Oleh:
Vina Amelia Utari (P07120220006)
Vania Salsabilla Hakim (P07120220009)
Anggita Cesar Kharisma (P07120220011)
Dea Kurnia Dewi (P07120220016)
Septi Ayu Rahmani (P07120220017)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi dengan judul “Obat Saluran Pencernaan”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk makalah kami
ini, supaya makalah kami ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, khususnya kepada
Dosen Mata Kuliah Farmakologi, Sarjana Terapan Keperawatan semester 2 di
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang telah membimbing kami dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................4
Rumusan Masalah.......................................................................4
Tujuan..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan..................................................................................17
Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia, demensia, anemia
mikrositik pada penderita gagal ginjal. Mekanisme kerja Aluminium
Hidroksida bekerja secara kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam
lambung. Obat sistem pencernaan jarang menyebabkan reaksi alergi.
C. Klasifikasi dan Jenis Obat Saluran Pencernaan
Kklasifikasi obat saluran pencernaan antara lain ada Antasida, H2
reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif.
1. Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi
gangguan sistem pencernaan yang disebabkan oleh asam lambung.
Apabila asam yang diproduksi oleh lambung terlalu banyak maka
mekanisme perlindungan lambung, usus dan esophagus tidak terlalu
kuat sehingga mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut
yang menghasilkan gejala seperti sakit perut, ulu hati terasa terbakar.
Antasida diberikan secara oral untuk mengurangi rasa perih akibat
suasana lambung yang terlalu asam.
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Antasida terdiri dari
sat aktif yang mengandung aluminium hidroksida/karbonat,
magnesium hidroksida/karbonat, dan kalsium. Bisa juga dikombinasi
oleh simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas. Antasida bekerja
dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam. Antasida juga bekerja
dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja
pada kondisi asam.
Antasida memiliki dua tipe yang memiliki efek sistemik dan non
sistemik.
a) Antasida sistemik
Ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga
mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam
tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis yang termasuk
dalam tipe ini adalah Na-Bikarbonat. Efek samping yang
dapat terjadi yaitu kelebihan natrium menyebabkan
hypernatremia dan retensi air, alkalosis metabolic karena
kelebihan bikarbonat dan kelebihan sekresi asam (rebound).
b) Antasida nonsistemik
Kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam
usus, dan tidak diabsorbsi sehingga tidak mempengaruhi
keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Farmakokinetik dari antasida adalah diserap diekskresi oleh ginjal.
Maka, penderita infusisiensi ginjal tidak boleh menggunakan obat ini
dalam jangka waktu lama.
7
Farmakodinamik dari antasida adalah antasida dibersihkan dari perut
kosong dalam waktu 30 menit. Adanya makanan dalam lambung
cukup menaikkan PH lambung hingga sekitar 5 dalam waktu 1 jam
dan untuk memperlama efek netralisasi selama 2-3 jam.
Golongan yang termasuk dalam antasida, antara lain natrium
bikarbonat, aluminium hidroksida, kalsium karbonat, magnesium
karbonat, dan magnesium trisilikat.
Efek samping antasida :
a) Sindrom susu alkali
Penggunaan antasida sistemik dan kalsium karbonat bersama susu
dalam jumlah besar akan menimbulkan gejala sakit kepala, lemah,
mual, dan muntah.
b) Batu ginjal, osteomalaise, dan osteoporosis. Contoh : aluminium
hidroksida
c) Neurotoksisitas karena aluminium yang diabsorbsi ( pada otak
menjadi alzeimer)
d) Mg menyebabkan diare, sedangkan Al menyebabkan obstruksi
usus
e) Asupan natrium : hati-2 PJP
2. H2 reseptor
Antagonis reseptor H2 adalah obat untuk meningkatkan
penyembuhan ulser gastric dan duodenum, mengobati GERD
sederhana, mencegah terjadinya stress ulser. Mekanisme kerja H2
reseptor adalah menghambat produksi asam yang dirangsang oleh
histamine melalui kompetisi reversible dengan histamine untuk
berkaitan dengan reseptor H2 pada mempran basolateral pada sel-sel
parietal. Golongan H2 reseptor terdiri atas simetidin, ranitidine,
famotidine, nisatidin.
Farmakokinetik H2 reseptor adalah diabsorbsi di usus. Simetidin,
ranitidine, famotidine mengalami metabolisme di hati dengan
bioavailabelitas sekitar 50%. Hanya sedikit nizatidin mengalami
metabolisme di hati sehingga bioavailabilitas hamper 100%.
Farmakodinamik H2 reseptor adalah semua jenis H2 reseptor
menghambat 60-70% sekresi asam selama 24 jam. Efektif
menghambat sekresi asam di malam hari( yang sangat bergantung pada
histamine) tapi hanya berdampak kecil terhadap sekresi asam yang
dipicu oleh makanan.
Efek samping H2 reseptor :
a. Simetidin
8
Diare, nyeri otot, pusing, reaksi kulit, penggunaan jangka
panjang menyebabkan impotensi dan ginekomastia ( mengikat
reseptor androgen ).
b. Ranitidine
Hamper sama dengan simetidin tetapi tidak menyebabkan
ginekomastia dan impotensi
c. Famotidine
Sakit kepala, diare, rasa tidak nyaman pada perut, pusing,
mulut kering. Adapun efek samping yang lebih serius, antara
lain detak jantung tidak teratur, cemas, hilang nafsu makan,
pingsan, keang, mudah memar/berdarah.
3. Antiemetik
Antiemetic adalah jenis obat yang dikonsumsi untuk mengatasi
mual dan muntah. Antiemetic sering disebut dengan antimuntah. Obat
antiemetik bekerja dengan menghambat senyawa dan neurotransmitter
spesifik di dalam tubuh. Senyawa tersebut dapat memicu reaksi seperti
mual dan muntah pada banyak kondisi. Berikut jenis antiemetic
berdasarkan penyebabnya :
a. Untuk mabuk perjalanan
Obat antiemetic ini mampu menurunkan kepekaan telingan bagian
dalam terhadap gerakan kepala. Contoh obat antiemetic untuk
mengatasi mabuk perjalanan, yaitu dimenhydrinate,
diphenhydramine, meclizine, promethazine.
b. Antiemetic saat menjalani operasi
Pasien yang menerima tindakan anestesi kerap mengalami mual
dan muntah. Obat antiemetic ini ada yang berasal dari penghambat
reseptor serotonin, penghambat reseptor dopamine, dan
kortikosteroid. Beberapa contoh obat antiemetic untuk kondisi saat
menjalali operasi, antara lain dexamethasone, droperidol,
granisetron, meroclopramide, ondansetron.
c. Antiemetic untuk flu perut
Flu perut atau gastroenteritis terjadi ketika lambung atau usus
mengalami iritasi atau peradangan, sebagai dari akibat infeksi virus
atau bakteri. Muntah menjadi salah satu gejala gastroenteritis yang
berbahaya jika tidak diatasi. Beberapa contoh obat yang termasuk
dalam antiemetic untuk gastroenteritis, yaitu natrium sitrat, asam
fosfat, bismuth subsalisilat.
d. Antiemetic untuk pasien yang menjalani kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi untuk penanganan kanker sering
menimbulkan efek samping mual dan muntah bagi pasien. Obat
jenis ini bervariasi, ada yang berasal dari kelompok penghambat
reseptor serotonin, penghambat reseptor dopamine, penghambat
9
reseptor NK1, dan kortikosteroid. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam jenis ini, yaitu aprepitant, dexamethasone,
polapitant, granisetron, dan sebagainya.
e. Antiemetic untuk ibu hamil
Ibu hamil akrab dengan morning sickness. Kondisi ini sering
ditandai dengan mual dan muntah. Beberapa contoh obat jenis ini,
yaitu dimenhydrinate, prochlorperazine, promethazine, vitamin B6,
dan sebagainya.
Masing-masing jenis obat antiemetic memiliki efek saping yang
berbeda-beda. Berikut efek samping yang khas :
1. Antihistamin : mengantuk, mulut kering, hidung kering
2. Kortikosteroid : gejala gangguan pencernaan, peningkatan dahaga,
jerawat
3. Pemblokir reseptor dopamine: kelelahan, sembelit, telinga
berdenging, gelisah
4. Penghambat reseptor NK1 : mulut kering, penurunan volume urine
5. Penghambat reseptor serotonin : kelelahan, mulut kering, sembelit
Farmakologi obat ini didistribusikan terikat dengan protein plasma
darah.
4. Antikolinergik
Antikolinergik adalah obat yang dapat mencegah aktivitas
neurotransmitter asetilkolin supaya tidak memicu pergerakan otot tak
sadar pada organ-organ didalam tubuh. Obat antikolinergik bekerja
pada reseptor muskarinik dalam system saraf pusat dan perifer dengan
menghambat respon asetilkolin secara kompetitif. Efek antikolinergik
tersebut membuatnya bermanfaat dalam menangani banyak kondisi
medis, mulai dari masalah aktivitas kandung kemih, keracunan, serta
masalah pergerakan otot yang berkaitan dengan Parkinson. Obat
antikolinergik juga diberikan pada pasien untuk mengiringi proses
anestesi sebelum operasi.
Adapun beberapa jenis obat yang termasuk dalam kategori
antikolinergik adalah atropine, clidinium, cyclopentolate, darifenacin,
dan sebagainya. Obat antikolinergik dapat mengatasi berbagai kondisi
medis, misalnya asma, pusing dan mabuk perjalanan, gangguan system
pencernaan/diare, keracunan, gejala Parkinson, dan sebagainya.
Efek samping yang ditimbulkan oleh antikolinergik umumnya,
yaitu :
a. Mulut kering
b. Penglihatan kabur
c. Sembelit
d. Rasa kantuk
10
e. Halusinasi
f. Kebingungan
g. Delirium, dan sebagainya
Selain efek samping, adapun peringatan dalam penggunaan
antikolinergik, yaitu suhu tubuh meningkat secara drastis,
overdosis dan interaksi dengan alcohol. Antikolinergik tidak dapat
dikonsumsi oleh kelompok lanjut usia, orang dengan gagal jantung,
hipertensi, glaucoma, down syndrome, dan sebagainya.
5. Hepatoprotektor
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
perlindungan pada hati dari kerusakan hati. Obat golongan
hepatoprotektor bertujuan untuk menjaga fungsi sel-sel hati dan
membantu mempercepat penyembuhan. Adapun beberapa jenis obat
yang termasuk dalam golongan hepatoprotektor, yaitu hepachol,
estazor, planta, hevtin, dan sebagainya.
Mekanisme koerja obat hepatoptotektor antara lain dengan cara
detoksilasi senyawa racu, baik yang masuk dari luar maupun yang
terbentuk dalam tubuh pada proses metabolisme, meningkatkan
regenerasi sel hati yang rusak, anti radang, dan sebagai
immunostimulator.
Efek sampung yang umumnya muncul karena obat hepatoprotektor
tergantung pada kandungan. Contoh yang kemungkinan muncul,
misalnya mual, muntah, sensasi panas, palpitasi.
6. Antibiotik
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi
dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh
dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik
tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih
dengan sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu.
Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak kunjung membaik,
dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi, terdapat
juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan
antibiotik, yakni:
a. Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.
b. Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk
sembuh dengan sendirinya.
c. Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.
11
Gangguan pencernaan, Reaksi alergi, Infeksi jamur, Sensitif terhadap
cahaya, Gigi berubah warna, Resistensi antibiotik. Selain beberapa
efek samping di atas, masih ada banyak efek samping antibiotik yang
dapat muncul, yaitu:
12
Cara kerja obat maag jenis PPI bekerja dengan cara menghambat
reaksi kimia antara hidrogen, kalium, serta enzim adenosin trifosfatase.
Sistem yang dikenal juga sebagai ‘pompa proton’ ini terdapat pada sel-
sel penyusun dinding lambung yang memproduksi asam.
Terhambatnya pompa proton membuat asam lambung tidak dapat
keluar ke lapisan lumen lambung. Dengan begitu, produksi asam
lambung pun menurun secara drastis sehingga gejala gangguan
pencernaan turut berkurang.
8. Prokinetik
a. Metoclopramide
b. Cisapride
13
c. Bethanechol
1. Kegelisahan
2. Depresi
3. Kantuk
4. Kelelahan
d. Eritromisin
9. Antidiare
14
Diare merupakan kondisi meningkatnya frekuensi buang air besar
yang ditandai dengan tinja encer, kram perut, mual dan demam.
Umumnya diare bisa berlangsung selama 2–3 hari. Obat diare penting
untuk dikonsumsi, terutama jika diare berlangsung berkali-kali dan
lama. Jika dibiarkan, diare bisa saja menimbulkan komplikasi,
misalnya dehidrasi. Ada beragam jenis obat diare yang mungkin akan
diresepkan oleh dokter Anda. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
c. Karbon aktif yaitu obat yang mengandung zat karbon aktif atau
arang aktif, seperti norit, juga efektif untuk menangani diare.
Karbon aktif mengobati diare dengan cara menyerap racun
penyebab diare lalu membuangnya bersama feses. Dosis umum
karbon aktif untuk mengobati diare pada orang dewasa adalah
2–4 tablet 250 mg dan diminum sebanyak 3–4 kali dalam
sehari.
10. Laksatif
15
obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
sebelum operasi dilakukan.
Menurut cara kerjanya, obat pencahar dapat dibedakan menjadi:
Efek Samping Obat Pencahar seperti obat-obat lain, obat pencahar juga
berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang
ditimbulkan obat pencahar, bergantung pada jenis obat pencahar yang
dikonsumsi. Namun, efek samping yang umumnya terjadi setelah
mengonsumsi obat pencahar berupa:
1. Perut kembung
2. Sering buang gas atau kentut
3. Nyeri atau kram perut
4. Merasa tidak enak badan
5. Dehidrasi yang dapat mengakibatkan sakit kepala dan warna urine
lebih gelap dari biasanya.
16
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Farmakologi-Komprehensif.pdf
2. https://www.academia.edu/27733873/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_II
_OBAT_OBAT_SALURAN_PENCERNAAN
3. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/429/6/6.%20BAB%20II.pdf
4. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/evaluasi_penggunaan_obat_antiseptik_ulser.pdf
5. https://www.sehatq.com/artikel/obat-antiemetik-adalah-obat-untuk-mual-
dan-muntah-apa-saja-jenisnya
6. https://www.sehatq.com/artikel/menyimak-fungsi-obat-antikolinergik-dan-
efek-sampingnya
7. https://media.neliti.com/media/publications/278009-efek-hepatoprotektor-
ekstrak-terpurifika-06eb2255.pdf
8. https://hellosehat.com/pencernaan/maag/obat-maag-ppi-penghambat-
pompa-proton/
9. https://moko31.wordpress.com/2018/05/31/obat-obat-prokinetik/
10. https://www.alodokter.com/antibiotik
.
19