UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia
berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia
berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan
UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22
Juli 1959.
Di Sumatra ada BPUPKI untuk Sumatra. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17
Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat
"sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur
dari NKRI.
KONSTITUSI
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Secara khusus konstitusi
memuat aturan-aturan tentang badan-badan pemerintah dan sekaligus memberikan
kewenangan kepadanya, meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam
hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi pada umumnya mempunyai kedudukan formal yang
sama.
Ditinjau dari sudut pandang hukum tata negara, negara adalah suatu organisasi kekuasaan,
dan organisasi itu merupakan tata kerja dari alat-alat perlengkapan negara yang merupakan
suatu keutuhan, tata kerja yang mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan
kewajiban masing-masing alat perlengkapan negara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam alinia ke empat pembukaan UUD 1945, termuat unsur- unsur yang menurut ilmu
hukum di syaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di indonesia (rechts orde) atau (legal
orde) yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan- peraturan hukum.
Dengan di cantumkanya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD 1945, maka
pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif, dengan demikian
tata kehidupan benegara tidak hanya bertopang pada asas- asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya yaitu
panduan asas- asas kultural.
II. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 Dalam sistem
tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa Pokok Pikiran itu
meliputi suasana kebatinan dari Undang- Undang Dasar Negara Indonesia serta
mewujudkan cita- cita hukum, menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar
tidak tertulis (convensi), selanjutnya Pokok Pikiran itu di jelmakan dalam pasal- pasal
UUD 1945. Maka dapatlah disimpulkan bahw suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain di
jiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara dan fungsi pancasila sebagai dasar negara
RI.
Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang Tubuh,
alasannya Dalam Pembukaan terdapat :
1. Dasar Negara (Pancasila)
2. Fungsi dan Tujuan Bangsa Indonesia
3. Bentuk Negara Indonesia (Republik)
Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen
dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang
bersifat tetap, sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum
dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga
apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh Pendiri Negara.
Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan
jiwa konstitusi, nilai-nilai dimaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya,
semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif
untuk melaksanakan dan membudayakannya. Sebaliknya, tiada seorangpun warga
negara, maupun organisasi di dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar
asas normatif ini, apalagi merubahnya.
Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 Sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental sehingga Pembukaan UUD 1945 tidak bisa diubah, Pokok kaidah negara
yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan
hukum yang tetap terletak pada kalangan tertinggi maka secara hukum tidak dapat
diubah. Karena mengubah pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran
negara RI, sedangkan Batang Tubuh bisa diubah (diamandeman)
Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 pada hakikatnya telah memenuhi
syarat sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Pokok kaidah negara yang
fundamental dapat di rinci sebagai berikut :
1. Ditentukan oleh Pendiri Negara (PPKI) dan terjelma dalam suatu pertanyaan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pendiri Negara.
2. Pernyataan Lahirnya sebagai Bangsa yang mandiri
3. Memuat Asas Rohani (Pancasila), Asas Politik Negara (Republik berkedaulatan
Rakyat), dan Tujuan Negara (menjadi Negara Adil Makmur)
4. Memuat Ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD Negara
Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi
negara Proklamasi 17 Agustus 1945 ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 1945.
Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas
nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila – UUD 45.
Penjabaran tentang filsafat hukum Indonesia terdapat pada teori hukumnya. Sesuai
dengan bunyi kalimat kunci dalam penjelasan UUD 1945 : Undang-Undang dasar
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dan pasal-
pasalnya.
Apabila UUD 1945 merupakan filsafat hukum Indonesia,maka batang tubuh berikut
dengan penjelasan UUD 1945 adalah teori hukumnya.Teori hukum tersebut meletakkan
dasar-dasar falsafah hukum positif kita.
1. UUD
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
1. UUD
2. TAP MPR
3. UU
4. PERPU
5. Peraturan Pemerintah
6. Kepres
7. Peraturan Daerah.
1. UUD
2. UU/PERPU
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah.
1. UUD
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
TAP MPR
UDANG-UNDANG
Undang-undang adalah :
PERPU
Perpu adalah :
PERATURAN PEMERINTAH / PP
Kesimpulan