Anda di halaman 1dari 13

Lambang Korpri dan maknanya sesuai Keputusan Musyawarah Nasional VIII

Korpri Nomor : KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 tanggal 5 Desember 2015.


Lambang Korpri adalah lambang organisasi Korpri dengan bentuk dasar
terdiri dari pohon, bangunan berbentuk balairung serta sayap yang dilengkapi
dengan berbagai ornamen.
Lambang terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok :
1. POHON dengan 17 ranting, 8 dahan dan 45 daun, yang melambangkan perjuangan
sesuai dengan fungsi dan peranan Korpri sebagai Aparatur Negara Republik Indonesia
yang dimulai sejak diproklamasikannya negara Kesatuan Republik Indonesia pada
tanggal 17 agustus 1945.
2. BANGUNAN berbentuk balairung dengan lima tiang, melambangkan tempat dan
wahana sebagai pemersatu seluruh anggota Korpri, perekat bangsa pada umumnya
untuk mendukung Pemerintah Republik Indonesia yang stabil dan demokratis dalam
upaya mencapai tujuan nasional dengan berdasarkan Pancasila dan jatidiri, kode etik
serta paradigma baru Korpri.
3. SAYAP yang besar dan kuat ber-elar 4 (empat) ditengah dan 5 (lima) ditepi
melambangkan pengabdian dan perjuangan Korpri untuk mewujudkan organisasi
yang mandiri dan profesional dalam rangka mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa
Indonesia yang luhur dan dinamis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
MAKNA :
1. Pengambilan motif pohon didasarkan atas tradisi Bangsa Indonesia yang
menggunakann motif itu sebagai lambang kehidupan masyarakat.
2. Motif balairung melambangkan tempat dan wahana yang menghimpun SELURUH
Anggota Korpri guna mewujudkan aparatur negara yang netral, jujur dan adil, bersih
dan berwibawa untuk mendukung Pemerintah RI yang stabil dan demokratis dalam
mencapai cita-cita dan tujuan nasional;
3. Kelima tiang dari balairung melukiskan Pancasila sebagai dasar dalam kehidupan
berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
4. Motif sayap melambangkan kekuatan/kiprah/perjuangan Korpri untuk mewujudkan
organisasi yang mandiri, dinamis dan modern serta profesional dalam rangka
mendukung terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional RI;
5. Pangkal kedua sayap bersatu ditengah melambangkan sifat persatuan Korpri di dalam
satu wadah yang melukiskan jiwa korsa yang bulat sebagai alat yang ampuh, bersatu
padu dan setia kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan;
6. Sayap yang mendukung balairung dan pohon menggambarkan hakekat tugas Korpri
sebagai pengabdi masyarakat yang mengutamakan kepentingan umum, bangsa dan
negara;
7. Pondamen yang melandasi dan mendukung bangunan balairung adalah sebagai
lambang loyalitas tunggal Korpri terhadap Pemerintah dan Negara, karena fungsi dari
pondamen tiada lain adalah memberi kekokohan dan kemantapan bagi bangunan yang
berada di atasnya;
8. Pohon dengan dahan dan dedaunan yang tersusun rapi teratur melambangkan peran
Korpri sebagai pengayom dan pelindung bangsa sesuai dengan fungsi dan peranannya
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di dalam Negara Republik Indonesia;
9. Lantai Gedung Balairung yang tersusun harmonis puramidal, melambangkan mental
mutu/watak anggota Korpri yang netral, jujur, adil yang tidak luntur sepanjang masa
bekerja tanpa pamrih hanya semata untuk kepentingan bangsa dan negara;
10.Warna emas dari lambang mempunyai arti keluhuran dan keagungaan cita-cita
kemerdekaan Bangsa Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD ’45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini.

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18


Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak
tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22
Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan


(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


      

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.

Sejarah Awal
      

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk


pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa
sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Pada
tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9
orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.
Setelah dihilangkannya anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945
yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada
masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan
ini tanpa kata “Indonesia” karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)


      

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (“Semi-Parlementer”) yang pertama,
sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih
demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
      

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.

bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri
untuk mengurus urusan dalam negerinya.

Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)


      

Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering
disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan
partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal
yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa
UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan
Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi
pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950

Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 – 1966)


      

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:

    Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara
    MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
    Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia
      Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD


1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di
antara melalui sejumlah peraturan:

  Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
  Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat
melalui referendum.
  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Periode 21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999
      

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945


      

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)


terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensial.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen)
yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

     Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945


     Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945
     Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945
     Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 194

RANGKUMAN MATERI PEND PANCASILA

Sejarah Pancasila

Lahirnya pancasila dilatar belakangi oleh sejarah masuknya agama besar di


nusantara ( islam, hindu, budha ) menjadi landasan hidup beragama dan
bermasyarakat. Selain itu juga didasari atas pergerakan Indonesia yang dimulai sejak
masa hindu budha yakni pada masa kerajaan majapahit. Perumusan pancasila sendiri
dimulai saat jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 29 april 1945,
karena hal itu dengan berdirinya sebuah negara maka harus memiliki landasan atau
dasar bagi negara itu sendiri maka dirumuskanlah Pancasila. 

Isi dari pancasila itu sendiri tertuang dalam isi pidato Mr. Muh Yamin pada
tanggal 29 mei 1945 yakni :
1.      pri kebangsaan,
2.      pri kemanusiaan,
3.      pri ketuhanan,
4.      pri kerakyatan
5.      pri kesejahteraan.

Proklamasi juga memiliki hubungan yang erat dengan lahirnya pancasila karena
proklamasi merupakan titik kuliminasi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperoleh kemerdekaanselain itu proklamassi juga dianggap sebagai konsekuensi
bangsa Indonesia yang telah merdeka dan menyamakan kedudukannya dengan bangsa
lain selain itu juga merupakan konsekuensi keluar yakni menyebarkan pemberitaan
tentang kedaulatan atau kemerdekaan terhadap bangsa lain. 

Pancasila sebagai sistem nilai 


Sistem secara sederhana yang dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Sedangkan nilai yaitu salah satu cara atau tolak ukur
dalam suatu objek yang bersifat abstrak. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam
pikiran seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat.

Pancasila juga dapat bersifat objektif dan subjektif. bersifat objektif artinya
nilai – nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara – negara lain, tentunya
tidak dengan nama pancasila. Sedangkan bersifat subjektif artinya bahwa nilai – nilai
pancasila itu terletak pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri yaitu
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai
pancasila itu sendiri merupakan ideologi bagi bangsa Indonesia menjadi landasan ,
dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari – hari dan
dalam kehidupan kenegaraan. 

Makna sila – sila pancasila  :


      

1. Arti dan makna sila ketuhanan yang maha Esa 


Dalam konteks bernegara pancasila mengatur kebebasan masyarakat Indonesia untuk
memluk agama sesuai dengan keyakinannya. Dengan sila ketuhanan yang Maha Esa itu
maka bangsa Indonesia mempunyai satu asas yang dipegang teguh yaitu bebas untuk
memeluk agama dan beribadah menurut agama masing – masing. 

2. Arti dan makna sila kemanusiaan yang adil dan beradab


Dengan adanya sila ini dengan sendirinya jika dalam kelompok terdapat ras, tidak
boleh berbuat eksklusif atau menyendiri satu sama lain. Hal ini berarti bahwa setiap
mannusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum. 

3. Arti dan makna sila persatuan indonesia 


Makna dalam sila ini adalah nasionalisme, nasionalisme dalam hal ini adalah perasaan
satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh bangsa yang ada dalam masyarakat.
Oleh karena itu hal – hal yang sifatnya tidak sejalan dengan persatuan dan kesatuan
harus diusahakan agar tidak terwujud sebagai suatu prinsip dalam masyarakat
indonesia. 

4. Arti dan makna sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwaakilan. 
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan – keputusan yang
diambil secara bulat. 

5. Arti dan makna sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Keadilan berarti adanya persamaaan dan salin menghargai karya orang lain.
Kemkmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
Dinamis dalam arti diupayakan lebih tinggi dan lebih baik.

Liberalisme : adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan


      

individu dalam segala bidang. Menurut paham ini titik pusat dalam hidup
ini adalah individu. Karena ada individu maka masyarakat dapat tersusun
dan karena individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat
atau negara harus selalu menghormati dan melindungi kebebasankemerdekaan
individu. Setiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan,
seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan agama.

Nasionalisme : nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan


      

mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep


identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara
adalah berdasarkan beberapa “kebenaran politik”. 

Sosialisme : (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang
      

berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar


1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak
mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat
produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang
atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-
mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam
aliran yang dinamakan sosialisme yaitu sosial demokrat, komunisme, anarkhisme, dan
sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19,
tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad
19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-
akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.

Terorisme : adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan


      

perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi


terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang
selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga
sipil.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan “teroris” dan
“terorisme”, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam
pembenaran dimata terrorism : “Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh
dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam
perang”. Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

  Amandemen UUD’45 

Undang – undang di indonesia telah mengalami beberapa kali amandemen


(perubahan – perubahan ). Sejak mei 1998 bangsa indonesia bertekad mereformasi
berbagai bidang kehidupan kenegaraan dengan catatn :

1.      Amandemen tidak merubah negara kesatuan republik Indonesia

2.      Amandemen tidak merubah pembukaan UUD’ 45 

3.      Amandemen tetap mempertahankan sistem presidensial 

Sejak tahun 1999 sampai tahun 2002 majelis permusyawaratan rakyat RI telah
empat kali menetapkan perubahan pasal – pasal yang di ubah dan ada pula pasal –
pasal yang ditambah. 
I. Perubahan pertama terhadap pasal UUD’45 ditetapkan pada tanggal 19 oktober
1999.
II. Perubahan Kedua ini dilakukan pada sidang MPR, tepatnya pada tanggal 18 agstus
2000. 
III. Perubahan ketiga ditetapkan oleh MPR pada tanggal 9 november 2001. 
IV. Perubahan keempat dilakukan pada sidang tahunan MPR bulan agustus 2002.

a)      Pelaksanaan UUD’45 pada masa awal kemerdekaan ( 18 agustus 1945 – 27 desmber


1949 )

Dengan ditetapkannya pancasila dan UUD ’45 oleh PPKI mmerupakan modal
berharga untuk mendapatkan pemerintahan RI yang bisa berjalan dengan baik. Namun
sebelum cita – cita itu terwujud bangsa Indonesia harus dihadapkan pada masalah
baru yaitu kehadiran tentara sekutu dan nica ke wilayah Indonesia. Hal itu membuat
pemerintah dan rakyat Indonesia memusatkan perhatian dan upaya mempertahankan
negara kesatuan RI dan sistem pemerintahan berdasarkan UUD’45 belum dapat
dilaksanakan. 

Pada awal berdirinya negara ini banyak lembaga tinggi negara belum
terbentuk. Hal ini kemudian diantisipasi dengan aturan peralihan pasal 4. Untuk
memperkuat kedudukan komite nasional Indonesia pusat, maka pada tanggal 16
oktober 1945 dikeluarkannya maklumat wakil presiden nomor X yang isinyaa KNIP
sebagai pembantu presiden menjadi badan yang diberi tugas legislativ dan ikut
menetapkan GBHN. 

Pada tanggal 3 november 1945 diumumkan lagi maklumat wakil presiden


tentang pembentukan partai – partai politik. Selanjutnya atas usul KNIP keluarlah
maklumat pada tanggal 14 november 1945 yang isinya merubah kabinet presidensial
menjadi kabinet parlementer. 

Maka seejak tanggal 14 november 1945 itu kekuasaan eksekutif dipegangkan


oleh perdana mentri dan mentri – mentri yang bertanggung jawab kepada KNIP bukan
kepada presiden. Di lain pihak perundingan dengan belanda dan sekutu memenangkan
Indonesia sebagai sebuah negara merdeka dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
belanda pada tanggal 27 desember 1945 dengan syarat : 

                                 I.            Negara RI dipecah – pecah menjadi negara – negara bagian (RIS) 

                              II.            UUD’45 diganti menjadi UUD KRIS 

              Maka sejak saat itu Indonesia menjadi negara serikat dengan UUD yang
ditentukan oleh sekkutu dengan paham liberalisme. 

b)      Masa UUDS 1945 ( 17 AGUSTUS 1950 – 5 JULI 1959 ) 

              Sejak diberlakukannya UUD kris maka Indonesia menjadi negara federal.
Tetapi semangat dan perjuangan bangsa Indonesia untuk mempersatukan republik
Indonesia kembali menjadikan negara RI utuh kembali. Pada tanggal 17 gustus 1950
negara KRIS sudah sepenuhnya menjadi negara RI dengan UUDS 1950 dan system
pemerintahan bersifat perlementer. 

              Bentuk pemerintahan dan bentuk negara Indonesia menurut pasal 1 UUDS RI
1950 menyatakan : 

       I.            RI yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan
berbentuk kesatuan. 
II.            Kedaulatan RI adalah di tangan dan dilakukan oleh pemerintah bersama – sama DPR. 
    

              Sistem pemerintahan nyang dianut oleh UUDS 1950 adalah parlementer
dengan menggunakan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana
mentri. Pada saat mulai berlakunya UUDS 1950 badan legislatif yang ada adalah DPR
ssementara yang terdiri dari gabungan DPR RIS ditambah dengan anggota dan ketua
BPKNIP ditambah dengan anggota atas penunjukan presoden. 

              Pada sistim parlementer fungsi presiden sebagai kepala pemerintahan


digantikan oleh perdana mentri sehingga presiden hanya sebagai kepala negara atau
simbol negara. Presiden sebagai kepala negara memilik tugas – tugas sebagai
berikut : 

  Mewakili negara di acara – acara negara 

  Mengangkat duta dan konsult 

  Menerima tamu negara 

  Menyatakan perang

              Sedangkan dalam sistim presidensial presiden memiliki fungsi sebagai kepala
pemerintahan yaitu bertugas menjalankan semua sistim pemerintahan dalam satu
negara. 
Pada perkembangannya dengan adanya UUDS 1950 ini menyebabkan munculnya
banyak masalah dalam pemerintahan negara sehingga presiden soekarno memutuskan
untuk kembali mengguanakan uud 1945 sebagai dasar negara Indonesia dan setelah itu
pada tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang berisi:

         i.            Pembubaran konstituante 

       ii.            Berlakunya kembali UUD’45 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950 

iii.            Pembentukan MPR sementara dan DPA sementara. 


    

              Dengan adanya dekrit inilah yang menjadi sumber hukum dan
penyelenggaraaan pemerintahan. 

c)      Pelaksaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru

              Orde Lama (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966)


Masa orde lama di mulai sejak adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulai
berlakunya kembali Undang – Undang Dasar 1945 bagi bangsa dan Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu merupakan sumber hukum
dan ketatanegaraan yang sangat penting di Negara Republik Indonesia.

              Pada masa orde lama, seharusnya segala sistem pemerintahan dan
pelaksanaannya sesuai yang di atur dalam UUD 1945. Akan tetapi, dalam
kenyataannya terdapat berbagai penyimpangan.Seperti pengangkatan presiden
soekarno sebagai presiden seumur hidup yang jelas – jelas bertentangan dengan UUD
1945.
d)     Masa orde baru ( 11 maret 1966 – 21 mei 1998 )

  orde baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara
yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan pancasila dan UUD’45. Tekat
orde baru ialah melaksanakan pancasila dan UUD’45 dengan murni dan konsekuen.
Namun pada masa ini juga terjadi banyak penyimpangan yang dilakukan oleh
pemerintahan Orde Baru. Kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintah juga
cenderung untuk kepentingan golongan.

Selain itu juga terjadi banyak teror fisik maupun psikologis.


Dalam pelaksanaan Orde Baru berusaha melaksanakan demokrasi dengan sebaik –
baiknya anatara lain dengan menyelenggarakan pemilihan umum guna mewujudkan
adanya MPR. 
Pembukaan UUD 1945 ( arti dan makna ) Arti dan Makna Alinea – alinea pembukaan
UUD 1945

  Alinea pertama 

                  Pada alinea pertama terdapat dua asas pikiran yaitu perikemanusiaan dan
perikeadilan. 

  Alinea kedua 

                  Bangsa Indonesia dari dalam terpaksa berjuang untuk merealisir hak
kodrat dan hak morilnya ke merdekaan atas kedauatan sendiri, berhasil membentuk
negara indonesia yang dicita – citakan dan mempunyai sifat – sifat tertentu. 

  Alenia ketiga 

                  Bangsa indonesia menyatakan kemerdekaan indonesia itu atas kekuatan


bangsa indonesia sendiri , didukung oleh seluruh rakyat.

  Alenia keempat

                  Berisi pokok kaidah negara yang fundamental yaitu : fungsi dan tujuan
negara , keharusan adanya undang – undang dasar, adanya asas politik negara yaitu
republik yang berkedaulatan dan adanya asas kerohanian negara. 

  Tujuan pembukaan UUD 1945

                                   I.            Mempertanggungjawabkan 

                                II.            Menetapkan cita – cita bangsa 

III.            Proklamasi kemerdekaan menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan.


                             

IV.            Sebagai ketentuan pedoman dan pegangan.


                             

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan UUD 


Aline – alinea dalam pembukaan UUD 1945 memiliki hubungan sendiri dengan UUD.
Alinea pertama sampai ketiga memiliki hubungan dengan peristiwa yang mendahului
terbentuknya negara Indoonesia, tidak mempunyai hubungan yang organis dengan
UUD. 
Sedangkan alinea keempat memiliki hubungan dengan terbentuknya UUD itu sendiri
selain itu juga memiliki hubungan dengan pembentukan pemerintahan negara akan
diatur di dalam UUD. Kemudian negara Indonesia berbentuk republik yang
berkedaulatan rakyat. Dan sebagai ditetapkannya dasar pancasila.

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi 17 agustus 1945 


letak dan sifat hubungan antara pembukaan dengan proklamasi 

Proklamasi dan pembukaan adalah satu kesatuan.


      

Ditetapkannya pembukaan pada 18 agustus 1945 bersama – sama dengan


      

ditetapkannya UUD 

Pembukaan pada hakikatnya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci.


      

Pancasila sebagai orientasi dan kerangka acuan pembangunan 


pancasila sebagai orientasi pembangunan. 
Pada saat ini pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian
kapitalisme dari pada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan
kapitalisme yamg bersifat global. Fungsi pancasila ialah memberi orientasi
terbentuknya struktur kehidupan sosial politik dan ekonomi yang manusiawi,
demokratis dan adil bagi seluruh rakyat. 
Pancasila sebagai kerangka acuan pembangunan

Pancasila diharapkan dapat menjadi kerangka referensi untuk membangun


suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan sosial budaya. ada dua
fungsi dari pancasila sebagai kerangka acuan:

1.      Pancasila menjadi dasar visi yang memeberi inspirasi untuk membangun suatu corak
tatanan sosial budaya yang akan datang.

2.      Pancasila sebagai nilai – nilai dasar menjadi refrensi kritik sosial budaya.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bangsa 


Pancasila sebagai paradigma artinya nilai – nilai dasar pancasila secara normativ
menjadi dasar, keranga acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonsia. 

1.      Sebagai paradigma pembangunan pendidikan.

Pendidikan pada dasarnya adalah pemanusiaan, dan ini memuat hominiasi dan
humanisasi. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan
berbangsa kita adalah melalui pendidikan . 

2.      Sebagai paradigma pembangunan ideologi.

Ideologi merupakan prinsiip dunamika, karena merupakan pedoman yang


berbentuk cita – cita 

3.      Sebagai paradigma pembangunan politik. 

Dengan kelima prinsipnya pancasila menjadi dasar yang cukup integratif bagi
kelompok – kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern. 

4.      Sebagai paradigma pembangunan ekonomi 

Dalam penyusunan sistem ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan


masyarakat yang adil dan makmur, pancasila lah yang menjadi landasan filos0fisnya. 
5.      Sebagai paradigma pengembangan sosial

Karena indonesia memiliki keberagaman budaya maka untuk


mempersatukannya tetap menggunakan pancasila sebagai landasannya.

6.      Sebagai paradigma pembangun ketahanan nasional

7.      Kaitan pancasila dengan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui
pluralitas yang membutuhkan kebersamaan. 

8.      Sebagai paradigma pembangun hukum

Hukum di indonesia bersumber pada pancasila

9.      Sebagai paradigma pembangun beragama

Untuk mewujudkan kesatuan dan menghargai pluralitas dalam masyarakat.

10.  Sebagai paradigma perkembangan iptek

Ilmu teknologi yang berkembang harus dapat dipertanggung jawabkan tentang


hak dan kewajiban dalam mengembangkan iptek diatur dalam pancasila.

BHINEKA TUNGGAL IKA

 Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh burung Garuda dan
pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara Indonesia pertama kali pada Sidang Kabinet
Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Februari 1950.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari
sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu : Kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan
Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka
Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama
dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Bila diterjemahkan secara per kata, Bhinneka Tunggal Ika adalah :
 Bhinneka artinya beraneka ragam atau berbeda-beda menjadi pembentuk kata
“aneka”
 Tunggal artinya satu
 Ika artinya itu

Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah,
ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen?
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa.
Terjemahan :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda,
tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
  Sejarah Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva dilontarkan pada masa
Majapahit. Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana,
ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi perkembangannya. Oleh karena itulah
Nararyya Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu
(Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanagara (Nararyya Murddhaja)
ditahbiskan sebagai JINA (Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra). Inilah fakta bahwa
Singasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerajaan
Majapahit.
Narayya Wijaya sebagai pendiri kerajaan tak lain merupakan kerabat sekaligus
menantu Sang Nararyya Murddhaja (Sri Kertanagara : Raja Singasari terakhir). Sehubungan
bahwa semboyan tersebut embrio dari Singasari yakni pada masa Wisnuwarddhana sang
dhinarmmeng Ring Jajaghu (Candi Jago), maka baik semboyan Bhinneka Tunggal Ika maupun
bangunan Candi Jago kemudian disempurnakan pada masa Majapahit. Oleh sebab itu kedua
simbol (wijaksara dan bangunan) tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban era Majapahit.
Padahal sesungguhnya merupakan hasil proses perjalanan sejarah sejak awal.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva oleh Mpu Tantular
pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu, telah
memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dimana
telah menyadari bahwa menumbuhkan rasa dan semangat persatuan itulah Bhinneka Tunggal Ika
yang akhirnya diangkat menjadi semboyan yang diabadikan dalam lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengertian Garuda Pancasila
diperluas menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan
keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda
kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan Republik Indonesia tercinta. Sesuai makna semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Memberi makna
secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan satu
Negara Republik Indonesia. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun
1951, pada tanggal 17 Oktober dan diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang
Lambang Negara.
Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majahapahit maupun
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama
yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar dalam tegaknya
negara Indonesia.
Sementara semboyan “Tanhana Dharmma Mangrva” digunakan sebagai semboyan
Lambang Pertahanan Nasional (LemHamNas). Makna kalimat tersebut adalah “Tidak ada
kebenaran yang bermuka dua”.
Kemudian oleh LemHaNas semboyan kalimat tersebut diberi pengertian ringkas dan
praktis yakni “Bertahan karena benar” “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua” sesungguhnya
memiliki pengertian agar hendaknya setiap manusia senantiasa berpegang dan berlandaskan pada
kebenaran yang satu. Sebagai bahan catatan, bahwa realitas kemajemukan bangsa adalah warisan
sejarah panjang perjalanan Indonesia selama berabad-abad sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan luas wilayah Nusantara yang hampir 2 juta kilometer persegi, terdiri dari sekitar
13.700 pulau besar dan kecil, lebih dari 300 ragam etnis, dengan adat istiadat, budaya dan
keyakinan agama yang berbeda-beda, menyimpan potensi keretakan yang kapan saja bisa
mengemuka apabila tidak ada alasan atau raison de’etre sebagai bangsa untuk bersatu.
Bahwa raison de’etre  untuk menjadi satu bangsa, bukan sekedar perasaan subjektif para
pendiri bangsa menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, melainkan mendapatkan pijakan sejarah
selama berabad-abad seperti yang telah dibuktikan.
Dan kesadaran sebagai putra-putri dari sebuah bangsa besar yang telah melahirkan
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, kiranya menjadi tugas sejarah untuk terus memperjuangkan,
menjaga dan mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia dan menjadi obor penyuluh, ketika
sebagian anak-anak bangsa mulai dijangkiti penyakit sektarian sempit, fanatisme agama dan
egoisme kelompok serta golongan yang hanya akan mengorbankan persatuan dan kesatuan
bangsa.

Dalam situasi tersebut, kita harus memahami perjalanan sejarah, dengan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rumah kita bersama dengan mempertaruhkan:
Bhinneka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi Tetap Satu Jua”. Merdeka!!!

Anda mungkin juga menyukai