Makalah
disusun oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
2016
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
ii
I. PENGERTIAN OBAT DAN JENISNYA
1
senyawa tersebut merupakan obat atau racun adalah sifat toksisitas selektifnya.
Banyak senyawa dianggap efektif mengobati penyakit karena senyawa tersebut
bersifat racun bagi sel-sel yang bermasalah atau menyebabkan masalah kesehatan,
namun aman bagi sel normal lainnya. Misalnya antibiotik,antifungi,antiprotozoa
adalah obat yang bermanfaat karena menunjukkan toksisitas selektif terhadap sel
mikroba namun aman bagi sel mamalia. Contoh lainnya seperti agen antivirus yang
merupakan racun bagi virus namun aman bagi sel-sel normal.
Terdapat banyak sekali jenis obat yang sudah ditemukan dan digunakan
hingga saat ini. Jenis obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme
kerja obat, lokasi penggunaan, cara pemakaian, cara pemberian dan akses pembelian.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat dapat digolongkan menjadi 5 jenis
yaitu:
a. Antibiotik. Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk
melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia.
Contohnya ampisilin dan amoksilin.
b. Anti inflamasi. Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu,
meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat
dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien dan kedua memperlambat
atau membatasi perusakan jaringan. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-
obat anti inflamasi terbagi ke dalam golongan steroid yang meredakan
inflamasi dengan menurunkan imunitas tubuh seperti kortison asetat dan
golongan non-steroid yang meredakan inflamasi dengan cara mempengaruhi
transport ion, hormone dan enzim, contohnya aspirin.
c. Anti hipertensi. Obat jenis ini digunakan untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas cardiovascular.
d. Anti konvulsan. Berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin,
karbamazepim.
e. Anti histamin. Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada
reaksi alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Contohnya obat alergi cuaca
tertentu dan obat yang menghambat sekresi asam lambung.
2
f. Psikotropika. Obat ini mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Contohnya
antipsikosis, antiansietas, antidepresi dan antimania (mood stabilizer)
g. Anti jamur. Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh jamur. Anti jamur dari segi terapeutik di bagi menjadi 2, yaitu
dermatofit digunakan pada permukaaan kulit dan sistemik digunakan pada
bagian dalam tubuh, seperti saluran cerna, contoh : imidiazol, diazol dan anti
biotic polien.
a. Obat bebas (Over The Counter). Obat jenis ini boleh digunakan tanpa resep
dokter. Di indonesia ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam. Cntohnya seperti tablet vit. C, multivitamin, promag, obat
esensial, dan obat generik.
b. Obat bebas terbatas. Obat jenis ini masih bisa dibeli di apotek dalam jumlah
tertentu meski tanpa resep dokter. Ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi
hitam. Contohnya antimo dan antiflu.
c. Obat Keras. Obat jenis ini berkhasiat keras dan untuk memperolehnya harus
dengan resep dokter. Ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam
dengan tulisan huruf K di dalamnya. Contohnya jenis antibiotik, serta obat-
obatan yang mengandung hormon (obat penenang, obat kencing manis dan lain-
lain).
3
d. Obat wajib apotik. Obat wajib Apotik merupakan obat keras yang dapat
diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Tujuan obat
wajib apotik adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka
obat-obat yang digolongkan dalam obat wajib apotik adalah obat yang
diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Contohnya obat luar
untuk anti inflamasi (asam mefenamat); flumetason 1 tube, obat luar untuk
inflamasi; Ibuprofen tab. 400mg, 10 tab. Tab. 600mg, 10 tab; obat alergi kulit
(salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi
sistemik (CTM), dan obat KB hormonal.
e. Obat Psikotropika dan Narkotika. Obat psikotropika, merupakan zat atau obat
baik ilmiah atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan obat narkotika, merupakan zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, seperti heroin dan morfin.
4
II. STRUKTUR KIMIA OBAT
5
Berikut adalah beberapa struktur dari obat-obatan yang kita temui dalam
kehidupan sehari-hari:
a. Betadine
Betadine merupakan antiseptik yang digunakan untuk mengobati dan mencegah
luka luar dari infeksi. Sifat antiseptik ini berasal dari kandungan iod dalam
Betadine. Struktur Povidone-Iodine terdepat dalam betadine, yang tertulis dalam
kemasan memiliki komposisi Povidone-Iodine 10% yang setara dengan 1%
iodine, dan merupakan polimer dengan struktur berikut.
6
mempunyai khasiat untuk menurunkan demam (antipiretika). Itu sebabnya obat-
obatan ini disebut dengan analgesika-antipiretika. Ada beberapa macam zat
analgesika, diantaranya: parasetamol (nama lainnya asetaminofen) dan obat-
obat yang termasuk dalam golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory
drugs) seperti aspirin, asam mefenamat, dan ibu profen. Masing-masing
senyawa analgesika ini mempunyai cara kerja dan sifat yang berbeda-beda.
Satu obat pereda nyeri dapat mengandung satu macam zat saja, namun dapat
pula dikombinasikan dengan zat-zat lainnya yang dimaksudkan untuk
menambah khasiatnya atau untuk mengurangi efek sampingnya.
C8H9NO2 or HOC6H4NHCOCH3
7
Aspirin adalah analgesika yang populer sejak tahun 60-an. Dahulu
aspirin digunakan sebagai analgesika-antipiretika baik untuk orang dewasa
maupun anak-anak. Namun sekarang penggunaannya untuk anak-anak
sebaiknya dihindari sebab ditemukan adanya hubungan penggunaan aspirin
pada anak-anak dengan sindroma Reye, yaitu suatu gangguan kesehatan yang
sebenarnya jarang terjadi namun bersifat fatal. Aspirin efektif untuk meredakan
rasa sakit dan nyeri, misalnya sakit kepala dan sakit gigi. Juga berkhasiat untuk
obat demam (penurun panas) dan anti radang. Saat ini aspirin masih dianjurkan
untuk dipakai sebagai pereda rasa sakit bagi orang dewasa. Bahkan hasil
penelitian terbaru mengungkapkan aspirin memiliki khasiat lain, yaitu dapat
mencegah penggumpalan darah, sehingga di bawah pengawasan dokter dapat
dipakai untuk membantu mencegah berulangnya serangan jantung atau stroke.
Namun karena khasiat ini pula aspirin dilarang untuk dikonsumsi oleh orang-
orang yang sedang memakai obat-obat anti penggumpalan darah, sebab
dikhawatirkan akan menyebabkan efek anti penggumpalan darah menjadi terlalu
kuat, sehingga dapat menimbulkan perdarahan, terutama di lambung. Aspirin
juga sebaiknya tidak digunakan jika kita mempunyai sakit maag, tukak
lambung, asma, rematik, tekanan darah tinggi, penyakit liver ataupun ginjal,
atau mudah mengalami perdarahan, sebab aspirin dapat memburuk keadaan
penyakit. Ibu hamil juga harus berhati-hati mengonsumsi aspirin. Karena
efeknya yang merangsang lambung, sebaiknya obat-obat yang mengandung
aspirin diminum setelah makan. Struktur dari aspirin adalah sebagai berikut:
8
sebab dapat memberikan efek samping berupa diare terutama pada lansia.
Seperti aspirin, asam mefenamat juga dapat merangsang lambung, oleh sebab
itu jangan diberikan pada pasien yang cenderung mempunyai sakit maag atau
gangguan lambung lainnya, juga pada orang yang alergi terhadap aspirin. Obat-
obat mengandung asam mefenamat sebaiknya tidak dikonsumsi lebih dari satu
minggu, kecuali dokter menganjurkannya. Struktur dari asam mefenamat adalah
sebagai berikut:
C15H15NO2
C13H18O2
9
d. Obat Flu
Untuk merk - merk tertentu umumnya obat flu mengandung paracetamol dan
pseudoefedrin HCl. Untuk struktur paracetamol sudah dibahas pada materi
sebelumnya, sedangkan untuk struktur pseudoefedrin HCl adalah sebagai
berikut:
C10H16ClNO
e. Obat Antibiotik
Penisilin (Penicillins)
10
Gambar 2.8 struktur kimia penisilin
Sumber: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/
C16H18N2NaO4S+
Sefalosporin (Cephalosporins)
11
Aminoglikosida (Aminoglycosides)
C17H13Cl2F3N2O2
12
III. IKATAN KIMIA OBAT DENGAN TARGET
Hal yang sangat unik dari obat adalah bahwa setiap obat memiliki fungsi serta
efek yang spesifik. Efek yang muncul merupakan hasil dari reaksi yang terjadi di
tempat-tempat tertentu di dalam tubuh yang kemudian akan kita sebut sebagai “target”
dari obat.
Target utama obat adalah protein (umunya enzim, reseptor dan protein
transport) dan asam nukleat (DNA dan RNA) yang merupakan makromolekul.
Interaksi obat dengan target makromolekul ini disebut sebagai binding (pengikatan).
Biasanya terdapat area khusus pada makromolekul dimana proses pengikatan tersebut
terjadi yang disebut sebagai binding site. Bentuk dari binding site tersebut umumnya
seperti lubang dipermukaan molekul yang memungkinkan senyawa obat untuk masuk
atau menempel. Ikatan yang terjadi antara senyawa obat dan targetnya diantaranya
dalam bentuk ikatan kovalen yang merupakan ikatan kuat (200-400 kJmol-1). Namun
sebagian besar obat berinteraksi melalui ikatan yang lebih lemah, seperti ikatan
intermolekular, yang mencakup ikatan ionik dan elektrostatik, ikatan hidrogen,
interaksi van der Waals, interaksi dipole-dipole dan interaksi hidrophobic. Gaya ikat
yang terjadi cukup kuat untuk mengikat senyawa obat selama kurun waktu tertentu
hingga obat memberikan efek tertentu pada target. Setelah tugasnya selesai, maka
senyawa obat tersebut akan dilepaskan kembali.
Gambar 3.1 Obat yang menempel dan terlepas dari binding site
Sumber: An Introduction to Medicinal Chemistry, 5th edition
13
a. Ikatan ionik atau elektrostatik
Ikatan ionik atau elektrostatik adalah ikatan intermolekuler terkuat (20-20 kJ
mol-1). Ikatan ini terjadi antara ion dengan muatan yang berbeda, contohnya
ion karboksilat dan ion amonia berikut ini.
b. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai muatan
positif parsial dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai
sepasang elektron bebas dengan oktet lengkap, seperti O, N, dan F. Atom yang
bermuatan positif parsial (donor ikatan hidrogen) dapat berinteraksi dengan
atom negatif parsial (penerima ikatan hidrogen) dari molekul atau atom lain
yang berbeda ikatan kovalennya dalam satu molekul.
14
c. Interaksi Van der Waals
Interaksi Van der Waals merupakan interaksi yang sangat lemah (2-4 kJ mol-1)
. Interaksi yang terjadi meliputi interaksi antara daerah hydrophobic dari
molekul-molekul tertentu. Dipol dari suatu molekul mampu menginduksi
dipol molekul tetangga, sehingga menghasilkan interaksi lemah antara kedua
molekul tersebut. Contohnya I2 berinteraksi dengan I2 untuk menghasilkan
yodium cari atau padat. Oleh sebab itu, senyawa obat harus berada sangat
dekat dengan binding site agar interaksi jenis ini dapat terjadi.
Gambar 3.4 Interaksi Van der Waals antara senyawa obat dan binding site
Sumber: An Introduction to Medicinal Chemistry, 5th edition
d. Interaksi dipole-dipole dan ion-dipole
Sebagian besar molekul memiliki momen dipol permanen yang dihasilkan dari
sifat elektronegatif atom-atom dan gugus fungsional penyusunnya. Binding
site juga memiliki gugus fungsi tertentu yang menyebabkan adanya momen
dipol. Hal tersebut mengakibatkan kemungkinan terjadinya interaksi antar
momen dipol obat dan binding site sedemikian rupa hingga pada akhirnya
kedua momen dipol tersebut dalam keadaan paralel dan memiliki arah yang
berbeda. Interaksi ini memungkinkan obat untuk memberikan efek tertentu
kepada target. Interaksi semacam ini terjadi pada obat anti magh.
15
IV. REAKSI REDOKS PADA METABOLISME OBAT
Reaksi reduksi oksidasi (redoks) termasuk dalam metabolisme obat fase I yang
disebut juga fase non sintetik atau reaksi fungsional. Reaksi metabolisme obat ini
bukan reaksi sintesis atau pembentukan suatu senyawa yang baru tetapi menciptakan
gugus fungsional reaktif bagi senyawa tersebut. Enzim reaksi metabolisme obat fase I
biasanya terdapat pada mikrosomal (retikulum endoplasma). Makna dari reaksi
metabolisme fase I ini adalah meningkatkan efek atau potensi bagi suatu senyawa dan
memudahkan suatu senyawa untuk bereaksi dengan enzim-enzim metabolisme obat
fase II. Reaksi oksidasi dibagi menjadi dua, yaitu oksidasi yang melibatkan sitokrom
P450 (enzim yang bertanggungjawab terhadap reaksi oksidasi) dan oksidasi yang
tidak melibatkan sitokrom P450. Berikut ini adalah contoh oksidasi oleh enzim
sitikrom P450.
Sebaliknya, reaksi reduksi merupakan reaksi yang kurang penting jika dibandingkan
dengan reaksi oksidasi. Reduksi terutama berperan pada nitrogen dan turunannya
(azoik dan nitrat), kadang-kadang pada karbon. Hanya beberapa obat yang mengalami
metabolisme dengan jalan reduksi, baik dalam letak mikrosomal maupun non
mikrosomal. Dalam usus mikroba terdapat beberapa enzim reduktase. Gugus azo,
nitro dan karbonil merupakan subyek reduksi yang menghasilkan gugus hidroksi
amino yang lebih polar. Ada beberapa enzim reduktase dalam hati yang tergantung
pada NADH atau NADPH yang mengkatalis reaksi tersebut. Berikut ini adalah contoh
reaksi reduksi pada azo dan nitro:
16
V. REAKSI HIDROLISIS PADA METABOLISME OBAT
Reaksi hidrolisis adalah salah satu penyebab terjadinya degradasi senyawa
obat, sebab di dalam sediaan farmasi, air seringkali digunakan sebagai pelarut untuk
beberapa obat yang mengandung gugus ester ataupun amida dalam air. Melalui reaksi
hidrolisis molekul obat berinteraksi dengan molekul-molekul air untuk menghasilkan
produk pecahan dan konstitusi kimia yang berbeda.
Reaksi hidrolisis terjadi pada fasa 1 transformasi senyawa obat. Reaksi ini
dapat terjadi di dinding lambung, plasma darah dan jaringan lain. Golongan obat yang
mengalami hidrolisis adalah senyawa ester dan amida yang dibantu oleh reaksi katalis
enzim esterase dan peptidase. Enzim – enzim tersebut dapa ditemukan di berbagai
organ tubuh, termasuk di hati.
Contoh reaksi hidrolisis pada obat adalah reaksi hidrolisi pada aspirin yang
merupakan senyawa ester. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis
obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan
rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi
(peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam
dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Struktur aspirin
adalah sebagai berikut
17
Gambar 5.2 Reaksi hidrolisis aspirin dalam air
Sumber: An Introduction to Medicinal Chemistry, 5th edition
18
DAFTAR PUSTAKA
19