Selama sistem ini berjalan, UUD 1945 tidak mengalami perubahan secara tekstual.
Pada tanggal 3 November 1945 dikeluarkan maklumat pemerintah tentang keinginan
untuk membentuk partai-partai politik, sehingga berlakulah sistem parlementer
sekaligus sistem multipartai.
Dalam periode ini terjadi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kembalinya belanda
ke indonesia maupun pemberontakan-pemberontakan di tanah air. Selain itu terjadi
pula jatuh bangun kabinet yang menunjukkan pemerintahan gagal dalam
berdemokrasi.
Gangguan dan luar, yakni datangnya lentara Sekutu yang diboncengi Belanda
uniuk merebut kemhali Indonesia.
Gangguan dan dalam, yaitu
a. Keherhasilan Belanda mcrnbentuk negara-negara boneka yang ingin merdeka
(politik deivide et impera);
b. Adanya gerakan separatis, seperti PKI Muso:
c. Belum ada Tentara Nasional Indonesia yang kokoh, kuat, dan kompak;
d. Beragamnya ideologi partai politik yang berakibat penerimaan terhadap UUD
1945 hanya hersifat formal, bukan material.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 dibuat atas
dasar usul BP-KNIP untuk membuat suatu maklumat guna menunjukkan kepada
dunia Internasional, khususnya pihak Sekutu, bahwa Indonesia yang baru saja
merdeka adalah demokrasi bukan negara Fasis buatan Jepang. Dalam kondisi politik
yang belum stabil, usul BP-KNIP tersebut dengan mudah diterima oleh pemerintah.
Maklumat Pemerintah No. X dikeluarkan pada tanggal 16 Oktober 1945 dan
ditandatangani oleh Wakil Presiden Moh. Hatta dalam Kongres.
Isi maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini:
a) Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan turut
serta dalam menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
b. Mempersiapkan
rakyat negara disegala lapangan politik, ketrentaman, ekonomi, dan sosial untuk
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
c. Menyusun
pemerintahan pusat dan daerah yang demokratis.
d. Berusaha
segiat-giatnya untuk menyempurnakan pembagian makanan dan pakaian.
e. Tentang perusahaan dan perkebunan hendaklah
diambil tindakan-tindakan oleh pemerintah seperlunya sehingga memenuhi
maksud
sebagaimana termaktub dalam UUD pasal 33
Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara angkatan perang dengan
kepolisian negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI). Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan
untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan
menjauhkan pengaruh dari kelompok politik tertentu.