Oleh :
1. Cikita Adelia (222402002)
2. Safira Oktaviana Chumairoh (222402009)
3. Saskia Veby Ananda (222402016)
4. Alifta Maulina (222402023)
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Sedatif-Hipnotika dan Anti Histamin-
Histamin” tepat pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai jurnal penelitian sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua jurnal penelitian yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.1 Latar belakang...............................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................................5
1.4 Manfaat..........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7
2.1 Definisi hipnotik dan sedatif..........................................................................................7
2.1.2 Klarifikasi hipnotik dan sedatif...................................................................................8
2.2 Histamin dan Antihistamin..........................................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.2 Sedatif-Hipnotika
Sedatif hipnotika adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi
sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang
memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat
memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur.
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, ssperti magadom digunakan
sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis
kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang
memakainya tertidur.
Gejala akibat pemakainnya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu
mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah
kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah,
sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan
kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali
diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, nafas
lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakainnya melebihi dosis tertentu dapat
menimbulkan kematian.
Penggunaan klinis kedua golongan golongan obat-obatan ini telah digunakan
secara luas seperti untuk tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penata
laksanaan kejang, serta insomnia. Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam
tindakan anastesi memerlukan pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan kedua
obat. Hal tersebut yang mendasari penulisan mengenai farmakologi obat-obatan
hipnotik sedatif.
4
Anti histamin merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Anti
histamin dan dan histamin berlomba menempati reseptor yang sama. Blokader
reseptor oleh antagonis H1 menghambat terkaitnya pada reseptor sehingga
menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah. Akhir-akhir ini
dibuktikan bahwa anti histamin H1 bukan hanya sebagai antagonis tetapi juga sebagai
inverse agonist yang mempunyai kapasitas menghambat aktivitas reseptor H1
sedangkan antagonis H1 tidak berpengaruh terhadap aktivitas reseptor H1.
Sewaktu diketahui bahwa histamin mempengaruhi banyak proses fisiologik
dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat dapat menghantar antagonis efek
histamin. Epinefrin merupakan antagonis fisiologik pertama yang digunakan.
Antara tahun 1937-1971, beratus-ratus anti histamin ditemukan dan sebagian
digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin misalnya
antergan, neoantergan, difenhidramin, dan tripelenamin dalam dosis terapi efektif
untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus tetapi tidak dapat melawan efek
hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut dapat di golongkan
dalam anti histamin penghambat reseptor H1 (AH1).
Sesudah tahun 1972 ditemukan kelompok anti histamin baru yaitu burimamit,
metiamit, dan simetidin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat
histamin.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Farmakologi di Stikes Pemkab Jombang. Selain itu, tujuan
penulisan tinjauan pustaka ini juga untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi
orang lain yang membacanya terutama mengenai farmakologi obat-obatan hipnotik
sedatif.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang obat anti histamin.
2. Tujuan khusus
Mengetahui pengertian anti histamin
Mengetahui macam obat anti histamin
Mengetahui cara kerja anti histamin
Mengetahui indikasi dan kontra indikasi anti histamin
Mengetahui dosis pemberian anti histamin
Mengetahui efek samping anti histamin
Mengetahui obat anti histamin yang aman digunakan untuk anak, ibu hamil,
dan menyusui.
5
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi mengenai obat anti
histamin, untuk mengetahui bagaimana pengertian, macam obat, cara kerja, indikasi dan
kontra indikasi, dosis pemberian, efek samping dari obat anti histamin, dan obat histamin
yang aman digunakan untuk anak, ibu hamil, dan menyusui.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Contoh Preparat Benzodiazepin :
a. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin
imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah
menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat.
Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam.
Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek sedasi sehingga pasien dapat
terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama
beberapa jam.Midazolam diserap cepat oleh saluran cerna dan sawar darah
otak.Midazolm direaksi cepat oleh hepar dan usus halus.
b. Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki durasi
kerja yang lebih panjang di banding midazolam. Diazepam dilarutk an dengan pelarut
organik (propilenglikol, sodium benzoate) karena tidak larut dalam air. Diazepam
cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30
menit pada anak-anak).
c. Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda
pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam lebih kuat
dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek
sampingnya sama. Lorazepam diserap baik bila diberikan secara oral dan IM (Intra
Muskular) dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-4 jam dan terus bertahan
efeknya selama 24-48 jam.
d. Oxazepam
8
2.Barbiturat
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai
hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang
spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman,
pengecualian fenobarbital, yang memiliki antikonvulsi yang masih banyak digunakan.
Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat
depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, koma sampai dengan kematian.
Efek antianseitas barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek
hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik.
Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu.
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus
halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi
dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara
luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan
kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang mudah larut dalam
lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan
ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam
plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya
aprobarbital dan fenobarbital, di metabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum
diekskresi di ginjal. Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat,
penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit parkinson. Barbiturat juga tidak boleh
diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan
di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.
Penggunaan pada anastesi masih banyak obat golongan barbiturat yang digunakan,
umumnya tiopental dan fenobarbital :
a. Tiopental
• Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.
• Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).
• Sedasi pada analgesik regional
• Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus
b. Fenobarbital
• Untuk menghilangkan ansietas
• Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)
• Untuk sedatif dan hipnotik
Efek Samping : Hangover (Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan),
Eksitasi paradoksal (lebih menimbulkan eksitasi dari pada depresi),Nyeri ,Alergi,Interaksi
obat (interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif.
Efek aditif yang jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik
narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat antidepresan golongan trisiklik).
9
3. Non barbiturat – Non benzodiazepin
a. Propofol
b. Ketamin
c. Dextromethorphan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk
dan dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Histamin merupakan mediator penting pada reaksi alergi tipe segera (immediate) dan
reaksi inflamasi (kekbalan tubuh melawan penyakit/mikroorganisme).Selain itu histamin juga
memiliki peran penting dalam sekresi lambung dan sebagai neurontransmiter dan
neuronmodulator.
Antihistamin adalah Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin
dalam tubuh melakukan mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H1,H2,H3.Anti
histamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dan
reseptor khas anti histamin sebagai penghambat.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca
untuk mendalami dan memahami tentang penejelasan mengenai Hipnotik dan Sedatif serta
Histamin dan Antihistamin. Akan tetapi banyak sekali kesalahan yang mungkin terdapat
dalam makalah ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT Semata. Oleh karena itu,
kritik dan saran kami terima untuk membenahi dan memperbaiki isi makalah ini. Terima
kasih.
12
DAFTAR PUSTAKA
13