Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah tentang Implikasi Keperawatan
Pemberian Obat Golongan Histamin ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
farmakologi dengan baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
KONSEP GOLONGAN OBAT HISTAMIN.....................................................................6
2.1 Definisi....................................................................................................................6
2.2 Cara Kerja Pada Histamin....................................................................................7
2.3 Indikasi Histamin...................................................................................................10
2.4 Kontra Indikasi Histamin.......................................................................................10
2.5 Efek Samping Histamin.........................................................................................11
BAB III............................................................................................................................13
IMPLIKASI KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT GOLONGAN HISTAMIN........13
3.1 Pengkajian Keperawatan........................................................................................13
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................16
3.3 RENCANA KEPERAWATAN.............................................................................16
BAB IV............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
4.1 KESIMPULAN......................................................................................................18
4.2 SARAN..................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi tubuh akibat
maksutnya suatu zat asing. Zat asing yang dinamakan alergen tersebut
masukke dalam tubuh melalui saluran nafas ( inhalan) seperti debu, tungau
serbuk bunga, dan debu. Alergen juga dapat masuk melalui saluran
pencernaan (ingestan) seperti susu, telur, kacang- kacangan dan seafood. Di
samping itu juga di kenal alergen kontaktanyang menempel pada kulit seperti
kosmetik dan perhiasan. Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas
atau kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan dengan membuat antibodi
yang disebut imunoglobulin E. Imunoglobin E tersebut kemudian menempel
pada sel mati.
Sering kali kita mengalami alergi, misal alergi kulit yang menjadi merah,
gatal dan bengkak sampai alergi yang membuat sesak nafas. Ketika jari kita
tertusuk jarum atau kita terluka, kita langsung merasakan sakit atau
nyeri.Nyeri ini terasa juga saat kita sakit gigi atau penyebab penyebab lain.
Penyebab demikian adanya senyawa/ zat dalam tubuh kita ( senyawa endogen)
yang disebut dengan autokoid. Autokoid adalah zat yang dihasilkan oleh sel
sel tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan suatu efek fisiologis baik
dalam keadaan normal maupun patologik. Adapun jenis- jenis autikoid antara
lain histamin dan serotonin
Histamin adalah senyawa yang terlibat dalam respon imunitas
lokal,sekalian itu senyawa ini juga berperan sebagai neurotransmitter di
susunan sraf pusat dan mengtur fungsi fisiologi di lambung. Sebenarnya
histamin sendiri terdapat di hampir semua jaringan tubuh manusia dalam
jumlah kecil. Konsentrasi terbesar terdapat dikulit, paru- paru dan mukosa
gastrointestinal. Histamin di bentuk oleh histidin dengan bantuan enzim
histidine decarboxylase (HDC). Selanjutnya histamin yang terbentuk akan
diinaktivasi dan disimpan dalam granul mast cell dan basifil ( sel darah putih).
Sesungguhnya pemakaian obat anti histamin hanya mehilangkan gejala alergi
dan menghindari serangan yang lebih besar dimasa mendatang, tidak
menyembuhkan alergi. Jika penderita kontak lagi dengan alergen, maka alergi
akan muncul kembali. Oleh karena itu, yang terbaik untuk mengatasi alergi
adalah dengan menghindari kontak dengan alergen, menjaga kebersihan diri
dan lingkungan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menjauhi stress.
Efek samping dari antihistamin secara umum adalah mengantuk, mulut kering,
gangguan saluran cerna, gangguan urin dan terkadang iritasi. Banyak sekali
obat yang dapat menyebabkan efek mengantuk karena obat tersebut menekan
susunan saraf pusat. Maka sering kita melihat kemasan obat bahwa kita
dilarang mengendalikan kendaraan setelah minum obat tersebut.
histamine memegang peran utama pada proses peradangan dan pada system daya
tangkis. Kerjanya berlangsung melalui tiga jenis reseptor, yakni reseptor-H1,
reseptor-H2 dan reseptor-H3. Reseptor-H1 secara selektif diblok oleh
antihistaminika (H1-Blockers), reseptor-H2 oleh penghambat asam lambung (H2-
blockers). Reseptor-H3 memegang peranan pada regulasi tonus saraf simpatikus.
a. Farmakodinamik
Simetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif
dan reversible. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan
lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidine sekresi cairan
lambung dihambat.
b. Farmakokinetik
Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengansetelah
pemberian IV atau IM. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan.
Absorpsi terjadi pada menit ke 60-90. Masa paruh eliminasi sewkitar 2
jam. Biovabilitas ranitidine yang diberikan secara oral sekitar 50% dan
meningkat pada pasien penyakit hati. Pada pasien penyakit hati masa
paruh ranitidine juga memanjang juga memanjang meskipun tidak sebesar
pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 setelah
penggunaan 150 mg ranitidine secara oral, dan yang terikat protein plasma
hanya 15% sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari
yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin.
Mekanisme aksi
Obat-obatan dari golongan antihistamin juga bisa dipakai oleh orang yang
digigit serangga, rinitis alergi, rinitis vasomotor, pruritus, asietas, konjungtivitis,
dan migrain. Golongan antihistamin dalam bentuk sediaan topikal bisa digunakan
pada mata, hidung atau kulit yang mengalami reaksi alergi.
Dosis
Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan
dokter sebelum mengonsumsi obat Oral Kondisi Alergi Terapi
dan Pencegahan Mabuk Perjalanan.
Dewasa: 25-50 mg 3-4 kali sehari. Untuk mencegah mabuk dalam perjalanan,
berikan 30 menit sebelum melakukan perjalanan. Maks: 300 mg setiap hari.
Anak: usia 2 hingga kurang dari 6 tahun 6,25 mg 4-6 jam; 6-12 tahun 12,5-25 mg
4-6 jam. Untuk mencegah mabuk dalam perjalanan, dibutuhkan 30 menit sebelum
melakukan perjalanan.
Penyakit Parkinson
Dewasa: Awalnya diberikan, 25 mg tiga kali sehari, lalu dapat dinaikkan sampai
50 mg 4 kali sehari jika dibutuhkan.
Parenteral
Dewasa: Sebagai 1% atau 5% soln: 10-50 mg dengan injeksi IM dalam atau IV,
hingga 100 mg jika diperlukan. Max: 400 mg per/hari.
Anak: 5 mg/kg sehari dalam 4 dosis terbagi menjadi suntikan IM dalam atau IV.
Maks: 300 mg per/hari.
Penyakit Parkinson
Gangguan Kulit Pruritus
Topikal/kulit
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menganggulanginya.
Apakah terdapat keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kult lainnya.
d. Riwayat psikososial
apakah pasien pernah menggunakan obatan obatan atau pernakah pasien tidak
tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
1. tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari- hari klien ( pagi, siang dan
malam)
2. tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan
atau alergi
4. tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah- buahan dan sayur- sayuran
yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola eliminasi
3. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
2. kekuatan otot : Biasanya klien tidak masalah dengan kekuatan ototnya karena
yang terganggu adalah kulitnya
kaji tingkat anxietas klien berdasaekan ekspresi wajah, nada bicara klien
penyebab kecemasan klien
kaji nyeri : gejalanya yaitu timbulgatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Histamin (suatu autacoid atau hormon lokal) adalah suatu amin nabati
(bioamin) yang ditemukan oleh dr. Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk
normal dari pertukaran zat histidin melalui dekaboksilasi enzimatis.
4.2 SARAN
Dengan selesai makalah kami mengenai histamin dan anti alergi ini para
perawat bisa memahaminya dan diterapkan didunia keperawatan lalu bisa juga
memberikan pemahaman dengan tenaga kesehatan. Harapan penulis makalah ini
bisa bermanfaat khususnya bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
https://books.google.co.id/books?
id=BftFTitO30AC&printsec=frontcover&dq=buku+farmakologi&hl=id&sa=X&v
ed=0ahUKEwiJ-M-
R88XkAhVKIbcAHe3gAx4Q6AEIKDAA#v=onepage&q=buku
%20farmakologi&f=false
https://media.neliti.com/media/publications/98893-ID-kajian-reversibilitas-
interaksi-marmin-t.pdf