Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DIET PADA PENCERNAAN DAN SALURAN


KEMIH
MATA KULIAH GIZI DAN DIET

DI SUSUN OLEH:
 Dewi Karlina
 Iis Istyqomah
 Isty Rahmania
 Rendrik Suseno
 Ananda Vira Nurafiat
 Zimo Lambang M

Akper Saifuddin Zuhri


Jl.Pahlawan bunderan kijang No.45
Tahun ajaran 2017/2018
Daftar isi

Daftar Isi.................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................ii

BAB IPendahuluan................................................................1

I.I Latar Belakang............................................................

I.II Rumusan Masalah......................................................5

I.III Tujuan Pembahasan..................................................6

BAB II Isi/Pembahasan...........................................................7

BABIII Penutup......................................................................25

Kesimpulan.............................................................................25

Saran........................................................................................26

Daftar Pustaka..........................................................................27
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-NYA
pun tidak akan menyadari begitu banyak yang telah di dapatkan dari allah
SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-NYA baik iman maupun islam.

Dengan nikmat dan hidayah-NYA pula kami dapat menyelesaikan


penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Gizi dan Diet.
Penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Ade Yayah,
M.Kes selaku guru mata kuliah Gizi dan Diet, dan semua pihak yang turut
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan


dan kesalahan baik dari isi maupun struktur penulisannya, oleh karena itu
penulis sangat mengharapan kritik dan saran positif untuk perbaikan.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada


para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

Indramayu, 11 Agustus 2017


BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,
mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.

Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara
lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau
hematemesis melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-
penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik,
hematenesis melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare dan kostipasi.

Manifestasi yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dyspepsia, diare, konstipasi
hematenesis, melena dan hematokesia. Menurut lokasinya, penyakit saluran cerna dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu penyakit saluran cerna atas dan penyakit saluran cerna bawah.

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal
itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi
saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikaran jika
terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin. Namun, jika hanya terdapat 10.000 atau kurang
bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.

Prevelensi penyakit saluran kemih (ISK) antara usia 15-60 tahun jauh lebih banyak. Wanita
menderita ISK bagian bawah dengan perbandingan kurang lebih dua kali sekitar pubertas
dan lebih dari 10 kali pada usia 60 tahun.
I.II RUMUSAN MASALAH 
1. Bagaimana diet pada pasien penyakit lambung?
2. Bagaimana diet pada pasien penyakit gagal ginjal kronik?

I.III TUJUAN MASALAH


1. Dapat mengetahui diet pada pasien penyakit lambung.
2. Dapat mengetahui diet pada pasien penyakit gagal ginjal kronik.
 

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.DIET PADA PASIEN PENYAKIT LAMBUNG
Diet Saluran Pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. (Sukandar, 2004)
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum,  pascaoperasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan
kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau
psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak
merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan
gejaa yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan
secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi
asm lambung yang  berlebihan. 
Syarat diet penyakit lambung adalah:
1) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2) Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3) Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di
tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara
bertahap.
5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di
anjurkan minum susu terlalu banyak.
8) Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam
untuk member istirahat  pada lambung.
Diet lambung diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum, paska
pendarahan, dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan
merupakan  perpindahan dari pasca hematemesismelena, atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap tiga jam ( lihat makan saring ) selama 1–2 hari saja karena
membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.

B. DIET PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK


Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya,
Suwanto, 2001).

Gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel
karena suatu penyakit. End stage renal disease merupakan gagal ginjal terminal yang
akan membawa kematian jika tidak dilakukan terapi atau transplantasi ginjal. Terapi
gagal ginjal kronis hanya bersifat membantu memperlambat progresivitas gagal ginjal
kronis. Pemberian suplemen seperti zat besi, asam folat, kalsium dan vitamin D mungkin
diperlukan. Suplemen vitamin A tidak dibutuhkan sementara asupan mineral fosfor,
magnesium, dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium mungkin harus dikurangi.
Pemberian suplemen vitamin-mineral pada gagal ginjal kronis harus mengacu pada hasil
hasil pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, kadar kalium, natrium, dan
klorida. Pada pasien-pasien gagal ginjal kronis, fokus terapi gizi adalah untuk
menghindari asupan elektrolit yang berlebihan dari makanan karena kadar elektrolik bisa
meninggi akibat klirens renal yang menurun.
Sebagai penderita penyakit gagal ginjal kronis, anda mungkin perlu membuat
perubahan pola makan anda. Perubahan meliputi:
 Membatasi cairan
 Diet rendah protein
 Membatasi garam, kalium fosfor, dan elektrolit lainya
 Mendapatkan cukup kalori jika anda kehilangan berat badan
Fungsi dari diet bagi penderita gagal ginjal kronis ini adalah untuk menjaga kadar
elektrolit, mineral, dan cairan dalam tubuh tetap seimbang atau terkontrol. Pasien yang
menjalani dialisis perlu diet khusus ini untuk membatasi penumpukan produk limbah
dalam tubuh..
Membatasi cairan antara perawatan dialisis sangat penting karena kebanyakan
orang yang menjalani pengobatan cuci darah buang air kecil sangat sedikit. Tanpa buang
air kecil, cairan akan menumpuk didalam tubuh, sehingga menyebabkan terlalu banyak
cairan di jantung, paru-paru dan pergelangan kaki.

Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang
lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular
yang terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-
duk sisa nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.

Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah,
yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya
pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock),
atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan
oleh adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal,
protein atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi
penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya
batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.

Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal,


intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya
aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah
akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut
antara lain infeksi, racun, obat atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan ginjal. Sedangkan faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal
akut adalah berbagai faktor yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat
dari obstruksi (sumbatan) pada saluran kencing.

Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.
Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika
nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada Tabel
1.

Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik

1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :
 Kelainan patologik
 Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus <> 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes melitus
dan hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal kronis. Kondisi
lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya inflamasi (radang),
immunological (autoimmun) atau penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal.
Pada beberapa kasus, pasien dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju
filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut
membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.

Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik

Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

(ml/menit/1,73m2)
Risiko Meningkat Normal > 90 (Terdapat faktor risiko)
Stadium 1 Normal / meningkat > 90 (Terdapat kerusakan
ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60 – 89
Stadium 3 Penurunan sedang 30 – 59
Stadium 4 Penurunan berat 15 – 29
Stadium 5 Gagal ginjal <>
Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik
seperti:
1. Gangguan elektrolit dan hormon
Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal
ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal
yang penting dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam
pengaturan level elektrolit, akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada
sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat membantu
mencegah peningkatan kadar kalium serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat membantu pencegahan dari peningkatan
kadar phosphate serum akan tetapi daapt berdampak pada renal osteodystrophy.
Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunana GFR ketika aktivitas dari
hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit dibatasi atau berlebihan.

2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari
hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam
urine tetapi menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon
ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan
gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.

3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR
ginjal sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl.
Beberapa gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut
dengan sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan
pada neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri.
Komplikasi lainnya akibat dari uremia adalah:
 Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi gangguan
pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin yang berfungsi pada
pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat
hilangnya kalsium dari tulang.
 Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat
berakibat pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar
glukosa darah dan metabolisme zat gizi.
 Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan dapat
menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat berkontribusi pada
anemia dan pendarahan pada saluran cerna.
 Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain
hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak
normal.
 Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang
rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan
kematian pada pasien.

4. Protein Energi Malnutrisi


Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan wasting.
Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki asupan
energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit.
Anoreksia merupakan salah satu faktor penyebab dari rendahnya konsumsi makanan dan
dapat berakibat pada gangguan hormonal. Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan
vomiting, pembatasan diet, uremia dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat
memberikan kontribusi pada malnutrisi dan disebabkan akibat dari vomiting, diare,
pendarahan gastrointestinal, concurrent catabolic illness dan dialisis.

Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara
cepat atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan penurunan fungsi
ginjal secara bertahap dan irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak
menunjukkan gejal-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal akut.
Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh
karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski
anamnesis yang teliti sangat membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat.
Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak
terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat memberikan
pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut.
A. TUJUAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
penurunan laju filtrasi glomerulus

B. SYARAT DIET GAGAL GINJAL KRONIS


1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak
jenuh ganda
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C,
dan D.

C. INDIKASI PEMBERIAN
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50
kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan
60 kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan
65 kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan
dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi
atau lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan
memberikan asam amino essensial murni.
Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK

Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein


berat berat
Makanan (g) urt berat (g) urt (g) urt
2 gls
Beras 100 11/2 gls nasi 150 2 gls nasi 150 nasi
telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
1 ptg
Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 sdg
Sayuran 100 1 gls 150 11/2 gls 150 11/2 gls
2 ptg
Pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 sdg
Minyak 35 31/2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm
gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm
susu
bubuk 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm
kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi
Madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm
agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi

Tabel 7. Nilai Gizi

30 g protein 35 g protein 40 g protein


Energi (kkal) 1729 2086 2265
Protein (g) 30 35 41
Lemak (g) 57 70 75
Karbohidrat (g) 263 327 356
Kalsium (mg) 262 336 385
Besi (mg) 10 11 11.7
Vitamin A (RE) 27403 32999 33085
Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5
Vitamin C (mg) 182 191 192
Fosfor (mg) 497 623 702
Natrium (mg) 195 216 275
Kalium (mg) 1277 1387 1590

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Diet Rendah Protein 40
Pagi Siang
Beras 50 g = 3/4 gls nasi beras 50 g = 3/4 gls nasi
telur ayam 50 g = 1 btr daging 50 g = 1 ptg sdg
Sayuran 50g =1/2 gls sayuran 50 g = 1/2 Gls
Minyak 10 g = 1 sdm pepaya 100 g = 1 ptg sdg
gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 15 g = 11/2 Sdm
Madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 Sdm
susu bubuk 20 g = 4 sdm
Pukul 10.00/21.00 Malam
Kue RP 50 g = 1 porsi beras 50 g = 3/4 gls nasi
gula pasir 20 g = 2 sdm ayam 25 g = 1 ptg kcl
sayuran 50 g = 1/2 gls
Pukul 16.00 pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 11/2 sdm
gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

Tabel 8. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan/Dibatasi


Sumber
karbohidrat nasi, bihun, jagung, kentang,
makaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu,
permen

kacang-kacangan dan hasil


Sumber protein telur, daing, ikan , ayam, susu olahannya
seperti tempe dan tahu

Sumber lemak minyak jagung, minyak kacang kelapa, santan, minyak kelapa;
tanah, minyak kelapa sawit, margarin, mentega biasa dan
minyak lemak
kedelai; margarin dan mentega hewan
rendah garam

Sumber vitamin sayuran dan buah tinggi kalium


dan semua sayuran dan buah, kecuali pada
Mineral pasienn dengan hiperkalemia pasien dengan hiperkalemia
dianjurkan yang mengandung
kalium rendah/sedang
Contoh Menu Sehari
Pagi Siang Malam
nasi goreng Nasi nasi
telur ceplok capcay goreng ayam goreng
Katimun daging bistik setup buncis
Susu Pepaya setup nenas
Madu puding saos caramel
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00
kue klepon ubi kue cantik manis kue pepe/lapis
Sirup Teh sirup

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diet Saluran Pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversibel karena suatu penyakit

B. SARAN
Dengan mengetahui bahaya dari penyakit saluran cerna dan yang berkaitan
dengan ginjal, juga pelaksanaan diit yang harus terkontrol, maka dari itu, penulis
menghimbau kepada kita semua untuk menjaga sistim yang terdapat dalam tubuh kita.
Dan dengan makalah ini kita bisa meningkatkan pengetahuan mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk
Perawatdan Dokter. Jakarta: Andi Publisher

Anda mungkin juga menyukai