Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT ANTIHISTAMIN

Disusun Oleh :

Vevi Aprilia Tus Soricha

NIM : 1351810016

PROGRAM PENDIDIKAN D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI SURABAYA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Yang Telah Memberikan Rahmat Dan Hidayah-Nya
Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan Tugas Makalah Yang Berjudul Struktur Aktivitas Obat
Antihistamin Ini Tepat Pada Waktunya.

Adapun Tujuan Dari Penulisan Dari Makalah Ini Adalah Untuk Memenuhi Tugas Dari Dosen
Hanny Pada Kimia Farmasi 1. Selain Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Menambah
Wawasan Tentang Struktur Obat Antihistamin Bagi Para Pembaca Dan Juga Bagi Penulis.

Saya Mengucapkan Terima Kasih Kepada Bapak M.A. Hanny Ferry Fernanda, M.Farm, Apt ,
Selaku Dosen Kimia Farmasi 1 Yang Telah Memberikan Tugas Ini Sehingga Dapat Menambah
Pengetahuan Dan Wawasan Sesuai Dengan Bidang Studi Yang Saya Tekuni.

Saya Juga Mengucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membagi Sebagian
Pengetahuannya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan Makalah Ini.

Saya Menyadari, Makalah Yang Saya Tulis Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna. Oleh Karena
Itu, Kritik Dan Saran Yang Membangun Akan Saya Nantikan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.

Surabaya, Februari 2020

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….................. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………… 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………… 3
1.3 TUJUAN …………………………………………………………….. ………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………. 4

2.1 DEFINISI ………………………………………………………………………….4

2.2 HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIFITAS …………………………………. 7

2.2.1 Faktor yang kurang mendukung HAS …………………………………. .7

2.2.2 Faktor yang mendukung hubungan struktur aktifitas ………………….. 7

2.3 OBAT – OBAT ANTI HISTAMIN ……………………………………………… 8

2.3.1 Simetidin ………………………………………………………………..8

2.3.2 Ranitidin HCL …………………………………………………………. 9

2.3.3 Famotidin ………………………………………………………………. 9

2.3.4 Roksatidin asetat HCL ………………………………………………….. 9

2.3.5 Nizatidin ………………………………………………………………. 10

2.4 PENGEMBANGAN SENYAWA ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 …10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………… 13

3.1 RANGKUMAN ……………………………………………………………………. 13

3.2 KESIMPULAN ……………………………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 15

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu zat asing.
Zat asing yang dinamakan alergen tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas
(inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga, dan debu. Alergen juga dapat masuk melalui
saluran percernaan (ingestan) seperti susu, telur, kacang-kacangan dan seafood. Sering kali kita
mengalami alergi, misal alergi kulit yang menjadi merah, gatal dan bengkak sampai alergi yang
membuat sesak nafas.

Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E tersebut
kemudian menempel pada sel mast (mast cell). Pada tahap berikutnya, alergen akan mengikat
Imunoglobulin E yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan
senyawa Histamin dalam darah. Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal melalui mediasi
ujung saraf sensorik. Senyawa Histamin yang teramat banyak juga bisa disebabkan oleh stress
dan depresi.

Histamin adalah senyawa yang terlibat dalam respon imunitas lokal, selain itu senyawa ini juga
berperan sebagai neurotransmitter di susunan saraf pusat dan mengatur fungsi fisiologis di
lambung. Sebenarnya histamin sendiri terdapat di hampir semua jaringan tubuh manusia dalam
jumlah kecil . Konsentrasi terbesar terdapat di kulit,, paru-paru dan mukosa gastrointestinal.
Histamin dibentuk oleh histidin dengan bantuan enzim histidine decarboxylase (HDC).
Selanjutnya histamin yang terbentuk akan diinaktivasi dan disimpan dalam granul mast cell dan
basofil (sel darah putih). Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan
gejala alergi dan menghindari serangan yang lebih besar di masa mendatang, tidak
menyembuhkan alergi. Jika penderita kontak lagi dengan alergen, maka alergi akan muncul
kembali. Oleh karena itu, yang terbaik untuk mengatasi alergi adalah dengan menghindari kontak
dengan alergen, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh
serta menjauhi stress. Efek samping dari antihistamin secara umum adalah mengantuk, mulut
kering, gangguan saluran cerna, gangguan urin dan terkadang iritasi. Banyak sekali obat yang

4
dapat meyebabkan efek mengantuk karena obat tersebut menekan susunan saraf pusat. Maka
sering kita melihat pada kemasan obat bahwa kita dilarang mengendalikan kendaraan setelah
minum obat tersebut.

Pada tahun 1940 untuk pertama kali diperkenalkan obat antihistami. Sejak itu secara luas
digunakan dalam pengobatan simtomatik penyakit alergi. Pada umumnya antihistamin yang
beredar di Indonesia mempunyai spektrum luas artinya mempunyai efek lain seperti
antikolinergik, anti serotonin, antibradikinin dan alfa adrenoreseptor bloker. Golongan obat ini
disebut antihistamin (AH1) klasik. Penderita yang mendapat obat AH1 klasik akan menimbulkan
efek samping, mengantuk, kadang-kadang timbul rasa gelisah, gugup dan mengalami gangguan
koordinasi. Efek samping ini sering menghambat aktivitas sehari-hari, dan menimbulkan
masalah bila obat antihistamin ini digunakan dalam jangka panjang. Dekade ini muncul
antihistamin baru yang digolongkan ke dalam kelompok AH1 sedatif yang tidak bersifat sedasi,
yang memberikan harapan cerah.

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap
tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan).

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian antihistamin ?

2. Apa saja hubungan struktur dan aktivitas?

3. Sebutkan obat obat antihistamin ?

4. Bagaimana pengembangan senyawa antagonis reseptor histamin h2 ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu histamin ?

2. Untuk mengetahui apa saja obat antihitamin ?

3. Untuk Mengetahui Pengembangan senyawa Antagonis ?

BAB II

PEMBAHASAN

6
2.1 Definisi

Histamin adalah senyawa normal yang ada didalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel
mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap beberapa fisiologis penting. Histamin sudah
lama dikenal karena merupakan mediator utama timbulnya peradangan dan gejala alergi.

Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung


melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2 di organ
sasaran. Reseptor H2 terdapat di saluran cerna dan dalam jantung. Histamine dikeluarkan dari
tempat pengikatan ion pada pengikatan kompleks heparin-protein dalam sel mast, sebagai hasil
reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Senyawa ini dapat berupa spora,
debu rumah, sinar ultraviolet, cuaca, racun, tripsin, dan enzim, zat makanan, obat, dan beberapa
turunan amin.

Histamin ini dibentuk di dalam usus oleh bakteri-bakteri atau didalam jaringan-jaringan
oleh enzim histidin-dekarboksilase, bertolak dari histidin (suatu asam amino) dengan
mengeluarkan karbondioksidanya (proses dekarboksilasi) menjadi histamin. Juga sinar matahari,
khususnya sinar ultra violet, dapat mengakibatkan terbentuknya histamin. Hal ini merupakan
sebab dari kepekaan seseorang terhadap cahaya matahari. Histamin memiliki aktifitas
farmakologi yang hebat, antara lain dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-
kapiler, serentak dengan konstriksi (penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga
mengakibatkan penurunan tekanan darah perifer. Histamine dapat dimetabolisis melalui reaksi
oksidasi, N-metilasi, dan aseilasi. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk reaksi-
reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada sekresi asam
lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. Efek histamin adalah pada
organ sasaran, direk atau indirek terhadap aktivasi berbagai sel inflamasi dan sel efektor yang
berperan pada penyakit alergi. Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai
jaringan target. Reseptor histamin ditemukan pada sel basofil, sel mast, neutrofil, eosinofil,
limfosit, makrofag, sel epitel dan endotel.

Peran histamin dalam tubuh:

a. Kontraksi dari otot–otot polos bronchus dan usus.

7
b. Memperbesar permeabilitas kapiler : udem & pengembangan mukosa.

c. Stimulasi ujung–ujung saraf : nyeri & gatal–gatal.

d. Vasodilatasi pembuluh : kemerahan & rasa panas di wajah, menurunnya resistensi


perifer & tekanan darah.

e. Memperkuat sekresi asam lambung, kelenjar ludah dan air mata.

Histamin menimbulkan efek yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :

1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma
protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.

2. Merangsang sekresi asam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.

3. Meningkatkan sekresi kelenjar

4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus

5. Mempercepat kerja jantung

6. Menghambat kontraksi uterus

Garam fosfatnya (Histamin fosfat):

— Mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung

— Diagnosis karsinoma lambung

8
— Kontrol positif pada uji alergi kulit

Betazol.2HCl :

— Isomer histamin (agonis histamin)

— Penggunaan = histamin fosfat

Mekanisme Kerja

Histamin dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor, histaminergik yaitu
reseptor H1, H2, dn H3. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam
lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP
dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan efek
tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis H2.

2.2 Hubungan Struktur Dan Aktivitas

2.2.1 Faktor yang Kurang Mendukung HSA

a. Perbedaan keadaan pengukran parameter kimia fisika dan aktivitas biologis

b. Senyawa yang digunakan ternyata bentuk pra obat, yang terlebih dahulu harus mengalami
bioaktivasi menjadi metabolit aktif

9
a. Aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak keadaan in vivo, seperti distribusi obat yang
melibatkan proses transport, pengikatan oleh protein,proses metabolism yaitu bioaktivasi
dan biodegredasi serta proses ekskresi

b. Senyawa mempunyai pusat atom asimetris

c. Senyawa mempunyai aktivitas biologis yang mirip dengan senyawa lain tetapi berbeda
mekanisme aksinya

d. Pengaruh bentuk sediaan terhadap aktivitas

e. Obat bersifat multipoten

f. Perbedaan spesies terutama obat yang memberikan perbedaan aktivitas yang besar oleh
adanya perbedaan spesies

2.2.2 Faktor yang Mendukung Hubungan Struktur Aktivitas

a. Hubungan struktur aktivitas empiris yang sifatnya incidental Untuk tipe obat tertentu
hokum empiris yang diperlukan untuk tetrjadinya aktivitas biologis dapat digunakan
untuk membuat turunan obat berdasarkan data percobaan yang tersedia.

b. Struktur obat simetrik Jarak antara dua gugus fungsi identik dalam molekul obat mungkin
diperlukan untuk mendapatkan aktivitas yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa
reseptor mempunyai dua sisi aktif pada jarak tertentu. Jarak yang optimum kemungkinan
berhubungan dengan sifat hidrofil dan lipofil yang optimum.

Antihistaminika Adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas
tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi.
Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga
terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu rangkaian
lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik,misalnya antazolin.

Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin


seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan kegiatannya
melalui persaingan substrat atau ”competitive inhibition”. Obat-obat inipun tidak

10
menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi antigen-antibody, melainkan
masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam sel (reseptor-reseptor) dirintangi
dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata lain karena antihistaminik meyngikat
diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini
dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat
dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk sel-sel
reseptor tersebut.

2.3 Obat - obat antihistamin

2.3.1 Simetidin (Cimet, Corsamet, Nulcer, Tagamet, Ulcedine ), merupakan antagonis


kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel parietal sehingga secara efektif dapat menghambat
sekresi asam lambung. Simetidin juga memblok seksresi asam lambung yang disebabkan oleh
rangsangan makanan, asetilkolin, kafein dan insulin. Simetidin digunakan untuk pengobatan
tukak lambung atau tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misal
sindrom ZoIIinger-Ellison.

Efek samping yang ditimbulkan antara lain adalah diare, pusing, kelelahan dan rash. Keadaan
kebingungan, ginaekomastia dan impotensi juga dapat terjadi tetapi bersifat terpulihkan.
Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma teringgi dicapai dalam 1 jam bila
diberikan dalam keadaan lambung kosong dan 2 jam bila diberikan bersama-sama dengan
makanan. Jadi pemberian simetidin sebaiknya bersama-sama dengan makanan karena dapat
menghambat absorpsi obat sehingga memperpanjang masa kerja obat. Waktu paronya 2 jam.

2.3.2 Ranitidin HCl (Rnin, Rantin, Renatac, Zantac, Zantadin), merupakan antagonis
kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat
sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung. Ranitidin digunakan
untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misal
sindrom Zollinger-Elison.

Efek samping ranitidin antara lain adalah hepatitis, trombositopenia dan leukopenia yang
terpulihkan, sakit kepala dan pusing.

11
Setelah pemberian oral, ranitidin diabsorpsi 39-87%. Ranitidin mempunyai masa kerja cukup
panjang, pemeberian dosis 150 mg efektif menekan sekresi asam lambung selama 8-12 jam.
Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro
eliminasi 2-3 jam.

2.3.3 Famotidin ( Facid, Famocid, Gaster , Regastin , Restadin), merupakan antagonis


kompetitif histamin yang khas pada resetor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi
asam lambung , menekan kadar asam dan volume sekresi lambung. Famotidin merupakan
antagonis-H2 yang kuat dan sangat selektif degan masa kerja panjang. Famotidin digunakan
untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misal
sindrom Zollinger-Ellison.

Efek samping obat antara lain adalah trombositopenia,konstipasi,diare,artralgia, sakit kepala dan
pusing.

Absorpsi famotidin dalam saluran cerna tidak sempurna 40-45% dan pengikatan protein plasma
relatif rendah 15-22%. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1-3 jam setelah pemberian oral,
waktu paro eliminasi 2,5-4 jam, dengan masa kerja obat

2.3.4 Roksatidin Asetat HCl ( Roxan ), merupakan antagonis kometitif histamin yang khas
pada sel parietal lambung atau reseptor H2, sehingga secara efektif menghambat sekresi asam
lambung. Roksatidin merupakan antagonis-H2 yang kuat dengan masa kerja cukup panjang,
digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping obat antara lain adalah
trombositopenia, leukopenia, konstipasi, diare, sakit kepala dan pusing. Dosis : 75 mg 2 dd atau
150 mg, sebelum tidur.

2.3.5 Nizatidin ( Axid ), sifat dan kegunaan mirip dengan ranitidin. Pada pemberian secara
oral ketersediaan hayatinya lebih besar dari 90 %, tetapi waktu paro eliminasinya relatif pendek
1-2 jam. Dosis : 150 mg 2dd, atau 300 mg, dalam dosis tunggal sebelum tidur.

Dosis: Oral: tukak lambung dan tukak duodenum atau tukak karena AINS, pengobatan 300 mg
sebelum tidur malam atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu: pemeliharaan 150 mg
sebelum tidur malam; Anak: tidak dianjurkan.

Refluks esofagitis, 150-300 mg 2 kali sehari selama sampai 12 minggu.


12
Infus intravena: untuk penggunaan jangka pendek pada tukak lambung pasien rawat inap sebagai
alternatif terhadap penggunaan oral, dengan cara infus intravena berselang (intermittent) selama
15 menit, 100 mg 3 kali sehari, atau dengan cara infus intravena berkesinambungan, 10 mg/jam,
maksimal 480 mg sehari; Anak: tidak dianjurkan.

2.4 pengembangan senyawa antagonis reseptor histamin h2

Histamin dapat merangsang kontraksi otot polos bronki, meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah dan sekresi mukus. Yang bertanggungjawab terhadap efek di atas adalah reseptor
histamine H1 dan efek tersebut dapat ditekan oleh obat antihistamin klasik.

Struktur antihistamin klasik pada umumnya mengandung gugus aromatik lipofil yang
dihubungkan oleh rantai 3 atom dengan atom N basa, contoh difenhidramin, tripelenamin, dan
klortrimeton. Selain menimbulkan efek – efek di atas, histamine juga dapat merangsang
pengeluaran asam lambung. Efek ini tidak dapat dihambat oleh obat antihistamin klasik,
sehingga diduga histamine mempunyai reseptor yang secara karakteristik berbeda dengan
reseptor H1 yang dinamakan reseptor antihistamin H2. Senyawa yang dapat menghambat
pengeluaran asam lambung dinamakan H2-antagonis.

Dari studi hubungan struktur dan aktivitas, dalam usaha pengembangan obat H2-antagonis,
sebagai berikut :

a. Pemasukan gugus metal pada atom C2 cincin imidazol secara selektif dapat merangsang
reseptor H1, sedangkan pemasukan gugus metal pada atom C4 ternyata senyawa bersifat
selektif H2-agonis dengan efek H1-agonis lemah. Hal ini menunjukkan bahwa histamine
paling sedikit mempunyai dua tempat reseptor yaitu reseptor H1 dan reseptor H2.

b. Modifikasi pada cincin ternyata tidak menghasilkan efek H2-antagonis, sehingga


modifikasi dilakukan pada rantai samping.

c. Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus guanidine yang bersifat basa kuat
ternyata dapat menghasilkan efek H2-antagonis lemah.

13
d. Penambahan panjang gugus metilen pada rantai samping turunan guanidine akan
meningkatkan aktivitas H2-antagonis tetapi senyawa masih mempunyai efek agonis
parsial yang tidak diinginkan.

e. Penggantian gugus guanidine yang bermuatan positif dengan gugus tiourea yang tidak
bermuatan dan bersifat polar, seperti pada Burimamid akan menghilangkan efek agonis
dan memberikan efek H2 antagonis yang kuat.

f. Bila diberikan secara oral Burimamid mempunyai aktivitas yang rendah karena
mempunyai kelarutan dalam air yang besar sehingga absorpsi obat dalam saluran cerna
rendah. Kemudian dibuat turunannya yang bersifat lebih lipofilik dengan cara
penambahan gugus metal pada atom C4 cincin imidazol dan mengganti 1 gugus metilen
pada rantai samping burimamid dengan atom S. senyawa beru ini, yaitu Metiamid,
ternyata efektif bila diberikan secara oral dan mempunyai aktivitas yang lebih besar
dibandingkan Burimamid.

g. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Metiamid dapat menimbulkan efek samping
kelainan darah (agranulositosis) yang disebabkan oleh adanya gugus tiourea. Modifikasi
selanjutnya adalah mengganti gugus tiourea dengan gugus N-sianoguanidin, yang tidak
bermuatan dan masih bersifat polar seperti pada Simetidin. Gugus siano yang bersifat
elektronegatif kuat dapat mengurangi sifat kebasaan atau ionisasi gugus guanidine
sehingga absorpsi pada saluran cerna menjadi lebih besar.

Simetidin aktivitasnya 2 kali lebih besar disbanding metiamid dan merupakan senyawa
penghambat reseptor H2 pertama yang digunakan secara klinik, untuk menghambat
sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung.

h. . Modifikasi isosterik dari inti imidazol telah diselidiki dan dihasilkan senyawa – senyawa
analog simetiden yang berkhasiat lebih baik dan efek samping yang lebih rendah.
Penggantian inti imidzol dengan cincin furan, pemasukan gugus dimetilaminoetil pada
cincin dan penggantian gugus sianoguanidin dengan gugus nitrometenil, menghasilkan
ranitidine yang dapat menghilangkan efek samping simetidin seperti ginekomastia dan
konfusi mental dan mengurangi kebasaan senyawa. Tidak seperti simetidin, ranitidine

14
tidak menghambat metabolism dari fenitonin, warfarin, dan aminofilin dan juga tidak
mengikat sitokrom P-450

i. Penggantian inti imidazol dengan cincin tiazol, pemasukan gugus guanidin dan
penggantian gugus sianoguanidin dengan gugus sulfonamidoguanidin menghasilkan
famotidin yang mempunyai aktivitas lebih poten dibanding simetidin dan ranitidin, dapat
menurunkan efek antiandrogenik dan mengurangi sifat kebasaan senyawa.

BAB III

RANGKUMAN DAN KESIMPULAN

3.1 Rangkuman

Histamin adalah senyawa normal yang ada didalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan
sel mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap beberapa fisiologis penting. Histamin
sudah lama dikenal karena merupakan mediator utama timbulnya peradangan dan gejala alergi.

15
. Efek histamin adalah pada organ sasaran, direk atau indirek terhadap aktivasi berbagai sel
inflamasi dan sel efektor yang berperan pada penyakit alergi. Histamin berinteraksi dengan
reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor histamin ditemukan pada sel basofil, sel
mast, neutrofil, eosinofil, limfosit, makrofag, sel epitel dan endotel.

Peran histamin dalam tubuh:

a. Kontraksi dari otot–otot polos bronchus dan usus.

b. Memperbesar permeabilitas kapiler : udem & pengembangan mukosa.

c. Stimulasi ujung–ujung saraf : nyeri & gatal–gatal.

d. Vasodilatasi pembuluh : kemerahan & rasa panas di wajah, menurunnya resistensi


perifer & tekanan darah.

e. Memperkuat sekresi asam lambung, kelenjar ludah dan air mata

Histamin menimbulkan efek yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :

1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan


plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.

2. Merangsang sekresi asam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.

3. Meningkatkan sekresi kelenjar

4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus

5. Mempercepat kerja jantung

6. Menghambat kontraksi uterus

Hubungan struktur dan aktifitas mempunyai 2 faktor yaitu :

1. Faktor yang Kurang Mendukung HAS

2. Faktor yang Mendukung Hubungan Struktur Aktivitas

16
Contoh obat antagonis H2 :
1. Simetidine
2. Ranitidine HCL
3. Famotidin
4. Roksadine asetat HCL
5. Nizatidin

3.2 Kesimpulan

Histamin adalah senyawa yang terlibat dalam respon imunitas lokal, selain itu senyawa ini juga
berperan sebagai neurotransmitter di susunan saraf pusat dan mengatur fungsi fisiologis di
lambung. Sebenarnya histamin sendiri terdapat di hampir semua jaringan tubuh manusia dalam
jumlah kecil . Konsentrasi terbesar terdapat di kulit,, paru-paru dan mukosa gastrointestinal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

https://id.scribd.com/doc/176295273/Hubungan-Struktur-Aktivitas-Senyawa-Antagonis-h2

http://pharmacist16b-asrianibangu.blogspot.com/2017/04/hubungan-struktur-dan-aktivitas.html?
m=1

Hoan tjay,Tan dan Rahardja,Kirana.1978.Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan dan Efek-Efek


Sampingnya.Jakarta:PT Elex Media Komputindo

Siswandono. 2000. Kimia Medisinal jilid 1.Jakarta : Airlangga

17
Siswandono. 2000. Kimia Medisinal jilid 2.Jakarta : Airlangga

18

Anda mungkin juga menyukai