Anda di halaman 1dari 4

Jumatul Fajar: Jumatul Fajar

Nim: 2102112362
Matkul: Pend Pancasila

1. Kedudukan Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Ketatanegaraan RI

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum sudah mendapatkan legitimasi secara yuridis
melalui TAP MPR Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber
Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang Republik Indonesia.
Setelah reformasi, keberadaan Pancasila tersebut kembali dikukuhkan dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Peraturan Perundang-Undangan. Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memberi
makna bahwa sistem hukum nasional wajib berlandaskan Pancasila. Akan tetapi, keberadaan
Pancasila tersebut semakin tergerus dalam sistem hukum nasional. Hal demikian dilatarbelakangi
oleh tiga alasan yaitu: pertama, adanya sikap resistensi terhadap Orde Baru yang memanfaatkan
Pancasila demi kelanggengan kekuasaan yang bersifat otoriter. Kedua, menguatnya pluralisme
hukum yang mengakibatkan terjadinya kontradiksi-kontradiksi atau disharmonisasi hukum.
Ketiga, status Pancasila tersebut hanya dijadikan simbol dalam hukum. Untuk itu, perlu dilakukan
upaya-upaya untuk menerapkan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dalam sistem
hukum nasional yaitu: pertama, menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran hukum agar tidak
terjadi lagi disharmonisasi hukum akibat diterapkannya pluralisme hukum. Kedua, mendudukkan
Pancasila sebagai puncak peraturan perundang-undangan agar Pancasila memiliki daya mengikat
terhadap segala jenis peraturan perundang-undangan sehingga tidak melanggar asas lex superiori
derogat legi inferiori.

2. Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dan Kedudukannya dalam Tertib Hukum Indonesia

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah hukum dasar tertinggi yang berlaku di Indonesia yang
terdiri atas pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.

Pada pembukaan terdiri atas empat alinea yang merupakan pokok kaidah fundamental atau norma
dasar.

Pembukaan UUD 1945 mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada
di seluruh dunia.

Nilai-nilai tersebut mampu menampung dinamika masyarakat sehingga akan tetap menjadi landasan
perjuangan bangsa dan negara selama Indonesia masih setia terhadap proklamasi 17 Agustus 1945.

Bagaimana kedudukan Pembukaan UUD 1945 di Indonesia?


Dalam buku Spiritualisme Pancasila (2018) karya Fokky Fuad Wasitaatmadja, pembukaan UUD 1945
bagi bangsa Indonesia merupakan sumber motivasi dan aspirasi, tekad dan semangata bangsa
Indonesia.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 merupakan satu rangkaian utuh dengan proklamasi kemerdekaan.

Maka Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah. Jika pembukaan diubah, berati mengubah hakikat
negara Indonesia yang sudah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Pokok-pokok pikiran

Dalam Pembukaan UUD 1945 memuat pokok-pokok kaidah negara fundamental yang menerangkan
hakikat negara Indonesia.

Berikut pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945:

 Negara persatuan, negara mengatasi segala paham golongan dan perorangan, negara
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Negara hendak mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara menganut paham
negara kesejahteraan.
 Negara yang berkedaulatan rakyat. Negara Indonesia adalah negara demokrasi.
 Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Negara melindungi kehidupan beragama, bukan negara ateis.

Indonesia sebagai suatu negara, sejak dikumandangkan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan disahkan
UUD pada 18 Agustus 1945.
Indonesia telah meletakkan pandangan hidup bangsanya sebagaimana dapat dilihat dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945.

Pada alinea keempat menegaskan tentang fungsi dan tujuan negara Indonesia, bentuk negara, dan dasar
falsafah negara Indonesia.

Berikut bunyi alinea keempat:

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Pernyataan yang terkandung di dalam alenia keempat UUD 1945 memberikan arti bahwa fungsi,
tujuan, dan bentuk negara Indonesia dilandaskan kepada makna filosofis yang terkandung di dalam
kalimat sesudah kata-kata "dengan berdasar kepada".

Kedudukan UUD 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis. Selain hukum dasar yang tertulis, ada
hukum dasar yang bersifat tidak tertulis yang biasa disebut dengan nama konvensi.

Konvensi merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara (dilakukan terus menerus dan
berulang-ulang) dalam praktik penyelenggaraan negara.

Tidak bertentangan dengan UUD 1945, dan pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dalam
praktik penyelenggaraan negara.

Dalam kedudukannya, UUD 1945 berfungsi sebagai:

 Norma hukum

UUD 1945 bersifat mengikat terhadap pemerintah, setiap lembaga negara maupun warga negara dan
penduduk Indonesia.

 Hukum dasar

UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi, artinya setiap produk hukum harus berlandaskan UUD
1945 dan sebagai alat kontrol, yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan
UUD 1945.

3. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sesudah Amandemen UUD NRI Tahun 1945!

Sampai sekarang Undang-undang Dasar 1945 telah mengalami empat kali amandemen. Dalam
amandemen pertama yang disahkan tanggal 19 Oktober 1999, Pasal 5 ayat (1) dirubah dan berbunyi :
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan
Pasal 20 Undang-undang Dasar 1945 pasca amandemen dirubah dan berbunyi sebagai berikut :

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapatkan persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilkan Rakyat masa itu.

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang.

Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang- undang dan wajib diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai