A. Latar belakang
Sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara pada Republik Indonesia
dimulai pada tahun 1945. Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik Indonesia
sebagai suatu kumpulan besar manusia, yang sehat jiwanya dan berkobar-kobar
hatinya, menimbulkan suatu kesadaran batin yang dinamakan bangsa.1
Persatuan Indonesia merupakan ide besar yang merupakan cita-cita
hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia 2. Persatuan Indonesia telah menjiwai
proses penetapan bentuk negara. Bentuk negara yang telah dipilih harus
memungkinkan terwujud dan terjaminnya Persatuan Indonesia.3
Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan
untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD
1945 yang merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945
berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada 4. Walaupun secara jelas pada masa
itu belum ada lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUD. Akan tetapi hal ini
dapat diatasi dengan adanya Aturan Tambahan dan Aturan Peralihan dalam UUD
1945.5
Setelah UUD 1945 berlangsung selama 4 tahun diganti dengan Konstitusi
RIS pada tahun 1949, kemudian diganti lagi dengan UUDS 1950. Pada masa
UUDS 1950 terselenggara pemilihan umum pada tahun 1955 untuk memenuhi
amanat masyarakat dalam Undang-Undang Dasar. Hasil pemilihan umum tersebut
melahirkan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai suatu lembaga perwakilan rakyat,
dan terbentuk Konstituante yang bertugas membuat UUD. Setelah bersidang
selama beberapa tahun Konstituante dibubarkan oleh Presiden Sukarno secara
sepihak. Setelah itu dimulailah periode kembali ke UUD 1945 ditandai dengan
1
Ernest Renan, Apakah Bangsa Itu?, Alumni, Bandung, 1994, h. 58
2
ASS Tambunan, MPR Perkembangan Dan Pertumbuhannya Suatu Pengamatan Dan Analisis,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991, h.19
3
Satya Arinanto, Hukum Dan Demokrasi, Ind Hill-Co, Jakarta, 1991, h.59
4
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, CV Armico, Bandung, 1987, h. 36
5
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta, 1984, h. 17
1
Dekrit Presiden tahun 1959.
Setelah tahun 1998 maka dimulai zaman reformasi dan zaman ini
diakibatkan oleh berbagai krisis yaitu:
1. Krisis ekonomi.6
2. Krisis Politik ditandai dengan adanya krisis kepemimpinan.
3. Krisis Konstitusi ditandai dengan otoriternya kepemimpinan nasional atas
dasar konstitusi (executive heavy).
Krisis-krisis tersebut melahirkan gerakan reformasi yang menginginkan
suatu perubahan di Indonesia. Suatu jaman perubahan yang dinamakan reformasi,
menandai berakhirnya orde baru, dengan digantikan oleh orde reformasi atau
zaman reformasi7. Pada saat itu terjadi perubahan Konstitusi yang sangat
dinantikan oleh masyarakat Indonesia.
Berkembanglah setelah itu wacana mengenai masyarakat madani atau
dikenal sebagi civil society. Menurut Alexis de Tocqueville memandang civil
society sebagai wilayah otonom dan memiliki dimensi politik dalam dirinya
sendiri yang dipergunakan untuk menahan intervensi negara. 8
Menurut Al Mawardi ada beberapa syarat untuk mencapai keseimbangan
dalam segi politik negara yang ideal menurut Islam:9
a. Agama yang dihayati.
b. Penguasa yang berwibawa.
c. Keadilan yang menyeluruh.
d. Sistem Pemerintahan.
e. Imamah (kepemimpinan).
f. Cara pemilihan atau seleksi imam.
Dan banyak kriteria lain untuk format masyarakat madani, seperti adanya
lembaga perwakilan. Demokratisasi, supremasi hukum, pengadilan yang bersih
juga merupakan kriteria masyarakat madani.
6
Indonesia mengalami masa-masa sulit dimulai pada tahun 1997 pada saat turunnya harga mata
uang rupiah, hal ini tercermin dalam pemberitaan media massa pada tahun 1997 dan 1998
7
Sekretariat Jendral MPR RI, Proses Reformasi Konstitusional : Sidang Istimewa MPR 1998,
Sekretariat Jendral, Cetakan 2, Jakarta, 2001, h.13-23
8
Hikam, AS, Demokrasi dan Civil Society, LP3S, Jakarta, 1999, h.226
9
Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara, UI Press, Jakarta, 1993, h. 63
2
Setelah tahun 1998 dimulai tuntutan-tuntutan akan perubahan mendasar di
Republik Indonesia. Yang terpenting adalah dua tuntutan masyarakat pada saat itu
adalah Supremasi Hukum dan Amandemen atau Perubahan Undang-Undang
Dasar 1945.
Untuk kata Amandemen atau Perubahan maka yang dipakai dalam karya
ilmiah ini adalah Perubahan Undang-Undang Dasar karena dalam bahasa Inggris,
to amend the Constitution artinya mengubah Undang Undang Dasar dan
Constitutional Amandement artinya perubahan Undang-Undang Dasar
mempunyai makna yang berbeda. Dengan demikian kata mengubah dan
perubahan yang berasal dari kata dasar “ubah” sama dengan to amend atau
amandement, dan pemakaian kata yang lebih tepat adalah amandement. Lebih
lanjut kata “amandement” itu diserap atau diIndonesiakan menjadi
“amandemen”, dan kata mengubah berarti menjadikan lain atau menjadi lain dari,
sedangkan kata perubahan berarti berubahnya sesuatu (dari asalnya). Dengan
demikian apabila kita menyebut kata perubahan berarti sama dengan
“amandemen”, tetapi dalam Bahasa Indonesia resmi yang dipergunakan adalah
kata “perubahan”.10 Dalam penulisan akan dipakai kata Perubahan Undang-
Undang Dasar.
Pada tahun 1999 terjadi Perubahan I UUD 1945 yang mengatur beberapa
hal penting seperti pembatasan jabatan presiden. Pada tahun 2000 terjadi
Perubahan II UUD 1945 yang mengatur HAM dll. Pada Perubahan I dan II
terjadi beberapa perubahan yang mendasar dalam UUD 1945. Pada Perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 sampai tahun 2000 terdapat beberapa reduksi
kekuasaan lembaga eksekutif seperti dalam pembatasan kekuasaan Presiden.
Dalam banyak hal, Presiden tidak lagi memegang kekuasaan legislatif. Dan
Presiden harus memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat ataupun
Mahkamah Agung jika berkaitan dengan hukum11. Sampai dengan Perubahan II
belum ada kritik yang tajam terhadap Perubahan yang terjadi terhadap Undang-
10
Sri Soemantri, Prosedur Dan Sistem Perubahan Konstitusi, Cet.4, Alumni, Bandung, 1987,
h.133-134.
11
Didit Hariadi Estiko, Amandemen UUD 1945 Dan Implikasinya Terhadap Pembangunan Sistem
Hukum, Tim Hukum Pusat Pengkajian Dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral, Jakarta, 2001,
h.33
3
Undang Dasar 1945 dari mayoritas Ahli Hukum Tata Negara dan Para Politisi
Partai Politik.
Akan tetapi setelah Perubahan III maka terjadi perubahan mendasar
terhadap UUD 1945. Secara garis besar dapat disimpulkan Perubahan III
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi:
1. Akan adanya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Langsung. Hal ini
berakibat besar terhadap tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Adanya Penghapusan Utusan Golongan dalam MPR dan dilembagakannnya
Utusan Daerah menjadi Dewan Perwakilan Daerah sehingga komposisi MPR
berubah secara total.
Setelah Perubahan III Undang-Undang Dasar 1945 berlaku maka banyak
kekurangan-kekurangan yang ada dalam Undang-Undang Dasar. Proses
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi salah satu sebab banyaknya
kekurangan yang terjadi. Karena ada beberapa hal yang belum diatur dengan jelas,
sehingga menimbulkan masalah secara tekhnis hukum. Hal ini dikritisi sebagian
besar oleh praktisi hukum terutama Hukum Tata Negara.
Ketika sedang memasuki Proses Perubahan IV perubahan yang kurang
dicoba diperbaiki. Perubahan IV menjadi suatu keharusan yang mau tidak mau
harus ada. Karena dengan adanya Pemilihan Presiden Langsung, maka Presiden
langsung bertanggung jawab kepada pemilihnya. Dan tidak ada lagi tugas
membuat GBHN yang dilakukan oleh MPR.
Perubahan III dan IV UUD 1945 telah mengubah status dan peran MPR.
Majelis Permusyawaratan Rakyat berubah dari lembaga pemegang kedaulatan
rakyat yang disebutkan secara eksplist dalam UUD 1945 menjadi lembaga negara.
Setelah adanya Perubahan UUD 1945 maka berakhirlah kekuasaan Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga pemegang kedaulatan rakyat. Dan
berakhir juga kedudukannya sebagai lembaga tertinggi negara dalam struktur
kelembagaan Negara di Indonesia.
Hukum Tata Negara Indonesia menghadapi suatu masa perubahan besar
dalam tugas dan wewenang lembaga Negara. Sangat penting untuk diselidiki
bagaimanakah nantinya lembaga Negara melakukan tugas dan wewenangnya dan
4
menjalankannya. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai tugas dan
wewenang lembaga negara Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pembahasan lebih
dikhususkan setelah Perubahan UUD 1945 dan undang-undang mengenai susunan
dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Dan mendudukkan lembaga ini kembali
didalam struktur ketatanegaraan Indonesia, setelah Perubahan UUD 1945 dalam
peraturan-peraturan tentang struktur umum negara12.
Sebelum Perubahan UUD 1945 kedudukan MPR adalah sebagai lembaga
pemegang kedaulatan Rakyat. Dalam kekuasaan Majelis Permusywaratan Rakyat
ini seluruh aturan ketatanegaraan dirancang dan diawasi. Dalam menjalankan
kekuasaan ini Majelis Permusyawaratan Rakyat bertindak seakan tidak pernah
salah. Karena terkait dengan sistem ketatanegaraan, perekrutan anggota dan
sistem pengambilan keputusan MPR (hal ini lebih dikhususkan pada masa orde
baru).
Dalam karya tulis ini Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia akan dibahas dalam sudut pandang tugas dan wewenang MPR. Dan
akibat perubahan dari tugas dan wewenang tersebut sehingga dapat menjadi suatu
pembahasan yang komprehensif mengenai lembaga negara ini.
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan atas latar belakang yang telah dipaparkan, adapun perumusan
yang diangkat dalam proposal ini adalah:
1. Bagaimana konsep lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat setelah
adanya UUD 1945 di amandemen ?
2. Bagaimana Tugas dan Wewenang MPR setelah Amandemen UUD 1945 dan
perbandingannya sebelum amandemen?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
12
Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan Dan Peradilan
Administrasi, Bandung: Alumni, 1981, h. 17
5
1. Untuk memenuhi kewajiban penulis dalam rangka menyelesaikan tugas Metode
Penelitian Hukum di Program pasca sarjana uir Fakultas Hukum Universitas
Islam Riau.
2. Mengetahui tugas dan wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945.
3,. Mendapatkan pemahaman mengenai akibat pengurangan tugas dan wewenang
MPR dan bagaimana konsep lembaga MPR sebelum dan setelah adanya
perubahan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis dapat diharapkan menjadi tambahan ilmu pengetahuan
dibidang hukum ketatanegaraan khususnya tentang penyelenggaraan
pemerintahan oleh kepala desa di desa Pasar Baru Kecamatan Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi.
2. Selanjutnya bagi almamater tempat dimana penulis menimba ilmu,
penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran, terutama bagi
rekan-rekan mahasiswa serta bagi calon peneliti lain yang bermaksud akan
melakukan penelitian.
3. Harapan lain adalah memberikan gambaran yang lebih rinci tentang tugas
kepala desa di desa berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
D. Kerangka Teori
1. Tugas MPR Sebelum Perubahan UUD 1945
ada didalam pasal 3 dan pasal 6 UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan MPR No.
6
3. memilih (dan mengangkat) presiden dan wakil
Presiden.13
mengatakan:
Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, PT. Citra Aditya Bakti,
13
Bandung h.84
7
dikatakan pula, inilah revolutie-grondwet.
Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang
lebih sempurna dan lengkap. Harap diingat
benar-benar oleh tuan-tuan, agar supaya kita
ini hari bisa selesai dengan Undang-Undang
Dasar ini. “14
Presiden/Mandataris.
14
Harun Al Rasyid, Naskah UUD 1945 Sesudah Tiga Kali Diubah Oleh MPR, h. 55
15
Sri Soemantri, Op.Cit, h. 95
8
4. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/
pertanggungjawaban tersebut.
Dasar.
16
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
9
Inggris disebut Power merupakan Great Authority,17
10
berubahnya konsep lembaga Majelis Permusyawaratan
adalah
11
mengenai kewajiban ini sehingga tidak menimbulkan
Presiden terpilih.
12
Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003, jika telah
sendirinya.
1945).
20
WJS. Poerwadrminta, Op.Cit, h.1094
13
Presiden sebagaimana mestinya. ( Pasal 8 ayat 3
Perubahan Keempat).21
21
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD
Tahun 1945, disampaikan dalam Simposium Nasional yang diadakan oleh BPHN dan DEPKEH
HAM , Bali, Juli 2003, h.9
22
Ibid, h. 1150
14
Ad.3. Kewenangan ini dilakukan jika telah
Penjelasan di depan PAH II MPR, mengenai Peninjauan Kembali Status Hukum Ketetapan
23
15
lebih tinggi yaitu Undang-Undang Dasar. Hal ini berarti
yang lain.
DPRD.
24
www.cetro.or.id, diakses pada tanggal 7 Agustus 2003.
25
Penulis menulis karya ini dari bulan November 2002, dan selama itu undang-undang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD masih dalam proses RUU, dan baru disahkan pada
bulan Juli 2003, sampai saat ini penulis tidak dapat mengetahui nomor undang-undang tersebut.
26
Indonesia, undang-undang tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
16
jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan
penjelasan di dalam Sidang Paripurna MPR;
d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden
apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dalam masa jabatannya;
e. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila
keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang paket
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga
puluh hari;
g. menetapkan Peraturan Tata Tertib dan kode
etik MPR.
MPR.
17
3.2.3.1. Tugas MPR Setelah Undang-Undang Tentang
Paripurna MPR.
tugas.
18
diputuskan dalam Sidang MPR, maka Majelis
19
ini diatur untuk menghadapi beberapa keadaan yang tidak
diinginkan.
pemilih.
20
Sudah merupakan hal yang wajar jika organisasi
atau wewenang.
21
Dengan adanya UU No 31 tahun 2002 tentang Partai
27
http://www.dpr.go.id/humas/uuparpol.htm, akses tanggal 6 Agustus 2003
28
http://www.dpr.go.id/humas/uupemilu.htm, akses tanggal 6 Agustus 2003
29
Jimly Asshiddiqie, Op.cit. h.9
30
Doto Mulyono, Kekuasaan MPR Tidak Mutlak, Erlangga, Jakarta, 1985, h.35
22
disetujui sama dengan setelah Perubahan UUD 1945. Akan
kedaulatan rakyat.
31
Jimly Asshiddiqie, Ibid. h.9
23
5. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif
dalam Negara.
Konstitusi.
yudikatif.
24
5. BPK sebagai badan pemeriksa keuangan dan pengawas
negara.
Dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Bab VIIA pasal 22C dan pasal 22D diatur tentang
32
Dewan Perwakilan Daerah akan tetatpi pasal 2 UUD 1945 pada Perubahan Ketiga belum berubah
masih tetap (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat, Utusan
Golongan dan Utusan Daerah.
25
menimbulkan kekurangan dari UUD 1945. Dan hal ini
Pembatasan dari beberapa istilah yang penulis gunkan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikutL:
1. Undang Undang Dasar atau Konstitusi adalah aturan –aturan daasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea pertama Penjelasan Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Undang undang Dasar suatu negara hanya
sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang Undang Dasar ialah hukum dasar
yang tertulis sedang disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga
hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggraan negara,
meskipun tidak tertulis”.33
2. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) adalah lembaga Permusyawaratan
Rakyat yang ada menurut UUD 1945. Yang anggotanya dipilih dalam Pemilihan
Umum secara langsung dan lembaga ini terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Perwakilan Daerah.
33
Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945,
26
3. Tugas adalah kewajiban atau sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan
untuk dilakukan.34
4. Wewenang atau wenang adalah hak dan kekuasaan (untuk melakukan sesuatu)35
5. Fungsi adalah jabatan(yang dilakukan) pekerjaan yang dilakukan.36
6. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga perwakilan rakyat yang
berfungsi sebagai lembaga legislasi juga lembaga yang menjalankan fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan37. Anggota Dewan Perwakilan rakyat dipilih
melalui Pemilihan Umum.38
7. DPD (Dewan Perwakilan Daerah) adalah lembaga perwakilan daerah yang
berfungsi sebagai lembaga perwakilan dan legislatif dari daerah propinsi di
Republik Indonesia. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui Pemilihan Umum.39
5. Metode Penelitian
Metode penulsian yang penulis gunakan dalam skripsi berjudul ”TUGAS
DAN WEWENANG MPR SETELAH PERUBAHAN UUD 1945” ini adalah
berupa penelitian kepustakaan.40
Adapun bahan-bahan pustaka yang penulis pergunakan meliputi:
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai
kekuatan mengikat antara lain: Undang Undang Dasar 1945, Konstitusi
Republik Indonesia Serikat, Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan –bahan hukum yang menjelaskan
bahan hukum primer seperti buku-buku, artikel majalah dan koran,
34
WJS. Poerwadrminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta 1976 h.1094
35
Ibid, h. 1150
36
Ibid, h. 283
37
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI, Jakarta, pasal 20A, h.27
38
Ibid, h.25
39
Ibid, h.31
40
Penelitian kepustakaan atau disebut juga penelitian hokum normatif adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Lihat Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif ( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995)
hal 13, 14.
27
maupun makalah-makalah yang berhubungan dengan topik penulisan
ini.
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, dan kamus bahasa.
6.Sistematika Penulisan
BAB III adalah analisa yang akan menjelaskan bagaimana konsep lembaga
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang ada di Indonesia. Dan bagaimana konsep
lembaga ini sebelum dan sesudah Perubahan UUD 1945 sehingga dapat
diperbandingkan dengan jelas dalam mana tugas dan wewenang yang dikurangi
atau ditambah setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dianalisa juga dari sudut tugas dan
wewenang sebagai lembaga negara. Dan penjelasan bagaimana tugas dan
wewenang tersebut dijalankan dalam praktek ketatanegaraan, juga bagaimana
28
akibat dari tugas dan wewenang tersebut dalam mempengaruhi sistem lembaga
perwakilan di Negara Republik Indonesia. Dan menjelaskan struktur yang terjadi
akibat tugas dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Dasar.
BAB V Menerangkan tawaran solusi dari skripsi dengan menjelaskan tugas dan
wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945. Dan bagaimana pengaturan
yang baik dari tugas dan wewenang MPR ditinjau dari kedudukan lembaga MPR
setelah Amandemen UUD 1945.
29