Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

“OBAT SISTEM SALURAN CERNA”

Dosen Pengampu:
dr. Hilda, M. Kes

Disusun Oleh:

Diah Rahma Sari (P07220221019)

Radina Syaidina Aliyah (P07220221035)

Tingkat 1 STr Kep

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN PERAWAT + PROFESI NERS

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun pedoman
dalam pembelajaran.
Kami juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah Farmakologi Ibu dr.
Hilda, M.Kes karena berkat bimbingannya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harap kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 23 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Antipasmodik..................................................................................................3

B. Hepatoprotektor .............................................................................................4

C. Antidiare.........................................................................................................4

D. Laksatif...........................................................................................................6

E. Antihemoroid dan Kolagoga..........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................11

B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saluran cerna, lambung, dan usus dapat dipahami bahwa sebagai
pintu gerbang masuk zat-zat gizi dari makanan, vitamin, mineral dan cairan yang
memasuki tubuh. Fungsinya adanya sistem ini adalah mencernakan makanan
dengan cara menggilingnya dan kemudian mengubah secara kimiawi ketiga
komponen penting (protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi unit –unit yang
siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas.
Sedangkan produk-produk hasil pencernaan yang bermanfaat bagi tubuh, beserta
vitamin, mineral, dan cairan melintasi selaput lendir (mukosa) usus untuk ke
aliran darah dan getah-bening (limfe). Pada proses pencernaan makanan dalam
tubuh terkadang mengalami gangguan yang disebabkan oleh kondisi sistem
pencernaan itu sendiri. Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada
jalan makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu
kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)
dan pancreas.
Adapun gangguan pada sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis,
diare, konstipasi, apendiksitis dan maag. Masalah pencernaan dari kategori
ringan hingga berat harus segera diatasi jika tidak akan dapat memperburuk
keadaan. Salah satu cara untuk mengatasi sistem pencernaan adalah dengan
mengkonsumsi obat, yang termasuk dalam kategori obat sistem pencernaan
diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik,
Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare,
Laksatif. Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan
komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya
kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat
juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit.
Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila

1
penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang
benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah
yang didapat adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan obat sistem saluran cerna antispasmodik?
2. Jelaskan obat sistem saluran cerna hepatoprotektor?
3. Apa yang dimaksud dengan obat sistem saluran cerna antidiare?
4. Jelaskan obat sistem saluran cerna laksatif?
5. Apa yang dimaksud dengan obat sistem saluran cerna antihemoroid dan
kolagoga?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah yang telah disusun ini maka tujuannya
adalah:
1. Manfaat Teoritis: Makalah ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran agar
dapat mempermudah untuk memahami pengertian mengenai obat sistem
saluran cerna.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Dosen
Pembelajaran yang menarik dari segi materi sehingga dapat
membuat proses belajar mengajar menarik.
b. Bagi Peserta didik
Memahami materi dengan lebih baik dan mudah karena penulisan
yang mudah dimengerti dan dipahami.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antipasmodik
Antispasmodik ialah zat atau obat-obat yang digunakan untuk mengurangi
atau melawan kejang-kejang otot, yang sering mengakibatkan nyeri perut
(saluran pencernaan). Obat golongan ini mempunyai sifat sebagai relaksan otot
polos. Termasuk senyawa yang memiliki efek anti kolinergik, lebih tepatnya anti
muskarinik. Meskipun dapat mengurangi spasme usus tapi penggunaannya
dalam sindrom usus–pencernaan hanya bermanfaat sebagai pengobatan
tambahan.
Anti spasmodik digolongkan menjadi:
1. Atropin dan kelompok alkaloid. Contoh Atropin Sulfat, extract belladone.
2. Antimuskarinik sintetik. Contohnya Papaverin HCl, Mebeverin HCl ,
Propantelin Bromida, Pramiverin HCl.
Contoh obat antipasmodik adalah:
1. Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah
kejang otot)
2. Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide
digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini
membantu mengobati kram perut dan abdominal.)
3. Mebeverine dan Papaverine, (golongan alkaloid opium yang
diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana
dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik.)
4. Timepidium, Pramiverine, Tiemonium.

Indikasinya adalah untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang


mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya. Efek
sampingnya menyebakan kantuk dan gangguan yang lain.

3
B. Hepatoprotektor
Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin
tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi
hati kerena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam
penyaringan lemak oleh hati.
Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino,
kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti
methionin dan cholin. Methionin memiliki peranan penting dalam metabolisme
hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh
hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan
menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan
keracunan.
Spesialite obat protektor hati
No
Generik Dagang Pabrik
.
Otto
1. Methionin dan vitamin Methicol
Soho
Curcuma Soho
Curson Soho
2. Curcuma+Multivitamin
Heparviton Tempo Scan P
Lanagogum Landson
Aminofusin Hepar Baxter Kalbe
3. Asam-asam Amino Comafusin Hepar Kalbe Farma
Livamin Sanbe Farma

C. Antidiare
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau
keracunan makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan
banyak cairan kadang-kadang disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-
kadang disertai darah atau lendir.

4
Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan
diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi
pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada
pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan oralit.
1. Kemoterapi Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab
penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika
2. Obstipansia Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan
diare, yaitu dengan cara:
a. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamid
b. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin 7
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan
bakteri atau racun penyebab diare yang lain misalnya, carbo-
adsorben, kaolin, attapulgit, tablet zinc.
d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang
luka contohnya pectin.
3. Spasmolitika yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang –kejang otot
yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain
papaverin dan oksifenonium.
Spesialite obat antidiare

No Generik Dagang Pabrik

Oralit Kimia Farma


Bioralit IndoFarma
1. Oralit Corsalit Corsa
Pharolit Pharos
Pedyalite Abbot

2. Kaolin dan pectin Kaopectate Up John Indonesia


Kaolimec Mecosin
Neo Diaform Corsa

5
Diaend Mugi

Biodiar Novartis Indonesia


Neo Entrodiastop Kombiphar
3. Attapulgit Neo Enterodine Erela
Neo Entrostop Kalbe Farma
Neo Diastop Armoxindo

Imodium Johnson&Johnson
Lodia Sanbe
4. Loperamid HCL Novadium Novaparin
Primodium Ika pharmindo
Renamid Fahrenheit

Bekarbon
Arang Jerap Kimia Farma
5. Norit
(Carbo Adsorbens) Cap Lang

Interzinc Interbat
6. Zn Sulfat Zincare Kalbe Farma
Zanic Nicholas

D. Laksatif
Pencahar atau laxantia adalah obat-obat/zat yang dapat mempercepat
peristaltik usus sehingga mempermudah/melancarkan buang air besar.
Mekanisme kerjanya adalah dengan cara merangsang susunan saraf otonom
para-simpatis agar usus mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya
keluar.
1. Pencahar Rangsang
Merangsang mukosa, saraf intramural atau otot usus sehingga
meningkatkan peristaltic dan sekresi mukosa lambung.
a. Difenilmetan, Fenolftalein
-Indikasi : Konstipasi

6
-Dosis : 60-100 mg (tablet)
-Efek samping : Elektrolit banyak keluar, urin dan tinja warna
merah dan reksi alergi
b. Antrakinon, Kaskara Sagrada
-Dosis : 2-5 ml (sirup), 100-300 (tablet)
-Efek samping : pigmentasi mukosa kolon
c. Sena
-Dosis : 2-4 ml (sirup), 280 mg (tablet)
-Efek samping :Penggunaan lama menyebabkakn kerusakan
neuron mesenteric.
2. Minyak Jarak
Minyak jarak berasal dari biji ricinus cimmunis, suatu trigliserida asam
risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Sebagai pencahar obat ini tidak
banyak digunakan lagi.
-Dosis : Dewasa : 15-50 ml
Anak : 5-15 ml
-Efek samping : Confusin, denyut nadi tidak teratur, kram otot, lelah.
3. Pencahar Garam
Peristaltik usus meningkat disebabkan pengaruh tudak langsung
karena daya osmotiknya.
a. Magnesium Sulfat
-Dosis : 15-30 g (bubuk)
-Efek samping : Mual, dehidrasi, dekompesasi ginjal, hipotensi,
paralisis pernapasan.
b. Susu Magnesium
-Dosis : 15-30 ml
c.Magnesium Oksida
-Dosis : 2-4 g
4. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik.
Golongan ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon.

7
a. Metilselulosa
-Dosis:
Dewasa : 2-4 kali 1,5 g/hari
Anak : 3-4 kali 500 mg/hari
-Efek samping : Obstruksi usus dan esophagus

b. Natriumkarboksi Metilsulosa
-Dosis : 5-6 g (tablet)
c. Agar
-Dosis : 4-16 g
5. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa merangsang
peristaltic usus, baik langsung maupun tidak langsung.
a. Dioktilkalsiumsulfosuksinat
-Dosis : 50-450 mg/hari (kapsul)
-Efek samping : Kolik usus
b. Parafin cair
-Dosis : 15-30 ml/hari
-Efek samping : Mengganggu absorpsi zat-zat larut lemak, lipid
pneumonia, pruritis ani.
c. Minyak Zaitun
-Dosis : 30 mg
E. Antihemoroid dan Kolagoga
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung
pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap
berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar
dari anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi karena
mengeluarkan darah, terutama setelah buang air besar, sehingga tinja
mengandung darah atau terdapat bercak darah di handuk ataupun tisu kamar
mandi. Darahnya bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama kelamaan
wasir dapat menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan darah yang berat

8
atau anemia sehingga memerlukan transfusi darah.Wasir yang menonjol keluar
mungkin harus dimasukkan kembali dengan tangan perlahan-lahan atau bisa juga
masuk dengan sendirinya. Wasir dapat membengkak dan menjadi nyeri bila
permukaannya terkena gesekan atau jika di dalamnya terbentuknya pembekuan
darah.Kadang-kadang, wasir bisa juga menyabakan keluarnya lendir dan
menimbulkan perasaan bahwa masih ada isi rektum yang belum dikeluarkan.
Perut terasa mau jebol karena banyak tinja yang tertahan akibat takut
mengalamai rasa sakit saat buang air besar. Gatal pada daerah anus (pruritus ani)
bisa menjadi gejala dari wasir. Rasa gatal ini terjadi karena keadaan wasir yang
terkeluar itu menghambat pembersihan anus secara efisien, dapat menyebabkan
partikel-partikel kecil dari feses menumpuk pada kulit perianal dan bekerja
sebagai iritan. Iritan ini dapat berpotensi menjadi kanker bila tidak segera
ditangani. Ada juga yang mengalami rasa sakit di bagian tulang belakang bagian
bawah. Biasanya, gejala itu di alami oleh penderita yang sudah pada ambeien
stadium 2. Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal
dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir. Pengobatan
Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila
menyebabkan gejala.
1. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan
peregangan yang menyertainya.
2. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami
perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
3. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan
skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet,
meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
4. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih.
Mungkin 3-6 kali pengobatan.
5. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan
laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus
listrik (elektrokoagulasi).
6. Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.

9
Kandungan obat hemoroid/wasir:
1. Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).
2. Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi Hydrokortison,
suppositoria.
3. Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum, Sophora japonica, dll
4. Senyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink,
hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau
penghancur batu empedu. Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di
saluran atau kandung empedu Faktor pencetusnya meliputi hiperkolesterolemia,
penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran empedu.
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan
saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah.Obat
yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum. Hingga kini
belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis yang kronis karena
virus.Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, seperti di
bawah ini:
1. Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung, dan efek pada
siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek
imunomodulate.
2. AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial
yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita
penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun.
3. Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik
utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasi:
batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi
untuk pembedahan, tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali
atau yang menolak kolesistektomi (membuang kandung empedu yang
sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan).

10
4. Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak
rimpang-rimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian
bermanfaat untuk kesehatan hati.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi: menerima
makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah, membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.Jenis-jenis obat pencernaan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Antitukak, Antipasmodik, Antasida,
Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Prokinetik, Antidiare, Laksatif.
Dari sekian obat yang disebutkan di atas, setiap obat memiliki efek dan fungsi
yang berbeda sesuai dengan golongan obat tersebut.
B. Saran
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat terhadap pasien,
kita harus benar-benat tahu jenis-jenis obat, indikasi dan kegunaan obat adalah
hal-hal penting yang harus diketahui oleh paramedis dalam sistem pencernaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, Sulistia G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Fakultas Kedokteran


UI, Jakarta.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi: Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2002. Obat-Obat Penting, Edisi Keenam.
Jakarta : Gramedia.

12

Anda mungkin juga menyukai