Anda di halaman 1dari 16

DIET PADA KLIEN DENGAN GANGUAN FUNGSI GINJAL

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Gigi&Diet)


Dosen Pengampu

Irisana Tambunan,S.Kep.,Ners.,M.KM

Disusun Oleh :

M. Nur Fahaz Hermawan 191FK01077


Novi Widya Pratama 191FK01084
Rosyita Cahya Agustin 191FK01104

Tingkat 3C

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Diet pada klien gangguan Fungsi Ginjal tepat waktu.

Makalah " Diet Pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal" Padisusun guna memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Keperawatan Anak . Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Diet Pada Klien Gangguan Fungsi Ginjali.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Irisana


Tambunan,S.Kep.,Ners.,M.KM selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Nama Penulis

Novi Widya Pratama


M. Nur Fahaz Hermawan
Rosyita Cahya Agustin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GINJAL 2

2.2 PENGERTIAN GAGAL GINJAL 2

2.3 PENYEBAB MALNUTRISI PADA GAGAL GINJAL 2

2.4 KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL 3

2.5 DIET PADA GAGAL GINJAL 5

2.6 SYARAT DIET 6

2.7 JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 11

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal
penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal,
namun baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan
ginjal.Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit,
dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresi.
Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal terganggu, ia
tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan terjadinya gangguan
pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Penetapan terapi nutrisi
diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada.Seperti gagal ginjal akut, gagal
ginjal kronis, penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal terminal), sindroma nefrotik dan batu
ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu, penatalaksanaan diet difokuskan pada
pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan dan elektrolit natrium, kalium,
kalsium dan fosfor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Diet pada Klien penurunan Fungsi ginjal
2. Sebutkan Jenis diet untuk Klien Gangguan Fungsi ginjal
3. Syarat melakukan diet pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal
4. Apa saja Kebutuhan Nutrisi pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal

1.3 Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui diet pada Klien dengan penurunan Fungsi ginjal
2. Untuk mengetahui Jenis diet untuk Klien Gangguan Fungsi ginjal
3. Untuk Mengetahui Syarat melakukan diet pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal
4. Agar Mahasiswa mengetahui Kebutuhan Nutrisi pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GINJAL


Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi
regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai
kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat)
dan zat kimia asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah
satunya adalah gagal ginjal.

2.2 PENGERTIAN GAGAL GINJAL


Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang
terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa
nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang
dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa
jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau
kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh
adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein
atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi
penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu
ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.
2.3 PENYEBAB MALNUTRISI PADA GAGAL GINJAL
Tingginya angka prevalensi malnutrisi terjadi pada pasien dengan gagal ginjal.
Beberapa survey menunjukkan bahwa 40% pasien dengan gagal ginjal mengalami malnutrisi
terutama Protein-Energi malnutrisi. Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh intake makanan
yang kurang. Indikator status gizi seperti turunnya intake makanan dan masa otot merupakan
salah satu penyebabnya adalah penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab
dari malnutrisi pada pasien.
Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat menyebabkan
malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang membatasi asupan protein, garam,
kalium, phosphor dan air semakin menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan.
Intervensi diet seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan
diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan diet.

2.4 KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL


1. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan
hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney
Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi
metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang
dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose
dalam larutan diasylate.

2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal
ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien
dewasa gan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen
perkilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan
protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8
gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak
mengalami dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat
perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.

3. Kebutuhan Vitamin
pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan
menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian.
Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi
ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary
Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun.

4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat.
Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung
kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah
dengan membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga
keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat
pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau
menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis
kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi
hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan
suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat
serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.

b. Fosfat
ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah yang
menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat
menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar
fosfat yang tinggi yaitu :
 Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
 Kacang kacangan, selai kacang
 Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya

c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak
ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang ,Susu dan Yoghurt
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal
ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi.
Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut
ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
 Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
 Makanan jenis fast food

2.5 DIET PADA GAGAL GINJAL


 Gagal Ginjal Akut :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum darah.
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan.
 Gagal Ginjal Kronis
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
penurunan laju filtrasi glomerulus.
 Gagal Ginjal Dialisis
1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar
pasien dapat melakukan aktivitas normal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
2.6 SYARAT DIET
 Gagal Ginjal Akut :
1.Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB.
2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Pada
katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB,
dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB.
3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5
g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.
4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi
penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni.
5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.
6.Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500
ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C,
A dan K.
 Gagal Ginjal Kronis :
1.Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak
jenuh ganda
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C,
dan D
 Gagal Ginjal dengan Dialisis :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam
amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3
g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.
3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
6. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air
seperti asam folat, vitamin B6, dan C.

2.7 JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN


 Gagal Ginjal Akut
Jenis diet yang diberikan adalah :
1). Diet gagal ginjal akut lunak
2). Diet gagal ginjal akut cair

Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi
penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur
dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
 Gagal Ginjal Kronis
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:

1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50
kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60
kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65
kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan
dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau
lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan
asam amino essensial murni.

 Gagal Ginjal dengan Dialisis


Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran
badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan
perorangan.Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:
1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg
2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg
3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg
Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan
natrium dan cairan)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk
memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan diagnosa
dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera
memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi.
Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan
adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat tejadinya kematian.

3.2 Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal , diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari
penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan melalui
makanan maupun berolaharaga yang benar. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan
penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang
tepat, serta mengetahui diet pada Klien ggn Fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal Medicine.
Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p. 134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The McGraw-Hill Companies,
2008 harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/.../gagal-ginjal-kronik
Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta : Hipokrates. 1997.
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p. 365:331-340.
Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.
Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U, Waspadji S et al
(eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.
tsuki.files.wordpress.com/2007/01/nefrologi-6-ggapgk.ppt
www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html

Anda mungkin juga menyukai