Anda di halaman 1dari 16

UUD 1945

Sejarah UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945
adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28
Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila.

 Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk
merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat
"dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi
naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah
Jawa saja. Di Sumatra ada BPUPKI untuk Sumatra. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena MPR dan DPR belum
terbentuk. Tanggal 14 November 1945, dibentuk Kabinet Semi-Presidensial ("Semi-Parlementer") yang pertama,
sehingga peristiwa ini merupakan perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk
negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara
bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Ini merupakan perubahan dari UUD
1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan.

Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Pada periode UUDS 1950 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal.
Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing
partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem
Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS
1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Beberapa aturan pokok itu mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, pembagian kekuasaan, dan sistem
pemerintahan Indonesia

Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 di mana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik
sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekret
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:

 Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri
Negara
 MPRS menetapkan Soekarnosebagai presiden seumur hidup
Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara
murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan
UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR
berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai
dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amendemen) terhadap UUD 1945. Latar
belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di
tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan
rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amendemen) yang ditetapkan dalam Sidang
Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober1999 → Perubahan Pertama UUD 1945


 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus2000 → Perubahan Kedua UUD 1945
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Pengertian dan definisi Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945 di negara Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan, atau yang sering
disebut amandemen. Sebenarnya apakah yang dimaksud amandemen itu? Secara bahasa, amandemen berasal dari
Bahasa Inggris, to amend atau to make better. Amandemen adalah penambahan atau perubahan, ada beberapa
pengertian tentang perubahan ini, diantaranya: penggantian naskah yang satu dengan naskah yang sama sekali
berbeda, perubahan dalam arti dalam naskah UUD dengan menambahkan, mengurangi, atau merevisi sesuatu
rumusan dalam naskah UUD itu menurut tradisi negara-negara Eropa Kontinental, perubahan dengan cara
melampirkan naskah perubahan itu pada naskah UUD yang sudah ada, dan inilah yang biasa disebut dengan istilah
amandemen menurut tradisi Amerika Serikat.

Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian dasar negara, baik itu Pancasila, bentuk negara kesatuan,
maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Tetapi hanya menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan,
dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang
mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.
Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, adalah : untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai
tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar
mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat, memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi, menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar
sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum,
menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui pembagian
kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-
lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman. Atau
secara umum, tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara


2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan modern
5. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
6. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara

Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 ayat 1, undang-undang dasar suatu negara ialah
hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Dimaksud hanya sebagian adalah karena selain UUD (hukum
tertulis) juga berlaku hukum tidak tertulis. Sebagai konstitusi negara Indonesia UUD 1945 berada di posisi tertinggi
dalam tata urutan perundang-undangan. Semua hukum yang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari
dari UUD 1945. Akan tetapi biar bagaimanapun UUD 1945 adalah hukum yang di ciptakan manusia dan tidak dapat
dikatakan sempurna. Setidaknya telah ada 4 sejarah amandemen UUD 1945.

Sebelum membahas sejarah amandemen UUD 1945 mungkin ada baiknya kita sedikit mengulang bahasan
sebelumnya tentang perbandingan undang-undang dasar sebelum dan sesudah amandemen. Di sana saya sempat
menjelaskan 3 macam UUD yang telah digunakan di Indonesia. Yang dimaksud ketiganya adalah UUD 1945, UUD
RIS 1949, dan UUDS 1950.

Beruntung saat ini kita tetap menggunakan produk pendiri bangsa kita sebagai konstitusi negara, UUD 1945. Namun
dalam perjalanannya bangsa Indonesia semakin berkembang dan memiliki kebutuhan yang lebih beragam lagi. UUD
1945 yang diposisikan sebagai dasar negara ternyata memiliki beberapa kelemahan. Wajar saja karena dalam
prosesnya penyusunan UUD 1945 ini dilakukan dalam situasi kondisi genting, sama halnya seperti proses
perumusan pancasila.

Dalam sejarah amandemen UUD 1945 terhitung sudah 4 kali UUD 1945 mengalami amandemen (Amendment,
Perubahan, tetapi bukan dalam pengertian Pergantian). Setelah 4 kali diamandemen  sebanyak 25 butir tidak
dirubah, 46 butir dirubah atau ditambah dengan ketentuan lainnya. Secara keseluruhan saat ini berjumlah 199 butir
ketentuan, 174 ketentuan baru. Mengapa harus diamandemen? Berikut ini beberapa alasan mengapa perlu
dilakukan amandemen.

Alasan dilakukan amandemen

1. Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.


2. Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif dan kekuasaan
legislatif)
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

Berikut ini sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia.

Amandemen I

Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 atas dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999.
Amandemen yang dilakukan terdiri dari 9 pasal, yakni:
Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21.
Inti dari amandemen pertama ini adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive
heavy).

Amandemen II
Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan disahkan melalui sidang umum MPR 7-8
Agustus 2000. Amandemen dilakukan pada 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada
amandemen kedua.

Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal 26, pasal 27,
pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J,
pasal 30, pasal 36B, pasal 36C.

Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps. 36A ;

Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang
Negara dan Lagu Kebangsaan.

Amandemen III
Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan disahkan melalui ST MPR 1-9 November 2001.
Perubahan yang terjadi dalam amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini detil dari amandemen
ketiga.

Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal 7C, pasal 8, pasal 11, pasal 17,
pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal
24A, pasal24B, pasal24C.

Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA.

Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan
MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.

Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11
Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal.

Pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34,
pasal 37.

BAB XIII, Bab XIV.

Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian,
mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan
UUD.

Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah menyempurnakan aturan-
aturan mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Sejarah amandemen UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas
sistem pemerintahan presidensil.

Berikut di bawah ini adalah UUD 1945 dalam satu naskah dengan penandaaan, yaitu:

*) : Perubahan Pertama
**) : Perubahan Kedua
***) : Perubahan Ketiga
****) : Perubahan Keempat

Pancasila
Pengertian Pancasila

Secara etimologi kata pancasila berasal dari sebuah bahasa sanskerta India, pada kasta Brahmana. Yang dimana
arti kata panca adalah lima, dan arti kata sila artinya dasar. Sehingga pengertian kata pancasila secara harfiah
adalah lima dasar, yang kemudian dibuatlah masing-masing lambang dari pancasila tersebut yang jumlahnya 5. Isi
dari pancasila ini juga berjumlah 5 sesuai arti kata pancasila.

Berikut ini adalah bunyi atau isi dari pancasila, diantaranya sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila dari 3 Tokoh Nasional

1. MENURUT IR. SOEKARNO

Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.

Rumusan Pancasila 

1. Kebangsaan Indonesia(nasionalisme)
2. Internasionalisme(peri-kemanusiaan)
3. Mufakat(demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Rumusan Trisila 

1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokratis
3. ke-Tuhanan

Rumusan Ekasila 

1. Gotong-Royong

2. MENURUT soepomo

Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo pun menyampaikan rumusan dasar negaranya, namun rumusan ini tidak
disertai penyebutan nama dasar negara, yaitu:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

3. MENURUT MUHAMMAD YAMIN

Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI
diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik
Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.
Rumusan Pidato

Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon dasar
negara yaitu.

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan

Selain usulan lisan, Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara. Usulan
tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya
dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dimensi pancasila

 Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercamtum di ideologi tersebut mencerminkan kenyataan
hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi itu ada untuk pertama kalinya.
 Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut bisa memberikan
harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat mengenai masa depan yang lebih baik.
 Dimensi Fleksibilitas adalah suatu kemampuan ideologi untuk mempengaruhi dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan masyarakat.

Nilai-nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila adalah nilai yang terbagi dalam nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Pancasila merupakan sumber dari nilai yang mengharuskan UUD memuat isi yang mewajibkan pemerintah
sebagai penyelenggara Negara untuk menjaga budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral
rakyat yang luhur. Nilai-nilai Pancasila terbagi menjadi dua, yaitu bersifat objektif dan subjektif.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif

1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang ter-dalam.
2. Dalam pembukaan UUD 1945, disanalah Pancasila tersimpan sebagai pokok kaidah negara yang
mendasar.
3. Nilai-nilai Pancasila yang sebagai inti akan selalu berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif

1. Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia.


2. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya memuat nilai- nilai kerohanian.
3. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
4. Nilai-nilai Pancasila yang ada didalamnya adalah nilai yang tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa
Indonesia

MACAM-MACAM NILAI MENURUT Prof. Notonegoro   

Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
 Nilai materialadalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi
manusia.
 Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas.
 Nilai kerohanianadalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi :

1. nilai kebenaranyang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;


2. nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3. nilai kebaikanatau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
4. nilai religius(agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia.

Pancasila sebagai ideologi terbuka dan tertutup

Ideologi Terbuka
Pengertian: Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Dapat diartikan juga bahwa nilai-nilai dan cita-
citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman
dan adanya dinamika secara internal.

Ciri-ciri ideologi terbuka, adalah:

 merupakan kekayaan rohani, dan budaya masyarakat (falasafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis
sekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat;
 tidak diciptakan oleh Negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri; ia adalah milik seluruh rakyat, dan
bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;
 isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali
falasafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
 menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggungjawab sesuai dengan falsafah itu.
 menghargai pluraritas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar
belakang budaya dan agama.

Ideologi Tertutup
Pengertian: Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain bahwa Ideologi tertutup
merupakan ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan
sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai
sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.

Ciri-ciri ideologi tertutup, adalah:

 bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang
digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat;
 apabila kelompok tersebut berhasil menguasai Negara, ideologinya itu akan dipaksakan pada masyarakat.
Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi
tersebut;
 bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini
cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan; sebab, kedua bidang
tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku masyarakat;
 pluralisme pandagan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;
 menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
 isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutab-tuntutan konkret dan operasional yang keras,
mutlak, dan total

BUTIR BUTIR PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


1.1 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Memeluk
satu agama dan menjalani kehidupan sesuai dengan norma norma agama tanpa memandang rendah pemeluk
agama lain.

1.2 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Contoh nya Tidak melakukan
penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah rumah ibadah atau bentuk pelecehan lainnya
karena hal itu tidak menunjukan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

1.3 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menghormati dan menghargai setiap pemeluk
agama, agar tercipta kerukunan hidup antar umat beragama, contohnya sebagai umat non Muslim ketika tiba
waktunya bagi yang beragama Muslim untuk berpuasa, kita harus menghormatinya dengan tidak makan di tempat
terbuka.

1.4 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Walaupun berbeda beda agama tapi karena kita sebagai Bangsa Indonesia percaya akan Tuhan yang Esa maka kita
harus hidup dengan rukun dengan semua pemeluk agama, contohnya ketika umta Kristiani sedang mengadakan
acara acara besar keagamaan nya, seperti Natal dan Paskah, kita sebagai umat non Kristiani bisa turut serta dalam
membantu terlaksananya sacara keagamaan tersebut, seperti turut serta membantu keamanan sekitar lingkungan
gereja dan sebagainya.

1.5 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Artinya setiap umat manusia berhak dan
bebas memilih agama yang akan dipeluknya contohnya seseorang bebas memilih agama yang dianut karena
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, apakah agama itu Islam, Katholik, Kristen
Hindu atau Budha.

1.6 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
Menghormati setiap pemeluk agama yang sedang menjalankan ibadahnya atau dengan kata lain tidak mengganggu
pemeluk agama lain yang sedang beribadah, contohnya tidak membuat kegaduhan atau keributan saat saat
seseorang sedang melakukan ibadah.

1.7 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Tidak
harus karena seseorang berada di dalam mayoritas agama tertentu berati orang tersebut harus memeluk agama
yang sama dengan yang lainnya, karena agama atau kepercayaan bukanlah satu paksaan.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

2.1 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Contoh nya dengan Menentang keras human trafficking atau perdagangan manusia.

2.2 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Keberagaman
suku bangsa yang ada di Indonesia tidak menjadikan hak yang dimiliki oleh suatu suku atau agama tertentu berbeda
dengan suku atau agama yang lainnya seperti salah satu contohnya adalah tiap orang memiliki peluang yang sama
untuk menjadi PNS atau jenjang kariernya setelah menjadi PNS tanpa memandang suku, agama, ras atau yang
lainnya melainkan kinerja kerja dari tiap individu tersebut.

2.3 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.


Artinya setiap manusia dilarang saling menyakiti , harus bisa saling menghargai perbedaan yang ada agar tercipta
kerukunan, jika hal ini dilakukan tidak akan tercipta keributan perang perang saudara, atau perang antar suku yang
masih suka terjadi di Indonesia.

2.4 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.


Mau berbaur dengan yag lainnya memupuk sikap tenggan rasa, dengan mengikuti kerja bakti RT sudah termaksud
pengamalan dari butir sila kedua ini.
2.5 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Contohnya ketika kita menjadi seorang atasan, walaupun kita memiliki jabatan yang lebih tinggi, kita tidak boleh
menginjak injak bawahan kita mungkin dengan hinaan, atau tindakan yang kurang ber peri kemanusiaan.

2.6 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.


Hidup dengan norma norma kemanusiaan, saling menghargai, menghormati dan tidak memandang perbedaan, suku
ras agama termaksud perbuatan menjunjung nilai kemanusiaan.

2.7 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.


Contohnya melakukan kegiatan, atau acara acara bakti sosial, memberikan bantuan kepada panti panti asuhan
sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.

2.8 Berani membela kebenaran dan keadilan.


Dengan tidak menutup nutupi suatu tindak kejahatan misalnya, ketika kita tahu seorang bertindak kejahatan kita siap
untuk menjadi saksi di pengadilan, hal ini sudah dapat diartikan sebagai membela kebenaran dan keadilan.

2.9 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Artinya rasa kemanusiaan harus tumbuh di dalam diri sendiri juga, jangan terus mau menjadi bangsa yang dijajah,
kita harus merasa bahwa kita Bangsa Indonesia adalah manusia ciptaan Tuhan sama seperti yang lainnya, kita
manusia seperti yang lainnya, kita Bangsa Indonesia, kita harus bisa berbuat sesuatu untuk Dunia. Dengan memiliki
prestasi dalam bidangnya kita telah menunjukkan bahwa kita bangsa Indonesia adalah bagian dari seluruh umat
manusia.

2.10 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Mnusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk tetap hidup, karena itu sebagai bangsa Indonesia
kita harus dapat bekerjasama dengan bangsa lain, salah satu contohnya nya dengan tergabungnya Indonesia dalam
organisasi PBB dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara negara lain.

3. Persatuan Indonesia

3.1 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Ada peribahasa lebih baik hujan batu di negeri sendiri dari pada hujan emas di negeri tetangga, artinya walaupun di
negeri kita memiliki banyak masalah tidak seharusnya kita pindah menjadi warga negara lain karena kita melihat di
negara lain tampaknya dengan kemampuan yang kita miliki kita dapat hidup lebih layak dibanding di negara sendiri,
mestinya kita harus lebih menyikapi hal dengan berbuat sesuatu demi Indonesia dengan apa yang kita punya bukan
malah meninggalkannya.

3.2 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Contohnya yang sering kita lihat dilakukan oleh angkatan bersenjata kita, mereka rela ditempatkan di daerah daerah
sengketa seperti dulu di Aceh saat masih terjadi pemberontakan oleh GAM yang mengancam keutuhan negara.

3.3 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.


Jangan selalu menggunakan produk asing dan trend atau gaya dari luar, kita harus lebih bangga dengan apa yang
negara ini miliki contohnya seperti mengenakan batik dan belajar tari tarian daerah.

3.4 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.


Mencintai tanah air, bangga menjadi bangsa Indonesia, Indonesia sangat kaya dan terkenal dengan keindahan
alamnya, untuk itu kita harus menjaga kelestarian bumi Indonesia ini dengan menjaga kebersihan, tidak melakukan
pembalakan liar dan sebagainya.

3.5 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Contohnya dengan menjadi relawan PBB yang siap dikirim keluar untuk menjaga perdamaian dunia.

3.6 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.


Dengan tidak membedakan seorang dari suku ras dan agamanya.
3.7 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Mau bergaul dengan setiap kalangan tanpa memandang dari suku atau agama apa sehingga tercipta persatuan.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

4.1 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
Contohnya semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan serta pekerjaan.

4.2 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.


Hal ini bisa dilakukan dengan tidak melakukan “suap” untuk terpenuhinya kehendak diri sendiri.

4.3 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.


Mengambil keputusan dengan musyawarah yang bermanfaat untuk kepentingan bersama, baru baru ini sering
dilakukan Studi Banding oleh anggota DPR/MPR ke luar negeri yang menghabiskan dana milyaran semestinya demi
kepentingan bersama dana ini dapat dimanfaatkan untuk bidang pendidikan atau kesehatan yang manfaatnya akan
dirasakan langsung oleh rakyat dibanding dengan studi banding ke luar negeri yang tidak jelas.

4.4 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Musyawarah untuk mencapai mufakat sering dilakukan dalam tiap rapat di DPR/MPR namun sering terjadinya
cekcok atau perang kata kata dalam rapat ini adalah satu bentuk tidak adanya semangat kekeluargaan dalam
musyawarah, seharusnya dalam musyawarah harus lebih bisa menghargai pendapat pendapat yang ada.

4.5 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Menerima keputusan atau hasil akhir yang diambil dari musyawarah walaupun mungkin berbeda dengan pendapat
kita.

4.6 Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Setelah keputusan dari musyawarah diambil maka dengan ikhlas hati kita harus menjalakan hasil keputusan
tersebut.

4.7 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

4.8 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

4.9 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.

4.10 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
Mempercayakan permusyawaratan untuk kepentingan bersama pada para wakil rakyat atau anggota dewan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

5.1 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Agar terciptanya keadilan harus didorong dari suasana kekeluargaan, suasana ini dapat tercipta dengan rasa saling
menghargai antar sesama.

5.2 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.


Keadilan dalam hukum bisa dilihat dalam hal ini, ketika penjahat kecil pun mendapat hukuman penjara dari
pengadilan bagaimana dengan para koruptor, mestinya mereka juga mendapatkan hukuman yang setimpal dari
hukum yang berlaku.
5.3 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Sebagai bangsa Indonesia kita jangan hanya menuntut hak tetapi harus lebih menaati peraturan dan kewajiban kita,
contohnya saat kita berkendara kita berhak mendapatkan kenyamanan di jalan tetapi kita juga wajib menaati
peraturan yang berlaku dijalan.

5.4 Menghormati hak orang lain.

5.5 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Memberi bantuan usaha mandiri contohnya.

5.6 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Seperti contohnya menjadi tuan tanah yang melakukan pemerasan dengan mengenakan biaya sewa tanah yang
tinggi untuk para penggarap sawah tanpa memperhatikan kesejahteraan para penggarap.

5.7 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

5.8 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Membangun pabrik pabrik industri di perkampungan yang limbahnya mengalir ke perkampungan tersebut sehingga
merugikan warga sekitarnya.
5.9 Suka bekerja keras.

5.10 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Tidak melakukan pembajakan baik karya tulis, maupun karya seni berupa gambar ataupun musik.

5.11 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Kedudukan pancasila sebagai dasar negara adalah pancasila sebagai dasar dari penyelenggaraan kehidupan dalam
bernegara, dan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kedudukan yang istimewa ini maka di dalam
proses penyelenggaraan kehidupan bernegara, akan memiliki fungsi yang kuat.

Kedudukan pancasila sebagai dasar negara ini dirinci sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dan segala sumber hukum yang ada. Yaitu sumber tertib
hukum di Indonesia.
2. Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang tertib dalam hukum Indonesia, yang terdapat di dalam
pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan ke dalam 4 pokok pikiran.
3. Mampu mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar hukum negara, baik hukum yang tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis.
4. Pancasila juga mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945, harus mengandung isi yang di
dalamnya mewajibkan pemerintah dan setiap penyelenggara negara. Termasuk para penyelenggara partai.

Bhinneka Tunggal Ika

Pada dasarnya, Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap
satu jua”. Jika diartikan satu persatu, maka kata “Bhinneka” memiliki arti beraneka atau beragam, “Tunggal” berarti
satu dan “Ika” memiliki arti itu. Maka dari itu, Bhinneka Tunggal Ika secara harfiah memiliki arti “Beraneka satu itu”.

Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna yaitu meskipun beranekaragam, namun pada hakikatnya bangsa Indonesia
tetap satu kesatuan. Tidak hanya itu, semboyan ini juga digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang terdiri dari beragam bahasa daerah, budaya, suku bangsa, ras,
agama dan kepercayaan agama. 

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

Tidak hanya sejarah Bhinneka Tunggal Ika dan fungsinya saja yang perlu kamu ketahui. Namun prinsip dari
Bhinneka Tunggal Ika sendiri pun perlu kamu pahami, agar kamu bisa memaknai dengan jelas Bhinneka Tunggal Ika
sebagai semboyan negara Indonesia.

Di bawah ini prinsip Bhinneka Tunggal Ika, diantaranya sebagai berikut :

 Sebagai Common Denominator

Seperti yang diketahui, bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku, agama, budaya, bahasa dan
sebagainya. Namun keberagaman tersebut tidak menjadi hambatan dalam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan kita sebagai masyarakat Indonesia, harus mencari persamaan di dalam perbedaan tersebut
(common denominator). Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat hidup tenteram di dalam keberagaman tersebut
karena adanya suatu kesamaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

 Tidak Memiliki Sifat Enklusif

Prinsip dari Bhinneka Tunggal Ika yang kedua adalah tidak bersifat enklusif. Dimana, maksud dari poin ini adalah
masyarakat Indonesia tidak dibenarkan apabila menganggap dirinya atau kelompoknya sebagai sosok yang paling
hebat, paling benar ataupun paling diakui.

Hal tersebut harus dihapuskan agar tidak menimbulkan konflik karena adanya rasa cemburu, curiga, sikap egois
hingga tidak mau mengetahui atau memperhitungkan keberadaan kelompok atau orang lain.

Sebaiknya, setiap kelompok dari golongan mayoritas atau minoritas tetap harus menghormati kelompok lain yang
memiliki perbedaan pemahaman. Karena pada dasarnya, masyarakat Indonesia hidup saling berdampingan dengan
keberagaman yang ada.

 Tidak Memiliki Sifat Formalistis

Poin ketiga disini memiliki arti bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara harus menunjukkan sifat
menyeluruh atau universal, tidak ada diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.

Hal tersebut dikarenakan setiap masyarakat harus mempunyai rasa hormat, percaya, kasih sayang serta rukun
dengan masyarakat lainnya. Karena dengan cara tersebut keberagaman suku, agama, bahasa dan sebagainya
dapat bersatu dan muncul yang namanya kehidupan bermasyarakat.

 Bersifat Konvergen

Sifat konvergen juga disebut dengan sifat dewasa. Dimana, masyarakat harus bersikap dewasa ketika menghadapi
sebuah perbedaan, baik pendapat ataupun budaya. Kemudian mencari titik temu antara kedua belah pihak agar
dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.

Sifat konvergen dalam Bhinneka Tunggal Ika sendiri menjadi salah satu prinsip utama, dimana masyarakat Indonesia
tidak diperbolehkan secara sepihak mendahulukan kepentingan sendiri atau salah satu pihak.

Namun, alangkah lebih baik jika kedua pihak melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk mencari titik temu antara
kedua pihak, dengan tujuan untuk mengurangi konflik yang mungkin dapat terjadi di Indonesia.
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika

Jika sejarah Bhinneka Tunggal Ika, fungsi hingga prinsipnya sudah kamu ketahui dari pemaparan di atas. Di bawah
ini beberapa implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika yang juga perlu kamu ketahui, diantaranya yaitu :

·        Menjunjung Tinggi Kepentingan Bersama

Implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika yang pertama adalah menjunjung tinggi kepentingan bersama. Hal tersebut
dapat ditunjukkan dengan mengutakan kepentingan bersama terlebih dahulu, mengurangi sikap egois dan
memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain.

Dengan menjunjung kepentingan bersama, kamu bisa mencari solusi terbaik yang menguntungkan kedua belah
pihak. Dimana, kedua belah pihak tersebut saling mendapatkan hak dan kewajibannya. Dengan melakukan hal ini,
kamu sudah menerapkan dan menegakkan Bhinneka Tunggal Ika.

·        Menegakkan Toleransi

Poin implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika berikutnya adalah menegakkan sikap toleransi. Dimana, kamu bisa
menunjukkannya melalui toleransi beragama. Kamu tidak perlu ikut merayakan hari raya agama lain, karena yang
perlu kamu lakukan hanya tidak mengganggu atau mencampuri urusan agama lain. Dengan begitu, kamu sudah
mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika.

·        Menegakkan Pluralisme

Pluralisme adalah sikap tahu, paham, percaya ataupun mengerti bahwa adanya perbedaan merupakan hal yang
wajar. Tidak hanya itu, sikap seperti ini juga sangat diperlukan di Indonesia untuk kelancaran berlangsungnya
keutuhan setiap wilayah yang ada di negara Indonesia.

Menegakkan pluralisme dalam implementasi Bhinneka Tunggal Ika, menjadi sesuatu hal yang harus diperhatikan.
Dimana, masyarakat Indonesia harus memiliki bekal pemahaman bahwa adanya perbedaan merupakan sesuatu hal
yang biasa. Sehingga perbedaan tidak akan membuat negara Indonesia menjadi kacau.

·        Musyawarah untuk Mufakat

Poin terakhir dalam implementasi Bhinneka Tunggal Ika adalah musyawarah untuk mufakat. Sejatinya, musyawarah
untuk mufakat sendiri sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, karena hal tersebut sering digunakan.
Selain itu, musyawarah untuk mufakat juga memiliki unsur saling menghargai antar sesama dan tidak membeda-
bedakan golongan tertentu.

Sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika, musyawarah untuk mufakat mengajarkan sikap kebersamaan
dan sosial yang sangat erat. Tidak hanya itu, bahkan negara Indonesia sebagai negara demokrasi merupakan salah
satu bentuk dari musyawarah untuk mufakat.

Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya untuk mempelajari semboyan negara Indonesia, mulai dari hal
yang paling dasar yaitu sejarah Bhinneka Tunggal Ika hingga bentuk-bentuk implementasinya.

Karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sudah sangat melekat dengan Negara Indonesia. Terlebih
Bhinneka Tunggal Ika menjadi pondasi dari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Faktor-Faktor Perubahan Kebudayaan

Ada dua faktor besar yang berpengaruh pada bentuk perubahan kebudayaan seperti yang sudah diposting beberapa
hari lalu, yaitu faktor dari dalam (internal) atau faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi discovery, invention
(invensi), innovation (inovasi) dan enkulturasi, sedangkan untuk faktor yang datangnya dari luar (eksternal)
meliputi difusi, Akulturasi, penetrasi, asimilasi, invasi, hibridisasi.
A. Faktor dari Dalam (internal)

1. Discoverymerupakan penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat
baru, atauapun yang berupa suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu. Atau bisa juga dikatakan
sebagai suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Contoh penemuan baru untuk faktor discovery misalnya; mobil, sepeda motor, handphone, tablet dan
sebagainya.
2. Invention (invensi)adalah adanya pengakuan, penerimaan dan penerapan dari suatu masyarakat atas
penemuan baru (discovery) tersebut. Hal ini disebabkan karena untuk membuktikan bahwa seorang individu
itu telah menemukan suatu yang baru membutuhkan tidak hanya satu individu atau penemu/pencipta saja,
akan tetapi harus ada rangkaian-rangkain dari pencipta atau penemu hal yang baru tersebut. Penemuan
sebuah mobil misalnya, merupakan suatu rangkaian penemuan dari motor gas pada tahun 1875 sampai
pada bentuk mobil yang dapat dipakai sebagai alat pengangkutan pada tahun 1911.
3. Innovation (inovasi)terjadi apabila hasil penemuan baru tersebut, misalnya mobil, disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat sebagai alat angkutan, sedangkan masyarakat juga harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah mobil, misalnya ada sopir, bensin, solar, bengkel,
onderdil, montir, jalan raya dan sebagainya. Adanya pendorong atau motivasi yang menyebabkan individu-
individu untuk mencari penemuan-penemuan baru adalah :
1. Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan
2. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan
3. Perangsang bagi penciptaan-penciptaan baru
4. Proses Enkulturasiatau "pembudayaan" ini terjadi ketika seorang individu mempelajari dan menyesuaikan
alam pikiran serta sikapnya dengan sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Jadi sejak seorang individu itu masih kecil itu proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam
pikirannya. Bermula dari keluarganya (pendidikan, kasih sayang dan sebagainya), kemudian berlanjut ke
teman-teman sepermainan. Seringkali ia belajar meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan
nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah dinternalisasikan dalam kepribadiannya.
Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi pola yang tetap, dan norma yang mengatur
tindakannya itu "dibudayakan"

B. Faktor-Faktor dari Luar (eksternal)

1. Difusiadalah suatau proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang
perorangan lainnya, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain, dari bangsa ke bangsa lain. Ada dua
tipe difusi, yaitu difusi intra-masyakat (intra society diffusion) dan difusi antar masyarakat (inter society
diffusion). (Akan dijelaskan secara detail pada posting berikutnya)
2. Akulturasiatau acculturation atau culture contract adalah mengenai proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertetentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri. (untuk selengkapnya akan dibahas pada posting
berikutnya)
3. Asimilasi (assimilation)adalah proses yang timbul apabila golongan-golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi, masing-masing berubah sifatnya
yang khas dan juga unsur masing-masing kebudayaan berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
4. Penetrasiadalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dari luar ke suatu daerah. Masuknya unsur-
unsur kebudayaan asing tersebut bisa terjadi secara damai ( penetration pacifique) maupun secara
paksaan.
5. Invasiadalah penyerangan dari suatu negara atau bangsa ke negara atau bangsa lainnya yang bertujuan
untuk menduduki daerah milik bangsa atau negara lain dengan maksud menjalankan penjajahan atas
bangsa yang ditaklukannya dengan melenyapkan atau meminimalisir kebudayaan asli suatu bangsa.
6. Hibridisasiadalah perkawinan campuran di antara kelompok ras manusia yang berbeda, yang
menghasilkan ciri-ciri ragawi yang bersamaan, yang disebabkan oleh komponen rasial yang bersamaan.
Hibridisasi dapat terjadi sejalan dengan migrasi kelompok-kelompok mansuia, misalnya pada zaman
berburu tingkat lanjut (zaman Mesolitikum). Pada masa berburu tingkat lanjut ini, tidak saja terdapat
pantangan "inces" (perkawinan antar anggota keluarga sedarah), tetapi diduga dalam banyak hal telah
berlangsung exogami atau perkawinan yang terjadi di luar klan. Sebagai contoh percampuran antara ras
Papua Melanesoide, Europaeide dan Mongoleide yang menghasilkan bangsa Austronesia (nenek moyang
bangsa Indonesia) di Asia Tenggara

Perubahan Budaya
Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan oleh Munandar (1987) dibagi atas: cultural lag, cultural survival, cultural
conflict dan cultural shock. Keempat jenis perubahan peristiwa-peristiwa kebudayaan tersebut diuraikan secara
singkat sebagi berikut di bawah ini.

CULTURAL LAG

Cultural lag adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Artinya
ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda itu
diterima secara umum sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap benda itu.

Juga suatu lag terjadi apabila irama perubahan dari dua unsur perubahan (mungkin lebih) memiliki korelasi yang tak
sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh yang lainnya.

CULTURAL SURVIVAL

Istilah ini ada sangkut pautnya dengan cultural lag karena mengandung pengertian adanya suatu cara tradisional
yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang. Cultural survival adalah suatu konsep yang lain,
dalam arti bahwa konsep ini dipakai untuk menggambarkan suatu praktek yang telah kehilangan fungsi pentingnya
seratus persen, yang tetap hidup dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata. Jadi,
pengertian lag dapat diperguanakan paling sedikit dalam dua arti, yaitu:

1. Suatu jangka waktu antara terjadinya penemuan baru dan diterimannya penemuan tersebut.
2. adanya perubahan dalam pikiran manusia dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern.

Terjadinya cultural lag ialah karena adanya hasil ciptaan baru yang membutuhkan aturan-aturan serta pengertian
yang baru yang berlawanan dengan hukum-hukum serta cara-cara bertindak yang lama, tetapi ada pula kelompok
yang memiliki sifat keterbukaan, malahan mengharapkan timbulnya perubahan dan menerimanya dengan mudah
tanpa mengalami cultural lag.

CULTURAL CONFLICT (pertentangan kebudayaan)

Pertentangan kebudayaan ini muncul sebagai akibat relatifnya kebudayaan. Hal ini terjadi akibat konflik langsung
antar kebudayaan. Faktor-faktor yang menimbulkan konflik adalah keyakinan-keyakinan yang berbeda sehubungan
dengan berbagai masalah aktivitas berbudaya. Konflik ini dapat terjadi di antara anggota-anggota kebudayaan yang
satu dengan anggota-anggota kebudayaan yang lain.

CULTURE SHOCK (guncangan kebudayaan)

Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg (1958) untuk menyatakan apa yang disebutnya sebagai
suatu penyakit jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari
kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tak disadari oleh korbannya. Hal ini akibat kecemasan
karena orang itu kehilangan atau tak melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah dikenalnya
dengan baik.

Ada empat tahap yang membentuk siklus culture shock:

1. tahap inkubasi; kadang-kadang disebut tahap bulan madu, sebagai suatu pengalaman baru yang menarik.
2. tahap kritis; ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban culture shock.
3. tahap kesembuhan; korban mampu melampaui tahap kedua, hidup dengan damai.
4. tahap penyesuaian diri; sekarang orang tersebut sudah membanggakan sesuatu yang dilihatnya dan
dirasakannya dalam kondisi yang baru itu; rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.

Penyesuaian diri antar budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern menurut Brislin, ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skill). Watak adalah segala tabiat yang membentuk
keseluruhan kepribadian seseorang, yang dalam bahasa sehari-hari biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan,
“orang macam apa dia?” jawabannya: emosional, pemberani, bertanggungjawab, senang bergaul dll. Orang senang
bergaul biasanya lebih mudah menyesuaikan diri.
Kecakapan atau skill menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan
dimasuki, seperti bahasa, adat-istiadat, tata krama, keadaan geografi, keadaan ekonomi, situasi politik dan
sebagainya.

Selain kedua faktor itu, juga sikap (attitude) seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya. Menurut
Allport, yang dimaksud dengan sikap disini adalah kesiagaan mental atau saraf yang terbina melalui pengalaman
yang memberikan pengarahan atau pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi segala macam obyek
atau situasi yang dihadapinya. Contoh, sikap terusterang, berprasangka baik atau buruk, curiga, optimis, pesimis,
skeptis, ekstrim, moderat, toleran, tepasliro dan sebagainya. Orang yang bersikap terus terang dan terbuka atau
berprasangka baik akan lebih berhasil dalam menyesuaikan diri.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antar budaya adalah:

1. besar-kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang
dimasukinya.
2. pekerjaan yang dilakukannya, yaitu apakah pekerjaan yang dilakukannya itu dapat ditolerir dengan latar
belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.
3. suasana lingkungan tempat ia bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang
untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup.

Anda mungkin juga menyukai