Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEDATIF-HIPNOTIKA DAN ANTI HISTAMIN-HISTAMIN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi


Yang di empu oleh Ibu : Supriliyah S.Kep.Ns.,M.Kep

Oleh :
1. Cikita Adelia (222402002)
2. Safira Oktaviana Chumairoh (222402009)
3. Saskia Veby Ananda (222402016)
4. Alifta Maulina (222402023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PRODI DIII KEPERAWATAN
PEMKAB JOMBANG
2023/2024

1
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Sedatif-Hipnotika dan Anti Histamin-
Histamin” tepat pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai jurnal penelitian sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua jurnal penelitian yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jombang, 08 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.1 Latar belakang...............................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................................5
1.4 Manfaat..........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7
2.1 Definisi hipnotik dan sedatif..........................................................................................7
2.1.2 Klarifikasi hipnotik dan sedatif...................................................................................8
2.2 Histamin dan Antihistamin..........................................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.1.2 Sedatif-Hipnotika
Sedatif hipnotika adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi
sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang
memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat
memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur.
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, ssperti magadom digunakan
sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis
kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang
memakainya tertidur.
Gejala akibat pemakainnya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu
mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah
kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah,
sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan
kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali
diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, nafas
lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakainnya melebihi dosis tertentu dapat
menimbulkan kematian.
Penggunaan klinis kedua golongan golongan obat-obatan ini telah digunakan
secara luas seperti untuk tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penata
laksanaan kejang, serta insomnia. Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam
tindakan anastesi memerlukan pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan kedua
obat. Hal tersebut yang mendasari penulisan mengenai farmakologi obat-obatan
hipnotik sedatif.

1.1.3 Histamin dan Anti Histamin


Histamin dihasilkan oleh bakteri yang mengkontaminasi ergot. Pada awal abad
ke-19, histamin dapat diisolasi dari jaringan hati dan paru-paru segar. Histamin juga
ditemukan pada berbagai jaringan tubuh, oleh karena itu diberi nama histamin
(histos = jaringan).
Reseptor pada permukaan sel (termasuk reseptor H1) dapat berikatan dengan
protein G yang terdapat pada membran sel di daerah yang berbatasan dengan
sitoplasma (cytosolic domain ofcell membrane). Perubahan atau peningkatan aktivitas
reseptor H1 yang dipengaruhi molekul dari luar sel mengakibatkan perubahan atau
peningkatan aktivitas protein G. Perubahan atau peningkatan aktivitas protein G
menimbulkan transduksi signal (signal transduction) ke beberapa target (efektor),
sehingga mengakibatkan aktivitas NF-KB yang merupakan faktor transkripsi yang
berperan pada terjadinya reaksi radang.

4
Anti histamin merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Anti
histamin dan dan histamin berlomba menempati reseptor yang sama. Blokader
reseptor oleh antagonis H1 menghambat terkaitnya pada reseptor sehingga
menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah. Akhir-akhir ini
dibuktikan bahwa anti histamin H1 bukan hanya sebagai antagonis tetapi juga sebagai
inverse agonist yang mempunyai kapasitas menghambat aktivitas reseptor H1
sedangkan antagonis H1 tidak berpengaruh terhadap aktivitas reseptor H1.
Sewaktu diketahui bahwa histamin mempengaruhi banyak proses fisiologik
dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat dapat menghantar antagonis efek
histamin. Epinefrin merupakan antagonis fisiologik pertama yang digunakan.
Antara tahun 1937-1971, beratus-ratus anti histamin ditemukan dan sebagian
digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin misalnya
antergan, neoantergan, difenhidramin, dan tripelenamin dalam dosis terapi efektif
untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus tetapi tidak dapat melawan efek
hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut dapat di golongkan
dalam anti histamin penghambat reseptor H1 (AH1).
Sesudah tahun 1972 ditemukan kelompok anti histamin baru yaitu burimamit,
metiamit, dan simetidin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat
histamin.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan histamin dan anti histamin?
2. Apa sajakah reseptor yang terlibat pada histamin dan anti histamin?
3. Bagaimana farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi histamin dan anti histamin?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Farmakologi di Stikes Pemkab Jombang. Selain itu, tujuan
penulisan tinjauan pustaka ini juga untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi
orang lain yang membacanya terutama mengenai farmakologi obat-obatan hipnotik
sedatif.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang obat anti histamin.
2. Tujuan khusus
 Mengetahui pengertian anti histamin
 Mengetahui macam obat anti histamin
 Mengetahui cara kerja anti histamin
 Mengetahui indikasi dan kontra indikasi anti histamin
 Mengetahui dosis pemberian anti histamin
 Mengetahui efek samping anti histamin
 Mengetahui obat anti histamin yang aman digunakan untuk anak, ibu hamil,
dan menyusui.

5
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi mengenai obat anti
histamin, untuk mengetahui bagaimana pengertian, macam obat, cara kerja, indikasi dan
kontra indikasi, dosis pemberian, efek samping dari obat anti histamin, dan obat histamin
yang aman digunakan untuk anak, ibu hamil, dan menyusui.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipnotik dan Sedatif


Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi
yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur. Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai
obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tata laksana nyeri
akut dan kronik, tindakan anestesia, penata laksanaan kejang, serta insomnia.
Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat nonbarbiturat – nonbenzodiazepin

2.1.2 Klasifikasi Hipnotik dan sedatif


1.Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus,
yaitu anxiolisis, sedasi, antikonvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis, dan
amnesia retrograde. Benzodiazepine banyak digunakan dalam praktek klinik.
Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat,
potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya
toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom dihati. Benzodiazepin telah
banyak digunakan sebagai pengganti barbiturate sebagai premedikasi dan
menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring anestesi.
Mekanisme Kerja Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi
Gamma Amino Butyric Acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat diotak.
Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkatkan
kepekaan reseptor GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal
klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong
post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis,
sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABA.
Efek Samping Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada
penggunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan menggangu aktivitas setidaknya
selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu
tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi, namun penggunaannya
sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis. Penggunaan
benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obatanestesi inhalasi ataupun
injeksi. Walaupun penggunaan midazolam akan meningkatkan efek depresi napas
opioid dan mengurangi efek analgesiknya.

7
Contoh Preparat Benzodiazepin :
a. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin
imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah
menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat.
Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam.
Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek sedasi sehingga pasien dapat
terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama
beberapa jam.Midazolam diserap cepat oleh saluran cerna dan sawar darah
otak.Midazolm direaksi cepat oleh hepar dan usus halus.

b. Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki durasi
kerja yang lebih panjang di banding midazolam. Diazepam dilarutk an dengan pelarut
organik (propilenglikol, sodium benzoate) karena tidak larut dalam air. Diazepam
cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30
menit pada anak-anak).

c. Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda
pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam lebih kuat
dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek
sampingnya sama. Lorazepam diserap baik bila diberikan secara oral dan IM (Intra
Muskular) dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-4 jam dan terus bertahan
efeknya selama 24-48 jam.
d. Oxazepam

Oxazepam merupakan metabolit aktif dari diazepam. Durasi kerjanya lebih


pendek dibanding diazepam karena di sirkulasi akan dikonjugasi dengan asam
glukoronat menjadi metabolit inaktif. Waktu paruhnya 5-15 jam dan tidak
dipengaruhi oleh fungsi hepar atau pemberian simetidin. Absorbsi oral oxazepam
sangat lambat sehingga tidak bermanfaat pada pengobatan insomnia dengan kesulitan
tidur. Namun bermanfaat pada insomnia memiliki periode tidur yang pendek atau
sering terbangun di malam hari.
e. Alprazolam

Alprazolam memiliki efek mengurangi kecemasan pada pasien dengan


kecemasan atau serangan panik. Alprazolam merupakan alternatif untuk premedikasi
pengganti midazolam.

8
2.Barbiturat
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai
hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang
spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman,
pengecualian fenobarbital, yang memiliki antikonvulsi yang masih banyak digunakan.
Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat
depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, koma sampai dengan kematian.
Efek antianseitas barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek
hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik.
Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu.
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus
halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi
dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara
luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan
kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang mudah larut dalam
lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan
ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam
plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya
aprobarbital dan fenobarbital, di metabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum
diekskresi di ginjal. Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat,
penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit parkinson. Barbiturat juga tidak boleh
diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan
di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.

Penggunaan pada anastesi masih banyak obat golongan barbiturat yang digunakan,
umumnya tiopental dan fenobarbital :
a. Tiopental
• Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.
• Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).
• Sedasi pada analgesik regional
• Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus
b. Fenobarbital
• Untuk menghilangkan ansietas
• Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)
• Untuk sedatif dan hipnotik

Efek Samping : Hangover (Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan),
Eksitasi paradoksal (lebih menimbulkan eksitasi dari pada depresi),Nyeri ,Alergi,Interaksi
obat (interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif.
Efek aditif yang jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik
narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat antidepresan golongan trisiklik).

9
3. Non barbiturat – Non benzodiazepin
a. Propofol
b. Ketamin
c. Dextromethorphan

2.2 Histamin dan Antihistamin


Histamin dihasilkan oleh bakteri yang mengkontaminasi ergot(jamur).Histamin juga
ditemuka pada berbagai jaringan tubuh,oleh karena itu histamin memiliki arti yaitu histos
berarti jaringan.Histamin merupakan mediator penting pada reaksi alergi tipe segera
(immediate) dan reaksi inflamasi (kekbalan tubuh melawan penyakit/mikroorganisme).Selain
itu histamin juga memiliki peran penting dalam sekresi lambung dan sebagai
neurontransmiter dan neuronmodulator.
Obat antihistamin berkhasiat untuk mengurangi efek histamin pada peristiwa
hipersensitivitas sehingga gejala alergi muncul lebih ringan. Hipersensitivitas terjadi akibat
reaksi berlebih antara antigen yang masuk dalam tubuh dengan antibody sehingga
merangsang pelepasan histamin dari sel-sel jaringan.
Hampir semua organ dan jaringan memiliki histamin dalam keadaan terikat dan
inaktif, yang terutama terdapat di sel-sel Tertentu. Mast cells‟ atau Mastocyt ini (ing. Mast =
menimbun) menyerupai balon-balon kecil yang penuh dengan gelembung yang di timbun
dengan histamin dan zat-zat mediator lain. Sel-sel ini dapat di temukan tepat di bagian tubuh
yang bersentuhan dengan dunia luar, yakni di kulit, mukosa dari mata, hidung, saluran nafas,
(bronchia, paru-paru) dan usus, juga dalam leukosit basofil darah. Dalam keadaan bebas aktif
juga terdapat dalam darah dan otak, dimana histamin bekerja sebagai neurotransmitter. Di
luar tubuh manusia , histamin terdapat dalam bakteri, tanaman (bayam,tomat) dan makanan
(keju tua).
Histamin dapat dibebaskan dari mast-cells oleh bermacam-macam faktor, misalnya
oleh suatu reaksi alergi (penggabungan antigen-antibody), kecelakaan dengan cedera serius
dan sinar UV dari matahari. Selain itu, dikenal pula zat-zat kimia dengan daya membebaskan
histamin („Histamine liberators‟), Seperti racun ular dan tawon, enzim proteolitis dan obat-
obatan tertentu (morfin dan koderin, tubokurarin, klordiazepoksida).
Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem daya
tangkis. Kerjanya berlangsung melalui dua jenis reseptor, yakni reseptor H1, dan H2.
Reseptor H1 secara selektif di blok oleh antihistaminika (H1-blockers), dan reseptor H2 oleh
penghambat asam lambung (H2-Blockers).
Aktifitas terpenting Histamin adalah :
•Kontraksi otot polos bronchi , usus dan rahim.
•Vasodilatasi semua pembuluh dengan penurunan tekanan darah .
•Memperbesar permiabilitas kapilar untuk cairan dan protein , dengan akibat oedema ,dan
pengembangan mukosa.
•Hipersekresi ingus dan air mata, ludah,dahak dan asam lambung.
•Stimulasi ujung saraf dengan erytema dan gatal-gatal.
10
Dalam keadaan normal keadaan histamin dalam darah hanya rendah, 50 mg/l
sehingga tidak menimbulkan efek baru bila mast-cells di rusak membrannya sebagai akibat
dari salah satu faktor tersebut diatas, maka dibebaskanlah banyak histamin sehingga efek itu
menjadi nyata. Setelah melakukan kegiatannya, kelebihan histamin di uraikan oleh enzim
Histaminase dan juga terdapat dalam jaringan. (Tjay T.H & Raharja K., 2002)
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan). Pada
awalnya, hanya dikenal 1 jenis antihistaminikum tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor
khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2, maka secara farmakologis reseptor
histamin dapat dibagi dalam 2 tipe, yaitu reseptor-H1 dan reseptor-H2.
Berdasarkan penemuan antihistaminika juga dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
antagonis reseptor-H1 (singkatnya disebut H1-blokers atau antihistaminika) dan antagonis
reseptor-H2 (H2-blokers, zat penghambat asam).
1.H1-blokers („antihistaminika‟)
Memblokir reseptor-H1 dengan menyaingi histamin pada reseptornya di otot licin
dinding pembuluh dan dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Khasiat
lainnya menciutkan bronchi, saluran cerna, kandung kemih dan rahim, terhadap ujung saraf
(gatal-gatal, flare reaction) serta terhadap efek histamin pada kapiler. Kebanyakan
antihistaminka termasuk dalam kelompok ini.
2.H2-blokers (penghambat asam).
Obat-obat dari kelompok ini menghambat secara selektif efek histamin terhadap
reseptor-H2 dilambung dengan jalan persaingan. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi
asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan turunya tekanan darah. Sejauh ini khusus
digunakan pada terapi tukak lambung dan usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin,
juga sebagai tambahan pada terapi dengan prednison. Pengahambat asam yang banyak
digunakan adalah simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin dan roxatidin (Roxan, Roxit) (Tjay
T.H & Raharja K., 2002)
Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan
pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi Rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita
bersin. Banyak obat-obat flu yang dapat di beli bebas, mengandung antihistamin, yang dapat
menimbulkan rasa mengantuk. Klien harus menyadari hal ini dan tidak mengendarai mobil
atau menjalankan mesin yang bisa membahayakan jika memakai obat yang mengandung
antihistamin. (Kee & Hayes, 1996)

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk
dan dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Histamin merupakan mediator penting pada reaksi alergi tipe segera (immediate) dan
reaksi inflamasi (kekbalan tubuh melawan penyakit/mikroorganisme).Selain itu histamin juga
memiliki peran penting dalam sekresi lambung dan sebagai neurontransmiter dan
neuronmodulator.
Antihistamin adalah Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin
dalam tubuh melakukan mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H1,H2,H3.Anti
histamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dan
reseptor khas anti histamin sebagai penghambat.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca
untuk mendalami dan memahami tentang penejelasan mengenai Hipnotik dan Sedatif serta
Histamin dan Antihistamin. Akan tetapi banyak sekali kesalahan yang mungkin terdapat
dalam makalah ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT Semata. Oleh karena itu,
kritik dan saran kami terima untuk membenahi dan memperbaiki isi makalah ini. Terima
kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce L. Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta: EGC
Sutedjo, A.Y. 2008. Mengenal Obat-obatan Secara Mudah & Aplikasinya dalam Perawatan.
Yogyakarta: Penerbit Amara Books
Tjay, Tan Hoan. Raharja, Kirana. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

13

Anda mungkin juga menyukai