Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi di dalam area popok. Pada
kasus ringan kulit menjadi merah. Pada kasus-kasus yang lebih berat mungkin
terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di
dalam lipatan kulit paha dan pantat. Kasus ringan menghilang dalam 3 sampai 4
hari tanpa pengobatan. Bila ruam menetap atau muncul lagi setelah pengobatan,
berkonsultasilah dengan dokter.
Ruam popok atau diapers rush adalah iritasi pada kulit bayi di daerah
pantat. Ini bisa terjadi jika popoknya basah dan telat diganti, popoknya terlalu
kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan
eksema. Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada
bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini
akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion
atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu. (
Jurnal Keperawatan Ruam Popok, 2006 )

Gambar 1.1

Ruam popok adalah dermatitis pada daerah yang ditutupi popok yang
ditandai Ruam popok ditandai oleh kemerahan pada daerah pantat, kulit yang
menempel dengan popok, dan daerah lipatan paha. Perawatan perianal bayi
merupakan perawatan pada daerah yang tertutup popok pada bayi. Perawatan
perianal ini penting untuk menjaga kesehatan kulit bayi, khususnya pada daerah
genitalia bayi yang merupakan bagian yang sangat sensitive. Perawatan ini
meliputi perawatan pada area genital, area sekitar anus, lipatan paha serta pantat
bayi. Perawatan perianal jika dilakukan dengan benar dan teratur maka akan
mengurangi resiko terjadi ruam popok pada bayi yang menggunakan popok sekali
pakai. ( Dikutip dari Skripsi Eko Setyawan, 2014 )
B. ETIOLOGI
Ruam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum (penyakit fith)
adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam disebabkan
campak, rubella, dan cacar air menjadi tidak umum karena anak mendapatkan
vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper
dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain:

Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.


Faktor kelembaban.
Kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama

tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).


Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
Alergi bahan popok.
Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.

C. EPIDEMIOLOGI
Diaper rash biasanya terjadi pada bayi dengan puncak tertinggi pada usia
7-12 bulan, dan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Diaper rash bisa
terjadi pada periode neonatal segera setelah anak memakai popok. Sebuah studi
mengatakan bahwa diaper rash terjadi sekitar 7-35% pada populasi bayi.
2

Diaper rash biasanya berhenti setelah anak dilatih defekasi dan miksi pada
usia 2 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada frekuensi dan
beratnya penyakit pada laki-laki dan perempuan.
Diaper rash juga bisa terjadi pada orang dewasa yang memakai popok.
Pengecualian terhadap individu yang mengalami immunodefisiensi, diaper
rash tidak akan mengakibatkan kematian jika didiagnosa dan ditangani dengan
benar.
Akan tetapi, diagnosa dan penanganan yang salah akan mengakibatkan
rasa tidak nyaman, perih dan memungkinkan terjadinya infeksi sekunder.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang
ditutupi popok. Selain itu, bayi biasanya terlihat rewel, terutama saat penggantian
popok. Bayi juga mungkin menangis saat kulit di daerah yang ditutupi popok
dicuci atau disentuh. Terdapat bercak-bercak kemerahan pada daerah pantat
karena iritasi popok.
Tanda dan Gejala :
a. Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema
b. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan,
c.
d.
e.
f.
g.
h.

perut bawah paha atas.


Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.
Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering
terkolonisasi ( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans,

sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basah


i. Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau
Sreptococcus beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak,
serta di dapatkan nanah dan keropeng
3

j. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.


D. PATOFISIOLOGI
Telah menjadi kesepakatan para ahli bahwa diaper rash adalah gambaran
suatu dermatitis kontak iritan, atau dikenal dengan istilah dermatitis popok iritan
primer (DPIP). Penggunaan popok berhubungan dengan peningkatan yang
signifikan pada hidrasi dan pH kulit. Kedua faktor tersebut adalah hal penting
untuk kesehatan kulit pada daerah popok. Urine dan feses berperan penting pada
peningkatan hidrasi dan pH kulit.
Pada keadaan hidrasi yang berlebihan, permeabilitas kulit akan meningkat
terhadap iritan, meningkatnya koefisien gesekan sehingga mudah terjadi abrasi,
dan merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga
mudah terjadi infeksi.
Pada pH kulit yang lebih tinggi, enzim feses yang dihasilkan oleh bakteri
pada saluran cerna dapat mengiritasi kulit secara langsung dan dapat pula
meningkatkan kepekaan kulit terhadap bahan iritan lainnya.
Superhydration urease enzyme yang terdapat pada stratum korneum
melepaskan ammoniak dari bakteri kutaneus. Urease mempunyai efek iritasi yang
ringan terhadap kulit yang tidak intak. Lipase dan protease pada feses yang
bercampur dengan urine akan menghasilkan lebih banyak ammoniak dan
meningkatkan pH kulit (alkaline).
Ammoniak bukan merupakan suatu bahan iritan yang turut berperan
dalam patogenesis diaper rashtetapi bukan merupakan faktor penentu terjadinya
DPIP. Pada observasi klinis menunjukkan bayi dengan diaper rash tidak tercium
bau ammoniak yang kuat. Feses bayi yang diberikan air susu ibu (ASI)
mempunyai pH yang rendah dan tidak rentan terkena diaper rash.

Gesekan akibat gerakan menyebabkan kulit terluka dan mudah terjadi


iritasi sehingga resiko terjadinya inflamasi meningkat. Infeksi sekunder akibat
dari mikroorganisme seperti candida albicans sering timbul setelah 72 jam
terjadinya diaper rash. Candida albicans adalah mikroorganisme tersering yang
dijumpai pada daerah popok dari 41%-85% bayi yang mengalami diaper rash.
Pada kebanyakan studi menunjukkan lebih dari separuh bayi yang
mengalami diaper rashmempunyai hasil kultur Candida albicans dalam jumlah
yang banyak. Infeksi mikroorganisme akan memperberat inflamasi tetapi tidak
berperan langsung terhadap timbulnya lesi primer. Candida albicans mempunyai
hubungan yang kuat dengan terjadinya kasus diaper rash berat.
E. WOC
Kontak kulit dengan
popok/diaper

Bayi BAK, BAB

Gesekan dg popok:
mechanical iritan

Kulit
lembab

Infeksi candida
albikan

Kontak dg urin dan feses,


sabun, tisu basah: chemical
iritan

Ph kulit
meningkat

Enzyme pada
feses

Kulit mengalami:
Permeability
- Friction
- Abrasion
- Microbial growth
- iritation

Luka/iritasi pada
kulit
5
Gatal, panas
Gangguan rasa
nyaman

Kerusakan intergritas
kulit

Resiko
infeksi

F. KOMPLIKASI
Jika tidak diobati atau diabaikan maka dapat terjadi:
a. Disuria, yaitu rasa sakit yang timbul saat buang air kecil
b. Retensio urine, yaitu tidak bisa buang air kecil. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya rasa sakit, maka anak akan menahan
keinginannya untuk buang air kecil.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis diaper rash umumnya dapat didiagnosa secara klinis. Riwayat
penyakit yang ditelusuri secara rinci
mempersempit

diagnosis

banding.

akan memberikan petunjuk dan

Infeksi

akibatcandida

albicans dapat

didiagnosa dengan menggunakan tes kalium hidroksida (KOH) ataupun kultur.


Pemeriksaan

laboratorium

hanya

memiliki

sedikit

indikasi

dan

kegunaannya terbatas. Hitung darah lengkap mungkin dapat menolong khususnya


ketika timbul demam dan dicurigai adanya infeksi sekunder. Pewarnaan gram
maupun kultur Staphylococcus aureus dapat memperkuat diagnosis. Gambaran
histology yang tampak umumnya berupa spongiosis dan inflamasi ringan pada
daerah dermis.

H. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
a. Air
Daerah popok dibasuh dengan air bersih dan dibiarkan terbuka selama
mungkin agar tidak lembab, misalnya ketika bayi tidur.
b. Barrier ointments
Barrier ointments dioleskan setiap kali popok diganti. Contoh barrier
ointments : seng oksida, petrolatum, preparat barier non mediated.
c. Cleansing dan pengobatan anti kandida
Daerah popok dibersihkan dengan air ataupun minyak mineral dan
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat friksi.
d. Diaper
Frekuensi penggantian popok perlu diperhatikan. Popok diganti
sesegera mungkin bila telah kotor.
e. Education
Pendekatan edukasi diberikan kepada orang tua atau pengaruh bayi.
Pembelajaran dan membiasakan toilet training pada bayi akan mengurangi
kebiasaan memakai popok.
2. Medikamentosa
a. Kortikosteroid topical
Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan
(mis : krim Hidrokortison 1% - 2 %) dan umumnya diberi untuk jangka
waktu 3 7 hari. Penggunaan steroid poten merupakan indikasi kontra
karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup banyak.
b. Antifungal topikal
Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif untuk pengobatan DP
kandida klotrimazol dan mikonazol nitral juga dapat digunakan.
c. Anti bakterial
Bila terjadi infeksi ataupun infeksi sekunder pada DP dapat diberikan
beberapa anti mikroba, termasuk benzalkonium chlorida dan triklosan.

I. PENCEGAHAN
a. Sering mengganti popok.
b. Membersihkan dan mengeringkan bokong bayi serta lipatan-lipatannya.

c. Setiap ada kesempatan, biarkan bayi menendang-nendang bebas tanpa


popok di atas meja ganti.
d. Gunakan krim penghalang untuk mencegah kulit terlalu lembap.
e. Ketika muncul tanda kemerahan pertama, anda perlu lebih sering
mengganti popoknya.
f. Pengobatan terbaik adalah membiarkan bayi menendang-nendang bebas
tanpa popok di atas selimut atau alas tahan air selama dia suka.

Macam-macam popok ada 2 :


1. Popok Sekali Pakai
Kelebihan :

Pada umumnya lebih mudah digunakan. Itulah sebabnya mengapa

popok ini populer.


Daya serap popok ini sangat baik, dapat dipakai sepanjang malam
tanpa membuat seprei basah di pagi harinya.

Kekurangan :

Anda dapat mengalami kesulitan menemukan popok semacam ini

yang cocok untuk bayi. Setiap bayi mempunyai bentuk yang unik.
Jika bagian perekatnya terkena krim maka kerekatannya akan

menghilang. Ini cenderung terjadi pada saat-saat panic.


Biaya. Meskipun harga satu popk tidaklah terlalu besar, tetapi jumlah
yang harus anda bayar untuk penggunaan popk selama bertahun-tahun

dapat sangat mengejutkan.


Mereka tidak ramah lingkungan.

2. Popok Kain
Kelebihan :

Ramah lingkungan.

Mereka nyaman, lembut, dan tidak mempunyai sisi-sisi yang keras

yang dapat mengiritasi kulit bayi.


Lebih murah untuk jangka panjang.
Sekarang ini lebih mudah, sejauh anda mempunyai mesin cuci dan
lebih baik lagi, mesin pengering.

Kekurangan :

Harus mempelajari origami agar popok kain dapat merekat pada bayi.
Menggunakan peniti popok.
Harus merendam.
Harus menggunakan ember.
Harus mencuci.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RUAM POPOK
A. KASUS
Seorang ibu membawa bayinya ke Puskesmas Mandiangin. Dengan
keluhan utama berupa bercak kemerahan yang disertai rasa gatal di kedua lipatan
paha dan daerah kemaluan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa bercak
berwarna merah di daerah kemaluan dan meluas ke lipatan paha. Bercak
kemerahan ini disertai rasa gatal. Sehari-hari menggunakan popok.
B. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Agama
e. Pekerjaan
f. Alamat
g. Status
h. Tanggal pengkajian
i. Nama ruangan
j. Diagnosa medis

: Tn A
: Laki-laki
: 1 tahun
: Islam
: Belum bekerja
: Bukittinggi
: Belum menikah
: 28-09-2014
: Melati
: Ruam popok

2. Riwayat Kesehatan
10

a. Keluhan utama
Adanya bercak kemerahan yang disertai rasa gatal di
kedua lipatan paha dan di daerah kemaluan sejak 1 bulan yang
lalu.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Tidak ada riwayat kesehatan terdahulu.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan
dermatologis dijumpai ruam berupa makulla dan papul-papul eritem.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit /
jaringan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan
kulit karena destruksi jaringan.
3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan nyeri
dapat teratasi
KH:
Nyeri berkurang / terkontrol
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin.
R/ supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah.
Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
R/ peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya
R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi
Melepas ppopok dan membiarkan kulitnya terkena angin
R/ Mempercepat penyembuhan ruam popok

11

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit


karena destruksi jaringan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan masalah
dapat teratasi.
KH:
Menunjukan regenerasi jaringan
Mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi:
Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control infeksi.
R/ menyiapkan jaringan baru dan menurunkan infeksi.
Tinggikan area graft bila mungkin
R/ menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko pemisahan graft
Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.
R/ memberikan informasi dasar tentang keb penanaman kulit
Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.
R/ kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan
khusus
3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan kep selama 224 jam diharapkan masalah dapat
teratasi.
KH:
Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas.
Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktus.
Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan
R/ meningkatkan fungsional pada ekstremitas.
Lakukan rehabilitasi pada penerima.
R/ akan lebih mudah membuat partisipasi
Berikan obat sebelum aktivitas/ latihan
R/ menurunkan kekuatan otot/ jaringan.
Bersihkan daerah luka dengan cepat.
R/ eksisi dinidiket untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi.
E. IMPLEMENTASI
Dapat dilaksanakan penuh pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Meliputi: monitor tanda-tanda vital, monitor input-output, monitor kesadaran,

12

monitor hipoglikemi, obserfasi tanda infeksi, lakukan teknik aseptik perawatan kulit,
jelaskan tentang penyebab, komplikasi dan pengobatan atau terapi decubitus.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat-obatan.
F. EVALUASI
Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi
pasien, kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang kemungkinan
muncul.

LESI PADA RUAM POPOK


EFLORESENSI PRIMER

KARAKTERISTIK

LESI
Makula

Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan


bentuk bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan
(bila diameter > 1 cm disebut patch)

Papula

Peninggian kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan


bagian terbesarnya berada di atas permukaan kulit (bila
papula bergabung dengan diameter >1 cm dan permukaan
datar disebut plakat)

13

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi
Ibu, namun biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya terjadi pada bayi
dengan kulit yang lebih sensitive.Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok
yang basah atau infeksi jamur, maka hanya dengan melepas popok dan
membiarkan kulitnya terkena angin sudah mampu menyembuhkan.Pastikan Ibu
mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat bayi dan mengeringkannya
sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus untuk
membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
B. SARAN
Dalam suatu penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan ruam
popok diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Sebagai
mahasiswa keperawatan kita harus lebih meningkatkan pengetahuan tentang ruam
popok dan memberikan informasi atau health education dengan benar mengenai
pedikulosis kepada masyarakat umum terutama pasien yang menderita ruam
popok.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Danarti Dessy. 2010. G-media. Baby and Child Health. 65-66
2. Fitria Ana. 2009. Imperium. Tips Pintar Merawat Bayi. Yogyakarta. 8-9
3. McGrail Anna. 2005. Arcan. Anda dam Sang Bayi. Jakarta. 44-47
4. Mueser Marie Anne. 2007. Diglossia Media. Paduan Lengkap Perawatan Bayi
dan Anak. Yogyakarta. 103-104

15

Anda mungkin juga menyukai