Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Sejarah Awal
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (“Semi-Parlementer”) yang pertama,
sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih
demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri
untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering
disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan
partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal
yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa
UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan
Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi
pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia
Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di
antara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat
melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Periode 21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen)
yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sejarah Pancasila
Isi dari pancasila itu sendiri tertuang dalam isi pidato Mr. Muh Yamin pada
tanggal 29 mei 1945 yakni :
1. pri kebangsaan,
2. pri kemanusiaan,
3. pri ketuhanan,
4. pri kerakyatan
5. pri kesejahteraan.
Proklamasi juga memiliki hubungan yang erat dengan lahirnya pancasila karena
proklamasi merupakan titik kuliminasi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperoleh kemerdekaanselain itu proklamassi juga dianggap sebagai konsekuensi
bangsa Indonesia yang telah merdeka dan menyamakan kedudukannya dengan bangsa
lain selain itu juga merupakan konsekuensi keluar yakni menyebarkan pemberitaan
tentang kedaulatan atau kemerdekaan terhadap bangsa lain.
Pancasila juga dapat bersifat objektif dan subjektif. bersifat objektif artinya
nilai – nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara – negara lain, tentunya
tidak dengan nama pancasila. Sedangkan bersifat subjektif artinya bahwa nilai – nilai
pancasila itu terletak pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri yaitu
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai
pancasila itu sendiri merupakan ideologi bagi bangsa Indonesia menjadi landasan ,
dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari – hari dan
dalam kehidupan kenegaraan.
4. Arti dan makna sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwaakilan.
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan – keputusan yang
diambil secara bulat.
5. Arti dan makna sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan berarti adanya persamaaan dan salin menghargai karya orang lain.
Kemkmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
Dinamis dalam arti diupayakan lebih tinggi dan lebih baik.
individu dalam segala bidang. Menurut paham ini titik pusat dalam hidup
ini adalah individu. Karena ada individu maka masyarakat dapat tersusun
dan karena individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat
atau negara harus selalu menghormati dan melindungi kebebasankemerdekaan
individu. Setiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan,
seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan agama.
Sosialisme : (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang
Amandemen UUD’45
Sejak tahun 1999 sampai tahun 2002 majelis permusyawaratan rakyat RI telah
empat kali menetapkan perubahan pasal – pasal yang di ubah dan ada pula pasal –
pasal yang ditambah.
I. Perubahan pertama terhadap pasal UUD’45 ditetapkan pada tanggal 19 oktober
1999.
II. Perubahan Kedua ini dilakukan pada sidang MPR, tepatnya pada tanggal 18 agstus
2000.
III. Perubahan ketiga ditetapkan oleh MPR pada tanggal 9 november 2001.
IV. Perubahan keempat dilakukan pada sidang tahunan MPR bulan agustus 2002.
Dengan ditetapkannya pancasila dan UUD ’45 oleh PPKI mmerupakan modal
berharga untuk mendapatkan pemerintahan RI yang bisa berjalan dengan baik. Namun
sebelum cita – cita itu terwujud bangsa Indonesia harus dihadapkan pada masalah
baru yaitu kehadiran tentara sekutu dan nica ke wilayah Indonesia. Hal itu membuat
pemerintah dan rakyat Indonesia memusatkan perhatian dan upaya mempertahankan
negara kesatuan RI dan sistem pemerintahan berdasarkan UUD’45 belum dapat
dilaksanakan.
Pada awal berdirinya negara ini banyak lembaga tinggi negara belum
terbentuk. Hal ini kemudian diantisipasi dengan aturan peralihan pasal 4. Untuk
memperkuat kedudukan komite nasional Indonesia pusat, maka pada tanggal 16
oktober 1945 dikeluarkannya maklumat wakil presiden nomor X yang isinyaa KNIP
sebagai pembantu presiden menjadi badan yang diberi tugas legislativ dan ikut
menetapkan GBHN.
Maka sejak saat itu Indonesia menjadi negara serikat dengan UUD yang
ditentukan oleh sekkutu dengan paham liberalisme.
Sejak diberlakukannya UUD kris maka Indonesia menjadi negara federal.
Tetapi semangat dan perjuangan bangsa Indonesia untuk mempersatukan republik
Indonesia kembali menjadikan negara RI utuh kembali. Pada tanggal 17 gustus 1950
negara KRIS sudah sepenuhnya menjadi negara RI dengan UUDS 1950 dan system
pemerintahan bersifat perlementer.
Bentuk pemerintahan dan bentuk negara Indonesia menurut pasal 1 UUDS RI
1950 menyatakan :
I. RI yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan
berbentuk kesatuan.
II. Kedaulatan RI adalah di tangan dan dilakukan oleh pemerintah bersama – sama DPR.
Sistem pemerintahan nyang dianut oleh UUDS 1950 adalah parlementer
dengan menggunakan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana
mentri. Pada saat mulai berlakunya UUDS 1950 badan legislatif yang ada adalah DPR
ssementara yang terdiri dari gabungan DPR RIS ditambah dengan anggota dan ketua
BPKNIP ditambah dengan anggota atas penunjukan presoden.
Menyatakan perang
Sedangkan dalam sistim presidensial presiden memiliki fungsi sebagai kepala
pemerintahan yaitu bertugas menjalankan semua sistim pemerintahan dalam satu
negara.
Pada perkembangannya dengan adanya UUDS 1950 ini menyebabkan munculnya
banyak masalah dalam pemerintahan negara sehingga presiden soekarno memutuskan
untuk kembali mengguanakan uud 1945 sebagai dasar negara Indonesia dan setelah itu
pada tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang berisi:
ii. Berlakunya kembali UUD’45 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
Dengan adanya dekrit inilah yang menjadi sumber hukum dan
penyelenggaraaan pemerintahan.
c) Pelaksaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru
Pada masa orde lama, seharusnya segala sistem pemerintahan dan
pelaksanaannya sesuai yang di atur dalam UUD 1945. Akan tetapi, dalam
kenyataannya terdapat berbagai penyimpangan.Seperti pengangkatan presiden
soekarno sebagai presiden seumur hidup yang jelas – jelas bertentangan dengan UUD
1945.
d) Masa orde baru ( 11 maret 1966 – 21 mei 1998 )
orde baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara
yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan pancasila dan UUD’45. Tekat
orde baru ialah melaksanakan pancasila dan UUD’45 dengan murni dan konsekuen.
Namun pada masa ini juga terjadi banyak penyimpangan yang dilakukan oleh
pemerintahan Orde Baru. Kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintah juga
cenderung untuk kepentingan golongan.
Alinea pertama
Pada alinea pertama terdapat dua asas pikiran yaitu perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Alinea kedua
Bangsa Indonesia dari dalam terpaksa berjuang untuk merealisir hak
kodrat dan hak morilnya ke merdekaan atas kedauatan sendiri, berhasil membentuk
negara indonesia yang dicita – citakan dan mempunyai sifat – sifat tertentu.
Alenia ketiga
Alenia keempat
Berisi pokok kaidah negara yang fundamental yaitu : fungsi dan tujuan
negara , keharusan adanya undang – undang dasar, adanya asas politik negara yaitu
republik yang berkedaulatan dan adanya asas kerohanian negara.
I. Mempertanggungjawabkan
ditetapkannya UUD
1. Pancasila menjadi dasar visi yang memeberi inspirasi untuk membangun suatu corak
tatanan sosial budaya yang akan datang.
2. Pancasila sebagai nilai – nilai dasar menjadi refrensi kritik sosial budaya.
Pendidikan pada dasarnya adalah pemanusiaan, dan ini memuat hominiasi dan
humanisasi. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan
berbangsa kita adalah melalui pendidikan .
Dengan kelima prinsipnya pancasila menjadi dasar yang cukup integratif bagi
kelompok – kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
7. Kaitan pancasila dengan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui
pluralitas yang membutuhkan kebersamaan.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah,
ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen?
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa.
Terjemahan :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda,
tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Sejarah Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva dilontarkan pada masa
Majapahit. Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana,
ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi perkembangannya. Oleh karena itulah
Nararyya Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu
(Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanagara (Nararyya Murddhaja)
ditahbiskan sebagai JINA (Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra). Inilah fakta bahwa
Singasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerajaan
Majapahit.
Narayya Wijaya sebagai pendiri kerajaan tak lain merupakan kerabat sekaligus
menantu Sang Nararyya Murddhaja (Sri Kertanagara : Raja Singasari terakhir). Sehubungan
bahwa semboyan tersebut embrio dari Singasari yakni pada masa Wisnuwarddhana sang
dhinarmmeng Ring Jajaghu (Candi Jago), maka baik semboyan Bhinneka Tunggal Ika maupun
bangunan Candi Jago kemudian disempurnakan pada masa Majapahit. Oleh sebab itu kedua
simbol (wijaksara dan bangunan) tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban era Majapahit.
Padahal sesungguhnya merupakan hasil proses perjalanan sejarah sejak awal.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva oleh Mpu Tantular
pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu, telah
memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dimana
telah menyadari bahwa menumbuhkan rasa dan semangat persatuan itulah Bhinneka Tunggal Ika
yang akhirnya diangkat menjadi semboyan yang diabadikan dalam lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengertian Garuda Pancasila
diperluas menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan
keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda
kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan Republik Indonesia tercinta. Sesuai makna semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Memberi makna
secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan satu
Negara Republik Indonesia. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun
1951, pada tanggal 17 Oktober dan diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang
Lambang Negara.
Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majahapahit maupun
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama
yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar dalam tegaknya
negara Indonesia.
Sementara semboyan “Tanhana Dharmma Mangrva” digunakan sebagai semboyan
Lambang Pertahanan Nasional (LemHamNas). Makna kalimat tersebut adalah “Tidak ada
kebenaran yang bermuka dua”.
Kemudian oleh LemHaNas semboyan kalimat tersebut diberi pengertian ringkas dan
praktis yakni “Bertahan karena benar” “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua” sesungguhnya
memiliki pengertian agar hendaknya setiap manusia senantiasa berpegang dan berlandaskan pada
kebenaran yang satu. Sebagai bahan catatan, bahwa realitas kemajemukan bangsa adalah warisan
sejarah panjang perjalanan Indonesia selama berabad-abad sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan luas wilayah Nusantara yang hampir 2 juta kilometer persegi, terdiri dari sekitar
13.700 pulau besar dan kecil, lebih dari 300 ragam etnis, dengan adat istiadat, budaya dan
keyakinan agama yang berbeda-beda, menyimpan potensi keretakan yang kapan saja bisa
mengemuka apabila tidak ada alasan atau raison de’etre sebagai bangsa untuk bersatu.
Bahwa raison de’etre untuk menjadi satu bangsa, bukan sekedar perasaan subjektif para
pendiri bangsa menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, melainkan mendapatkan pijakan sejarah
selama berabad-abad seperti yang telah dibuktikan.
Dan kesadaran sebagai putra-putri dari sebuah bangsa besar yang telah melahirkan
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, kiranya menjadi tugas sejarah untuk terus memperjuangkan,
menjaga dan mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia dan menjadi obor penyuluh, ketika
sebagian anak-anak bangsa mulai dijangkiti penyakit sektarian sempit, fanatisme agama dan
egoisme kelompok serta golongan yang hanya akan mengorbankan persatuan dan kesatuan
bangsa.
Dalam situasi tersebut, kita harus memahami perjalanan sejarah, dengan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rumah kita bersama dengan mempertaruhkan:
Bhinneka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi Tetap Satu Jua”. Merdeka!!!