QBD 3 PENGBEN
Dampak langsung2:
- Cidera berat
- Kejadian traumatik kehilangan orang yang dekat dengan korban
- Menjadi saksi kematian atau kesengsaraan orang lain
- Kehilangan secara materi tempat tinggal, harta
- Ketidakpastian mengenai bahaya sekitar terhadap keselamatan, kesehatan, dan keberadaan
korban ke depannya
Dampak pada tenaga kesehatan adalah trauma psikologis, yaitu perubahan atau kelainan jiwa
akibat kejadian traumatik, yang mengubah respon seseorang terhadap kejadian yang mirip di
masa depan.
4. Rehabilitasi
dan rekonstruksi
bencana
Pengembalian
fungsi normal
1. PAHO
2. Buku Panduan Fasil
3. Public Policy – Disaster Management Handbook (Pinowski)
4. Tentir 2015 QBD 3 PB
5. Kurniayanti MA. Peran Tenaga Kesehatan dalam Penanganan Manajemen Bencana. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Media Husada. 2012;1(1). Available from:
http://www.widyagamahusada.ac.id/admin_baru/gambar/jikmh1.1.12artikel09(1).pdf
B. Bencana Massal
1. Menurut Undang Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
2. Menurut Undang Undang No. 24 Tahun 2007, bencana dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana nonalam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit
3. Bencana sosial: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
3. Menurut standar Interpol, bencana massal adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh
alam atau ulah manusia, dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan (progresif), yang
▪ Unnatural Disaster: Bencana yang ditimbulkan ulah manusia, bisa karena kelalaian
manusia (Human Negligence disaster) atau dibuat manusia (Man-Made disaster).
Contohnya, kelalaian manusia itu kecelakaan transportasi dan kerusakan bangunan.
Kalau contoh dibuat manusia itu, seperti terorisme dan bom bunuh diri.
▪ Open disaster atau bencana terbuka. Bencana yang melibatkan orang dalam jumlah
besar dan tidak diketahui siapa saja yang menjadi korban. Contohnya, kayak tsunami
yang menerjang satu pulau, akan sulit kan identifikasinya per orangnya itu siapa aja
karena kita tidak mengetahui siapa aja yang kebetulan ada di pulau itu.
▪ Perlu diketahui bahwa bencana closed disaster bisa menjadi open disaster. Misalnya
adanya pesawat sukhoi yang jatuh di daerah pemukiman
• Secondary identifier yang terdiri dari medical record, property, dan photograph.
Medical record itu untuk jenazah yang tubuhnya tidak utuh lagi (misal sudah
pernah operasi tulang) dan dengan ini bisa diidentifikasi secara medis. Properti
seperti jam tangan dan cincin yang masih melekat, sehingga bisa mendukung dari
primary identifier itu tadi.
Untuk mendapatkan identifikasi positif, minimal satu primery identifier dengan atau
tanpa secondary identifier. Akan tetapi, apabila tidak ada primary identifier, minimal
ada dua secondary identifier. Prinsip dari DVI ini adalah lebih baik tidak melakukan
identifikasi, daripada salah melakukan identifikasi.
3. Prosedur
Sebelum ke prosedur DVI, kenapa sih prosedur ini penting?
▪ Dalam rangka mencapai identifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum, sempurna dan paripurna dengan semaksimal mungkin sebagai wujud dari
kebutuhan dasar hak asasi manusia, dimana seseorang saat sudah meninggal
mempunyai hak untuk dikenali dan dikembalikan ke keluarga korban untuk
dimakamkan dengan keluarga.
▪ Untuk mengawali penyidikan
▪ Kepentingan civil legal aspect seseorang seperti asuransi dan warisan
Formulir ini harus berisi catatan informasi pada setiap sisa tubuh yang tidak teridentifikasi
dan harus dinomori dengan nomor DVI dan diikatkan pada sisa tubuh.
▪ Bagian B dari formulir diisi oleh polisi DVI di TKP
▪ Bagian C & D diisi oleh Tim Polisi DVI di Kamar mayat
▪ Bagian E & F diisi oleh Tim DVI disertai saran dari Forensic Pathologi and Odontologi di
kamar mayat
5. Fase 5 – Debriefing. Tujuannya adalah meninjau kembali pelaksanaan DVI yang sudah
dilakukan dan melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan
operasi DVI berikutnya. Selain itu, tahap ini juga mengenali dampak positive dan negative
dari operasi DVI dan menentukan keefektifan persiapan tim DVI secara psikologi.
Nih, regionalisasi DVI di Indonesia yang terbagi menjadi empat, barat 1, barat 2, tengah, dan timur.
Yang ada bintang biru nya itu pusat tiap regional ya.
• Lingkungan
o Keterbatasan air bersih
o Sanitasi air yang buruk
o Polusi udara
• Gizi
o Sulit mendapatkan akses sumber makanan yang berkualitas.
• K3
o Adanya kematian akibat infeksi saluran pernapasan (ISPA).
o Adanya hazard (bahaya) terutama berupa asap tebal yang mengakibatkan berbagai
risiko baik bagi kesehatan maupun produktivitas masyarakat.
• Fase Pencegahan
o Pembuatan pedoman/ prosedur terkait mitigasi bencana.
o Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
o Pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
o Pengawasan terhadap pembuatan peraturan mengenai tata ruang, izin mendirikan
bangunan (IMB) yang terkait dengan pencegahan bencana.
o Perencanaan penanggulangan bencana.
o Pengurangan risiko bencana.
• Tanggap darurat bencana
o Perlindungan terhadap kelompok rentan.
o Pengkajian secara cepat mengenai lokasi, kerusakan, dan sumber daya.
o Bantuan penyelamatan dan evakuasi masyarakat di sekitar lokasi bencana.
o Pemulihan segera prasarana dan sarana vital.
• Pemulihan bencana
o Perbaikan lingkungan daerah bencana beserta prasarana dan sarana umum.
o Pelayanan kesehatan.
o Rehabilitasi.
Daftar Pustaka:
1. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
2. Dampak Bencana terhadap Kesehatan Masyarakat. 2015. [Internet]. [cited 2017 April 9].
Available from: www.kependudukan.lipi.go.id
3. Kebakaran Hutan dan Lahan: Bukan Bencana Alam, Awal Bencana Ekologi. [Internet]. [cited
2017 April 9]. Available from: www.fwi.or.id
• Memastikan bahwa fasilitas kesehatan, baik itu rumah sakit, klinik medis, atau pusat
komunitas sudah memadai dan tepat menangani kebutuhan masyarakat
• Keterlibatan dalam semua perencanaan dan kesiapan bencana sebelum bencana terjadi
• Memfasilitasi komunikasi
• Membangun kepercayaan
1. Fisik
o Perawat melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan
pengobatan
o Pengobatan dapat berupa pemeriksaan fisik dan pengobatan luka.
2. Psikososial
o Dewasa: pemulihan dengan mendengarkan keluhan korban, memberi solusi,
memberikan penyemangat
o Anak-anak: mengembalikan keceriaan dengan cara mendirikan taman bermain,
menceritakan dongeng dan cerita yang lucu
o Masyarakat: melakukan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dengan instansi
atau LSM
Bisa juga dilakukan dengan cara:
Pencegahan trauma berulang:
o Membatasi jumlah orang yang berinteraksi dengan korban
o Tidak memaksakan korban untuk menceritakan kisahnya.
3. Kulural
o Memberikan dukungan yang positif terhadap korban
o Mengajak dan membujuk korban secara perlahan untuk bercerita terkait keluarga
dan asal-usulnya
4. Spiritual
o Memberikan dorongan pada pasien untuk menyadari fase kehilangan dan
menyuruh untuk tetap sabar.
a. mempelajari ulang panduan pemerintah terhadap bencana dan memami proses distribusi
obat pada becnana.
b. Menyusun rencana farmasi terkait bencana
c. Menyusun daftar obat esensial dan menetapkan tingkat/jenis persediaan obat dan alat
kesehatan.
d. Menyusun dan melakukan program pelatihan/simulai staff untuk meningkatkan
pemahaman dan penerapan rencana pelaksanaan.
Perencanaan
• Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi
jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
• Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis.
• Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
• Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang
lebih baik dibanding obat tunggal.
• Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari
penyakit yang prevalensinya tinggi.
a. obat dan perbekalan kesehatan donasi tidak sesuai dengan situasi darurat yang terjadi,
baik dari aspek pola penyakit maupun tingkat pelayanan kesehatan yagn tersedia (tidak
dikenal petugas kesehatan atau tidak memenuhi standar).
b. Sering tiba tanpa dipilah dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris terlebih dahulu,
bahkan tanpa nama generic.
c. Kualitasnya tidak sesuai dengan standar di negara donor.
d. Pihak donor tidak mempedulikan prosedur administrasi negara penerima.
e. Jumlahnya tidak sesuai. Jika berlebih harus dimusnahkan dan merupakan masalah bagi
negara penerima.
a. untuk kuantitas, jumlah obat perbekalan kefarmasian pada semua bencana adalah intinya
agar tidak berlebihan sehingga harus dimusnahkan.
o Berikut adalah proses permintaan dan pemberian obat pada saat terjadi bencana
lokal.
b. Untuk klasifikasi, setiap bencana menghasilkan jenis penyakit yang berbeda, sehingga
obat dan perbekalannya pun berbeda-beda.
Referensi :
• Pan American Health Organization. 2000. “Natural Disasters; Protecting The Public’s Health”. [e-book] Tersedia:
https://scele.ui.ac.id/pluginfile.php/298617/mod_resource/content/0/Pan_American_Health_Organization_2000.pdf (diakses 15 Maret 2017)
• Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press;
2010. P. 103-112.
• IASC. (2010). Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know?. Geneva : IASC
Reference Group for Mental Health and Psychosocial Support in Emergency Settings
• Ehrenreich JH, Elliot TL. Managing stress in humanitarian aid workers: a survey of humanitarian aid agencies' psychosocial training and support
of staff. Journal of Peace Psychology. 2004.
• Christopher Bell, Sarah Daniel. Pharmacy Leader’s Role in Hospital Emergency Preparedness Planning. Thomas Land Publishers. 2014
• WHO. Mental Health in Emergencies. Geneva: Department of Mental Health and Substance Dependence World Health Organization Geneva; 2003
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 059/MENKES/SK/I/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan pada Penanggulangan Bencana
• Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Masalah Kesehatan Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan. 2015. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asap.pdf
10 Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan. http://ilmugeografi.com/bencana-alam/akibat-kebakaran-hutan