenalin, dan asetilkolin. Namun, cara kerja antipsikotik
yang paling umum adalah dengan menghambat dopamin.Dopamin adalah
neurotransmitter yang berperan dalam fungsi berpikir, suasana hati,
motivasi, serta fungsi organ dan pergerakan tubuh. Namun, kelebihan
dopamin bisa menimbulkan gejala, seperti delusi atau halusinasi, yang
kerap dimiliki oleh pasien psikosis.
Mekanisme Kerja Obat Antipsikotik Obat antipsikotik
menimbulkan efek farmakologis dengan mempengaruhi mekanisme
dopaminergik, yaitu dengan bekerja sebagai antagonis pada reseptor
dopamin, memblok dopamin seingga tidak dapat berinteraksi dengan
reseptor. Pemblokan tersebut terjadi pada pra dan postsinaptik reseptor
dopamin sehingga kadar dopamin dalam tubuh meningkat dan
menyebabkan terjadinya terjadinya efek antipsikotik. Obat antipsikotik
dalam membentuk kompleks dengan reseptor dopamin kemungkinan
melibatkan dua bentuk konfirmasi, yaitu:
a. Bentuk konfirmasi keadaan padat dari obat antipsikotik, yang
hampir sama dengan bentuk dopamin yang memanjang
9
b. Bentuk konformasi S dari 4 atom berturut-turut yang menghubungkan
cincin aromatik dengan atom N tersier basa dari obat antipsikotik yang
juga hampir sama dengan bentuk dopamin yang panjang
10
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani
pengobatan dengan antipsikotik, karena dapat meningkatkan risiko
terjadinya efek samping.
Jangan berkendara atau melakukan hal yang membutuhkan
kewaspadaan setelah mengonsumsi obat antipsikotik, karena obat
ini dapat menyebabkan kantuk.
Jangan menghentikan pengobatan secara mendadak tanpa
berkonsultasi dengan dokter, karena dapat menyebabkan
perburukan gejala yang tadinya sudah membaik, atau menimbulkan
gejala putus obat, seperti pusing, sakit perut, mual, diare, keringat
dingin, atau tremor.
Beri tahu dokter jika Anda memiliki kebiasaan merokok atau
mengonsumsi minuman berkafein dan jika sedang hamil, mungkin
hamil, merencanakan kehamilan, atau menyusui.
Efek Samping dan Bahaya Antipsikotik
4. Metoclopramide
Metoclopramide merupakan obat mual dan muntah yang dapat digunakan
pada gangguan saluran cerna, pengobatan kanker, operasi, serta migrain
atau mungkin digunakan karena alasan lain konsultasika kepada dokter.
Metoclopramide tersedia dalam bentuk tablet, sirup, ampul, dan tetes
untuk anak-anak.
11
Gambar struktur obat Metoclopramide
Sumber: http://www.chemnet.com/cas/id/2576-84-3/Metoclopramide%20HCl.html
5. Domperidone
12
reseptor dopamin perifer dan meningkatkan peristaltik esophagus,
motilitas lambung sehingga memudahkan pengosongan lambung dan
mengurangi waktu transit usus kecil.
13
Mulut kering
Kram perut
konstipasi
Gangguan pada periode menstruasi.
Kejang
Detak jantung yang tidak normal.
6. Ondansetron
14
pembentukan karies gigi. Dapat pula terjadi laserasi linier pada
mukosa perbatasan esofagus dan lambung yang disebut Mallory
Weiss syndrome.
4. Asam lambung akan merusak jaringan paru dan menyebabkan
pneumonia aspirasi (sindroma Mendelson).
BAB III
15
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mual (nausea) adalah sensasi atau perasaan yang tidak
menyenangkan dan sering merupakan gejala awal dari muntah. Keringat
dingin, pucat, hipersalivasi, hilang tonus gaster, kontraksi duodenum dan
refluk isi intestinal ke dalam gaster sering menyertai mual meskipun tidak
selalu disertai muntah (Loadsman, 2005). Muntah adalah keluarnya isi
lambung secara aktif karena kontraksi otot saluran cerna atau
gastrointestinal. Antiemetika adalah obat-obatan yang digunakan dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara
mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara, yaitu
secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke
medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat
CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Ada 4 jenis muntah yaitu
sebagai berikut: Mabuk darat,mabuk kehamilan, Muntah akibat sitostatika dan
Muntah akibat radioterapi dan pasca bedah. Ada 6 obat yang terkandung
didalam obat mual yaitu : Skopolamin, Antihistaminika, Antipsikotika,
Metoklopramida, Domperidone dan Ondansetron.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah yang penulis buat ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca, yang dimana dalam makalah ini penulis
menyajikan dengan runtut dan jelas materi tentang Antiemetika. Yang
dimana dengan materi tersebut kami sebagai penulis berharap setelah para
pembaca membaca makalah ini, dapat menambah wawasan dan tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai materi kimia medisinal tentang
Antiemetika. Kami sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila penulis keliru dalam penulisan dalam pembuatan makalah ini.
Dan kami ucapkan selamat membaca dan semoga berkesan dengan isi
dari makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nurulicha, n., nengsih, y., & hartani, h. (2021). The efect of acupressure on
decreasing nausea and vomiting in the first trimester of pregnancy in the
work area of the sukahurip health center, garut regency, west java,
2020. Jurnal kesehatan indra husada, 9(1), 64-71.
meilina, n. A., cahaya, n., & putra, a. M. (2022). Analisis trend peresepan
golongan antipsikotika tipikal dan atipikal di tiga puskesmas di kota
banjarmasin periode 2019-2021. Jurnal sains dan kesehatan, vol. 4, no 4,
393-400.
17