Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TUGAS DAN WEWENANG DPA

“DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG”

DISUSUN OLEH :

ELSA VENA NAVARA (222402012)

ELSA AGUSTINA (222402013)

EMILIA SARI (222402014)

HANNA CAHYA CYNTIA (222402015)

SASKIA VEBY ANANDA (222402016)

PUTRI DEWANTI (222402017)

ALVINA DWI ZHAFIRAH (222402019)

FAIZ ARINAL HAQ (222402020)

MARIYA YUNITA (222402021)

SYEILA AMI FATHIHAH (222402022)

ALIFTA MAULINA (222402023)

TRIANUR ASIYAH (222402024)

STIKES PEMKAB JOMBANG

TAHUN 2022 / 2023


TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG (DPA)

 DPA singkatan dari Dewan Pertimbangan Agung memiliki julukan sebagai


“Council of State” atau sering disebut sebagai Dewan Penasihat Pemerintah. Pada
mulanya, DPA resmi dibentuk pada tanggal 25 September 1945 sesuai dengan
pengumuman dari pemerintah atau dulu dikenal sebagai Berita RI no 4.
Pembentukan tersebut sudah tertuang dalam pasal 16 ayat 2 UUD 1945 sebelum
amandemen. Ayat 2 pada pasal tersebut menyatakan bahwa DPA wajib
memberikan jawaban atas pertanyaan dari presiden dan berhak mengusulkan
sesuatu. Dewan Pertimbangan Agung adalah lembaga tinggi negara Indonesia
menurut UUD 45 sebelum diamendemen yang fungsinya memberi masukan atau
pertimbangan kepada presiden.

 Tugas dan Wewenang DPA pada masa sebelum perubahan UUD 1945 yaitu:

1) Menjawab pertanyaan presiden


Dalam hal ini, DPA memiliki tugas dan wewenang untuk menjawab
pertanyaan presiden terkait pembangunan dan sektor lain.Pertanyaan
yang diajukan oleh Presiden biasanya dalam lingkup yang luas dan
DPA harus bisa menjawab pertanyaan tersebut.
2) Memberi masukan
DPA memberikan masukan, baik secara lisan maupun tulisan agar
pembangunan dan pemerintahan menjadi lebih baik dan berkembang.
Masukan dari DPA cukup penting sehingga pemerintah segera
mengambil keputusan terbaik dalam melaksanakan visi dan misinya.
3) Memberi pertimbangan
DPA memberikan pertimbangan kepada Presiden atas keputusan
yang telah diambil oleh Presiden, baik secara lisan atau tulisan.
Pertimbangan tersebut biasanya berisi mengenai dampak positif dan
negatif dari suatu keputusan yang diambil.

 Pembubaran DPA
Pada masa itu, DPA hanya beranggotakan 11 orang saja. Pada awal-awal setelah
dibentuknya DPA, mereka tidak mengerjakan banyak tugas. Namun, seiring
berjalannya waktu dan adanya perubahan sistem pemerintahan Indonesia yang pada
saat itu berubah menjadi parlementer, DPA menjadi semakin tidak jelas tugas dan
wewenangnya. Pada tahun 1949, dimana pada saat itu DPA menjadi salah satu
lembaga konstitusi yang terpuruk.
Seiring bergantinya periode, DPA menjadi semakin tidak jelas keberadaannya
mengingat tugas dan wewenangnya tidaklah besar dalam pemerintahan. Dalam
kondisi seperti ini, Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959 tentang lembaga DPA yang bersifat sementera yang
diketuai langsung oleh Ir. Soekarno. Hingga pada tahun 1967, DPA definitif
muncul kembali setelah disahkan langsung oleh Presiden Soekarno.
Setelah mengalami perubahan amandemen, DPA kemudian dihapus sesuai
dengan Keputusan Presiden nomor 135/M/2003 pada tanggal 31 Juli 2003. Hal ini
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lembaga tersebut
tidak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan pemerintahan sehingga sangat tidak
efisien dan arah tujuannya menjadi semakin tidak jelas seiring dengan terbentuknya
lembaga-lembaga lain yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai