Irisana Tambunan,S.Kep.,Ners.,M.KM
Disusun Oleh :
Tingkat 3C
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Diet pada klien gangguan Fungsi Ginjal tepat waktu.
Makalah " Diet Pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal" Padisusun guna memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Keperawatan Anak . Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Diet Pada Klien Gangguan Fungsi Ginjali.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Nama Penulis
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal
penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal,
namun baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan
ginjal.Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit,
dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresi.
Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal terganggu, ia
tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan terjadinya gangguan
pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Penetapan terapi nutrisi
diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada.Seperti gagal ginjal akut, gagal
ginjal kronis, penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal terminal), sindroma nefrotik dan batu
ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu, penatalaksanaan diet difokuskan pada
pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan dan elektrolit natrium, kalium,
kalsium dan fosfor.
1.3 Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui diet pada Klien dengan penurunan Fungsi ginjal
2. Untuk mengetahui Jenis diet untuk Klien Gangguan Fungsi ginjal
3. Untuk Mengetahui Syarat melakukan diet pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal
4. Agar Mahasiswa mengetahui Kebutuhan Nutrisi pada Klien Gangguan Fungsi Ginjal
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal
ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien
dewasa gan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen
perkilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan
protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8
gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak
mengalami dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat
perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
3. Kebutuhan Vitamin
pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan
menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian.
Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi
ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary
Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun.
4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat.
Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung
kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah
dengan membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga
keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat
pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau
menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis
kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi
hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan
suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat
serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat
ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah yang
menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat
menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar
fosfat yang tinggi yaitu :
Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
Kacang kacangan, selai kacang
Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak
ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang ,Susu dan Yoghurt
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal
ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi.
Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut
ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
Makanan jenis fast food
Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi
penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur
dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
Gagal Ginjal Kronis
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50
kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60
kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65
kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan
dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau
lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan
asam amino essensial murni.
3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk
memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan diagnosa
dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera
memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi.
Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan
adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat tejadinya kematian.
3.2 Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal , diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari
penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan melalui
makanan maupun berolaharaga yang benar. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan
penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang
tepat, serta mengetahui diet pada Klien ggn Fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal Medicine.
Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p. 134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The McGraw-Hill Companies,
2008 harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/.../gagal-ginjal-kronik
Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta : Hipokrates. 1997.
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p. 365:331-340.
Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.
Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U, Waspadji S et al
(eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.
tsuki.files.wordpress.com/2007/01/nefrologi-6-ggapgk.ppt
www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html