Anda di halaman 1dari 15

DIIT PENYAKIT SALURAN CERNA

Oleh :

SARMAULI PASURIA SINAGA

1314201066

Dosen :

WELY FEMELIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes FORT DE KOCK

TAHUN AJARAN 2016 / 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT, karena berkat rahmat dan

karuniaNya lah, kami telah dapat menyelesaikan makalah ini meski secara

sederhana, semoga allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-nya kepada kita

semua.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah IlmuGizi dan

Terapi Diet dalam penyusunan kami menemui berbagai rintangan. Namun Allah

SWT sangat memperhatikan hambanya yang mau berusaha dan berdoa sehingga

dengan adanya bantuan dari pihak lain makalah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini kami tak lupa ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga bantuan dan

partisipasi dari berbagai pihak dibalas allah SWT dengan balasan yang berlipat

ganda. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 13 JUNI 2016

Penulis
BAB II PEMBAHASAN

A. Diet Lambung
Diet Lambung dibedakan menjadi Diet Lambung I, Diet Lambung II, dan Diet
Lambung III Penyakit lambung atau gstrointestinal meliputi gastritis akut dan
khronis, ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan
Dumping Syndrome dan Kanker Lambung Gangguan pada lambung umumnya
berupa sindrome dispepsia, yaitu kumpulan gejala mual, muntah, nyeri
epigastrum, kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.

a. Tujuan Diet
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
dan mencegah serta menetralkan ekskresi asam lambung yang berlebihan

b. Sayarat diet
1. .mudah cerna porsi kecil diberikan sering
2. energi dan protein cukup sesuai dengan kemampuan pasien
menerimanya
3. lemak rendah yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi yang dibutuhkan secara
bertahap sesuai kemampuan
4. rendah serat terutama serat larut air yang diingatkan secara bertahap
5. cairan cukup terutama saat terjadinya muntah
6. laktosa rendah apabila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya
menghindari produk susu
7. Makan dengan perlahan
8. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk mengistirahatkan lambung

B. MACAM DIIT DAN INDIKASI PEMBERIANYA


a. Diet Lambung I
1. Diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Ulkus peptikum, pasca
perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
2. Makanan diberikan dalam bentuk saring
3. Dapat merupakan diet peralihan pada pasca hematemesis-melena
atau setelah fase akut teratasi
4. Makanan diberikan tiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena
membosankan, kurang energi, protein, zat besi, tiamin dan vitamin
C
b. Diet Lambung II
1. Diet lambung II merupakan perpindahan dari diet lambung I
2. Diberikan kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gstritis
khronis dan tifus abdominalis ringan
3. Bentuk makanan lunak, porsi kecil, dan diberikan 3x dalam bentuk
makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan
4. Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C tetapi kurang thiamin
Contoh Menu Sehari
1. Pagi
Bubur nasi/ nasi tim + telur ceplok air + setup wortel + teh encer
Selingan : puding maizena + sirup
2. Siang
Bubur nasi/nasi tim + semur daging giling + setup bayam + jus
pepaya
Selingan : roti bakar
3. Malam
Bubur nasi/nasi tim + sup ayam giling + tumis labu siam + pisang

BAHAN MAKANAN BERAT (g)

Beras 90
Roti 40
Mayzena 20
Daging 100
Telur ayam 100
Tempe 100
Sayuran 250
Buah 200
Margarin 35
Gula pasir 65
Susu 300
\

c. Diet Lambung III


1. Merupakan perpindahan diet lambung II
2. Diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum, gastritis khronis,
dan tifus abdominalis yang hampir sembuh
3. Makanan berbentuk lunak atau biasa
4. Cukup energi dan zat gizi lain
Contoh Menu
1.Pagi
nasi tim/nasi+ telur ceplok air + setup wortel + teh encer
Selingan : puding maizena + sirup
2.Siang
nasi tim/nasi + semur daging giling + setup bayam + jus pepaya
Selingan : bubur kacang hijau
3. Malam
Nasi tim/nasi + sup ayam giling + tumis labu siam + pisang

BAHAN MAKANAN BERAT (g)

Beras 200
Maizena 15
Biscuit 20
Daging 100
Telur ayam 50
Tempe 100
Sayuran 250
Buah 200
Minyak 25
Gula pasir 40
Susu 200

A. Diet Saluran Cerna Atas


Termasuk diet disfagia dan diet pasca hematemesis melena
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan
pada saluran cerna. Dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan,
pasca-stroke, adanya massa atau tumor yang menutupi saluran cerna
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa
darah akibat luka dan kerusakan pada saluran cerna.
Tujuan dan Syarat Diet Disfagia
a. Tujuan
Menurunkan resiko aspirasi akibat masuknya makanan ke sal.pernapasan
dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan
b. Syarat
1. Cukup energi dan zat gizi lain
2. Mudah cerna, porsi kecil, sering
3. Cukup cairan
4. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan
5. Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak
6. Dapat diberikan via oral atau per sonde (NGT)

Tujuan dan Syarat Diet Hematemesis-Melena


a. Tujuan
Memberikan makanan secukupnya untuk mengistirahatkan saluran cerna
dan mengurangi resiko perdarahan ulang serta mengusahakan gizi sebaik
mungkin
b. Syarat
1. Tidak merangsang saluran cerna
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja untuk
mengistirahatkan lambung
4. Diet dapat diberikan bila perdarahan lambung dan duodenum sudah
tidak ada
5. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih tiap 2-3 jam selama 1-2
hari saja.

B. Diet Saluran Cerna Bawah


Penyakit yang umum ada 3 : penyakit usus inflamatorik (biasanya berupa
kulitis ulseratif dan chrons diseasei), divertikulosis, dan divertikulitis
Macam Diet yang diberikan adalah Diet Rendah Sisa dan Diet Tinggi
Serat

Definisi Penyakit
1. Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan
usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat
badan berkurang, demam, dan steatorea
2. Divertikulosis adalah adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada
dinding kolon karena tekanan intra-kolon yang tinggi karena konstipasi
kronis, umum terjadi pada manula dan konsumsi rendah serat
3. Divertikulitis adalah penyakit yang terjadi apabila terjadi penumpukan
sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejalanya kram
pada kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipasi, atau diare,
demam.

C. Diet Rendah Sisa


a. Tujuan Diet Sisa Rendah adalah untuk memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna.
b. Syarat
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender dan aktivitas.
2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total.
5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan
serat maksimai 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan
toleransi perorangan.

Indikasi Diet Rendah Sisa


a. Diet Sisa Rendah diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan
saluran cerna akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan
sebagian saluran cerna, hemoroid berat, serta pada pra dan pasca bedah
saluran cerna.
b. Diet biasanya rendah dalam beberapa jenis zat gizi, sehingga hanya
diberikan untuk jangka waktu pendek. Bila diperlukan, disamping diet
diberikan suplemen vitamin dan minerar dan/atau makanan parenteral.
c. Menurut beratnva penyakit diberikan Diet Sisa Rendah I atau II.
d. Makanan diberikan dalam bentuk saring.
e. Makanan yang mengandung banyak serat sama sekali tidak diperbolehkan,
begitu juga dengan bumbu.
f. Lemak dan gula diberikan dalam jumlah terbatas (bila penderita tahan).
g. Susu tidak diperbolehkan.
h. Hanya diberikan selama beberapa hari karena rendah kalori, protein,
kalsium, besi, thiamin dan vit. C.

Makanan yang boleh diberikan:


a. Sumber hidrat arang: beras dibubur saring, roti dibakar, kentang dipure;
makaroni, mi, bihun direbus; biskuit, krakers; tepung-tepungan dibubur
atau dipuding.
b. Sumber protein hewani: daging, hati digiling halus; ikan dicincang; telur
direbus, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan dan minuman.
c. Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus.
d. Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran: sari sayuran.
f. Buah: air jeruk.
g. Minuman: teh, sirop, kopi encer.
h. Bumbu: garam, vetsin, gula.

Diet Rendah Sisa I


a. Diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Rendah Sisa I atau
kepada penderita diare kronis.
b. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
c. Makanan mengandung serat diperbolehkan dalam jumlah terbatas,
begitupun lemak dan gula.
d. Bumbu-bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan.
e. Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi.

Makanan yang boleh diberikan


a. Sumber hidrat arang: beras dibubur, roti dibakar, kentang direbus, dipure;
makaroni, mi, bihun direbus; krakers; tepung-tepungan dibubur atau
dipuding.
b. Sumber protein hewani: daging, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,
dikukus, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air dan dicampur
dalam makanan dan minuman; susu 2 gelas sehari.
c. Sumber protein nabati: tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; keju; kacang
tanah; saridele.
d. Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran: sayuran yang tak banyak serat: kacang panjang, buncis muda,
bayam, labu siam, tomat masak, wortel, direbus, dikukus, ditumis.

1. Hemoroid
Diet Tinggi Serat
Tujuan : Meningkatkan volume dan konsistensi feses, menurunkan tekanan
intraluminal serta mencegah infeksi

Syarat Diet:
a. Kebutuhan energi dan zat gizi normal
b. Cairan tinggi
c. Serat tinggi
Indikasi Diet Tinggi Serat
a. Pada penyakit divertikulosis
b. Pada obstipasi

Divertikulosis
a. Jenis Bahan Makanan yang dianjurkan
Beras tumbuk, beras ketan hitam, kacang-kacangan, sayuran mentah, dan
buah yang dimakan dengan kulitnya.

D. Diet pada Penyakit Kantung Empedu


Fungsi utama kantung empedu adalah untuk mengkonsentrasikan dan
menyimpan empedu yang diproduksi oleh hati.
Cairan empedu mengandung garam empedu dan kolesterol.
Fungsi cairan empedu adalah membantu pencernaan dan absorpsi lemak
dan vitamin larut lemak, mineral besi, dan kalsium
Contoh Penyakit:
a. Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea)
yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.
b. Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung
empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu
c. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun
terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas,
usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
d. Patologikolelitiasis
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang
terdiri dari : kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam
lemak, fosfolipid (lesitin) dan elektrolit.
Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3 jenis :
1) batu pigmen
2) batu kolesterol
3) batu campuran (kolesterol dan pigmen)

A. Batu Pigmen
1) Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion
ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak
2) Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

3) Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

4) Presipitasi / pengendapan

5) Berbentuk batu empedu

6) Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan
operasi
B. Batu Kolesterol
1) Proses degenerasi dan adanya penyakit hati

2) Penurunan fungsi hati

3) Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme

4) Mal absorpsi garam empedu Penurunan sintesis (pembentukan) asam
empedu

5) Peningkatan sintesis kolesterol

6) Berperan sebagai penunjang
iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah
empedu oleh kolesterol

7) PeradangandalamPeningkatan sekresi kolesterol
kandungempedu

8) Kemudian kolesterolkeluar dari getah empedu
Penyakit kandung

9) empedu(kolesistitis)Pengendapankolesterol

10) Batu empedu

C. Terapi
Terapi Non Bedah, yaitu :
1) Pendukung diit : Cairan rendah lemak
2) Cairan Infus
3) Pengisapan Nasogastrik
4) Analgetik
5) Antibiotik
6) Istirahat

D. Kolesistitis
1) Individu yang berisiko terkena kolesistitis antara lain adalah jenis
kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan, kehamilan, dan suku
bangsa tertentu.
2) 4F (female, forty, fat, and fertile).
3) Selain itu, kelompok penderita batu empedu tentu saja lebih berisiko
mengalami kolesistitis daripada yang tidak memiliki batu empedu.

E. Jenis Diet
1. Diet Rendah Lemak I
Diberikan kepada pasien cholecystitis (radang kantong empedu) akut
dan cholelithiasis (batu empedu) dengan kolik akut. Makanan
diberikan berupa buah-buahan dan minuman manis.
Makanan ini rendah dalam kalori dan semua zat kecuali vitamin A dan
C. Sebaiknya hanya diberikan 2-3 hari saja.
2. Diet Rendah Lemak II
Diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat diatasi dan
perasaan mual sudah berkurang atau kepada pasien penyakit kantong
empedu yang terlalu kronis.
3. Diet Rendah Lemak III
Diberikan kepada pasien penyakit kantong empedu yang tidak gemuk dan
cukup mempunyai nafsu makan. Menurut keadaan penderita, makanan
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup dalam kalori
dan semua zat gizi.

Bahan Makanan Yang Tidak Boleh Diberikan


Sumber lemak: semua makanan yang digoreng; semua makanan dan
daging yang mengandung lemak tinggi seperti mayonise, daging kambing, dan
babi.Bahan makanan yang menimbulkan gas: ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
durian, nangka, ketimun.Bumbu-bumbu yang merangsang: cabe, bawang, merica,
asam, cuka, jahe.Minuman yang mengandung soda dan alkohol.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses

menelan,mengosongkan lambung,absorpsi zat zat gizi dan proses buang air besar

(defekasi). Gangguan ini terjadi karena infeksi atau peradangan,gangguan

motilitas,perdarahan atau hematemisis melena, kondisi saluran cerna,paskah

bedah dan tumor kanker. Penyakit penyakit saluran cerna terjadi antara lain

stenosis esofagus ,gastritis kronik atau akut, hematensis-malena ulkus peptikum

sindroma dumping,hemoroit,diare,dan konstipasi. Diet saluran cerna berarti diet

yang dilakukan saat terjadinya gangguan psada saluran pencernaan. Adapun

gangguan saluran pencernaan meliputi flatulensi,diare,gastritis dan tipoid.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk pelajaran kami kedepan nya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Notodmojo, soekidjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku.

Rineka cipta. Jakarta.


2. Beck, Mary E. 2011. Ilmu gizi dan diet hubungan nya dengan penyakit-

penyakit untuk perawat dan dokter. Jakarta : Andi publisher

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian diet lambung ..................................................................


2. Macam diet dan indikasi pemberiannya...........................................
3. Diet pada penyakit kantong empedu................................................
4. Jenis diet...........................................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai