Anda di halaman 1dari 19

1945 - 1949

DEMOKRASI 1945 - 1949

• Tahun 1945-1949 merupakan masa pemerintahan revolusi


kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan adalah sebuah konflik
bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik
Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda. Rangkaian
peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga pengakuan
kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 29
Desember 1949.
Dampak revolusi kemerdekaan bagi pelaksanaan demokrasi di
Indonesia adalah elemen-elemen demokrasi belum dapat
sepenuhnya terlaksana di Indonesia, karena Indonesia masih
terfokus untuk mempertahankan kemerdekaan dalam revolusi
kemerdekaan, dimana Belanda masih ingin menguasai Indonesia.
• Pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers
atau media yang mendukung revolusi kemerdekaan.
• Jadi, revolusi kemerdekaan berisi pertentangan antara Republik
Indonesia yang ingin mempertahankan kemerdekaan dengan
Belanda yang masih ingin memiliki Indonesia dan dampaknya bagi
Indoneisa adalah belum bisa menjalankan pemerintahan
demokratis secara sempurna seperti yang sudah direncanakan,
dikarenakan masih terfokus untuk memenangkan revolusi
kemerdekaan itu.
Sistem pemerintahan pelaksanaan demokrasidi
Indonesia pada periode 1945 - 1949

• Pada masa ini ternyata masih terbagi ke dalam


dua periode, yakni:

a. 18 Agustus 1945 - 14 November 1945 dimana


berlaku sistem pemerintahan Presidensiil.
b. 14 November 1945 - 27 Desember 1949
dimana berlaku sistem pemerintahan
Parlementer
Kemunculan partai politik

• Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan,


banyak partai politik yang bermunculan. Hal ini
dikarenakan adanya Maklumat Pemerintah Republik
Indonesia 3 November 1945.
• "Berhubung dengan usul Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat kepada Pemerintah, supaya
diberikan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya
untuk mendirikan partai-partai politik, dengan
restriksi bahwa partai-partai politik itu hendaknya
memperkuat perjuangan kita mempertahankan
kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat,
Pemerintah menegaskan pendiriannya yang telah
diambil beberapa waktu yang lalu, bahwa:
• 1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dengan
adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala
aliran paham yang ada dalam masyarakat.
2. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun,
sebelum dilangsungkannya pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan
Rakyat pada bulan Januari 1946.“
• Jadi, maksud dikeluarkannya maklumat tersebut yakni memberitahukan
bahwa pemerintah menyetujui adanya kemunculan berbagai partai
politik asalkan fungsi utamanya adalah ikut serta memenangkan revolusi
kemerdekaan dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta
menanamkan semangat anti penjajahan.
10 partai politik

• Setelah dikeluakannya maklumat itu, secara resmi muncul 10 partai politik, yaitu :
1. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
, yang dipimpin oleh Dr. Soekiman Wirjosandjoyo, berdiri 7 November 1945.
2. PKI (Partai Komunis Indonesia)
, yang dipimpin oleh Mr. Moch. Yusuf, berdiri 7 November 1945.
3. PBI (Partai Buruh Indonesia)
, yang dipimpin oleh Njono, berdiri 8 November 1945.
4. Partai Rakyat Jelata
, yang dipimpin oleh Sutan Dewanis, berdiri 8 November 1945.
5. Parkindo (Partai Kristen Indonesia)
, yang dipimpin oleh Ds. Probowinoto, berdiri 10 November 1945.
6. PSI (Partai Sosialis Indonesia)
, yang dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifuddin, berdiri 10 November 1945.
• 7. PRS (Partai Rakyat Sosialis)
, yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, berdiri 20 November 1945.
8. PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia)
, yang dipimpin oleh I.J. Kasimo, berdiri 8 Desember 1945.
9. Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia)
, yang dipimpin oleh J.B. Assa, berdiri 17 Desember 1945.
10. PNI (Partai Nasional Indonesia)
, yang dipimpin oleh Sidik Djojosukarto, berdiri 29 Januari 1946.
• PNI didirikan sebagai hasil penggabungan antara PRI (Partai Rakyat
Indonesia), Gerakan Republik Indonesia, dan Serikat Rakyat Indonesia, yang
masing-masing telah berdiri antara bulan November dan Desember 1945.
Perubahan sistem kabinet

• Berubahnya sistem kabinet Presidensiil menjadi sistem kabinet


Parlementer didasarkan atas usul badan pekerja KNIP yakni pada
tanggal 11 November 1945. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya
Maklumat Pemerintah Republik Indonesia tanggal 14 November 1945.
• Ada beberapa alasan diubahnya sistem pemerintahan Presidensiil
menjadi Parlementer :
1. Karena sistem pemerintahan ini dianggap sebagai cermin
demokrasi Indonesia.
2. Langkah ini salah satunya berfungsi untuk mengurangi kekuasaan
presiden sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan tertinggi di
negara, karena dengan keharusan Presiden untuk melapor atau
bertanggung jawab kepada Parlemen menunjukkan bahwa Presiden
tidak absolut sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
3. Veto tak percaya dari BP-KNIP terhadap kabinet yang ada, usulan
dari BP-KNIP kepada pemerintah
4. Anggapan bahwa sistem presindensil menjadikan kekuasaan
presiden menjadi tak terbatas.
usulan badan pekerja KNIP

• usulan dari BP-KNIP kepada pemerintah yang disiarkan dalam


pengumuman Badan Pekerja KNIP No. 5 tahun 1945 tanggal 11
November 1945 yang berbunyi :
“Supaya lebih tegas adanya kedaulatan rakyat dalam susunan
pemerintahan Republik Indonesia, maka berdasarkan pasal IV
Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar yang dirubah, badan
Pekerja dalam rapatnya telah membicarakan soal
pertanggungjawaban para Menteri kepada Badan perwakilan
Rakyat (menurut sistem sementara kepada Komite Nasional
Pusat)”
bunyi Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 14
November 1945

• “Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian


yang hebat dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari
usahanya menegakkan diri, merasa bahwa saat sekarang sudah
tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna
menyempurnakan tata usaha Negara kepada susunan demokrasi.
Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru
itu ialah, tanggungjawab adalah di dalam tangan Menteri.”
Bagaimana keadaan setelah sistem kabinet diubah ?

• 1. Perbedaan mendasar berkenaan dengan Kepala Negara dan Kepala


Pemerintahannya. Sistem pemerintahan Presidensil, Presiden sebagai Kepala
Negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Sedangkan pada sistem pemerintahan
Parlementer, Presiden berperan sebagai Kepala Negara dan Perdana Menteri
lah
yang berperan sebagai Kepala Pemerintahan.
2. Sistem pemerintahan Presidensil yang ada di Indonesia tidak berlangsung lama.
Hanya di awal kemerdekaan, yaitu sejak 12 September 1945 sampai 14 November
1945. Sementara sejak 14 November 1945, dengan dikeluarkannya maklumat
tersebut, secara gamblang Indonesia menjadikan dirinya sebagai negara kabinet
Parlementer di mana Presiden bertanggung jawab kepada Parlemen (KNIP) yang
berfungsi sebagai badan Legislatif, sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam
UUD 1945 (sebelum amandemen) & Maklumat Wakil Presiden No.X 16 Oktober 1945
yang menyebutkan KNIP sebagai fungsi Legislatif.
3. Perdana Menteri pertama Indonesia adalah Sutan Syahrir.
4. Dalam kabinet ini Menteri-Menteri tidak lagi menjadi pembantu dan
bertanggung jawab kepada Presiden, tetapi bertanggung jawab kepada KNIP
5. KNIP menjadi lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai
badan Legislatif
• Isi Maklumat Wakil Presiden No.X 16 Oktober 1945
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945
tentang perubahan fungsi KNIP dari pembantu menjadi badan yang
diserahi kekuasaan legislatif dan ikut serta menetapkan GBHN
sebelum terbentuknya MPR, DPR, dan DPA

• Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 (sebelum amandemen)


"Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut
Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional."
RI MENJADI RIS
• Bagi bangsa Indonesia, hak untuk menentukan nasib sendiri
merupakan hak yang harus dipertahankan dan diperjuangkan.
Sebagai konsekuensinya, banyak perlawanan-perlawanan dari
rakyat kepada tentara sekutu dan NICA dimana-mana.
Terbukti dengan adanya pertempuran di Bandung, Surabaya,
dan tempat-tempat lain yang mereka datangi.
Munculnya perlawanan-perlawanan sengit tersebut memaksa
Belanda melakukan perundingan dan perjanjian dengan
Indonesia. Akhirnya setelah melalui perjuangan panjang,
Belanda mau mengakui kedaulatan Indonesia dengan
disetujuinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada
tanggal 27 Desember 1949 di Istana Dam, Amsterdam.
Namun, bangsa Indonesia harus menerima berdirinya negara
yang tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan kehendak
UUD 1945, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia
berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat
berdasarkan konstitusi RIS.
Bagaimana isi perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB)
yang disetujui pada tanggal 27 Desember 1949


1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas
Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia
Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat
ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia
Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat
2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu
atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja;
rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada
Keradjaan Nederland.
3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja
pada tanggal 30 Desember 1949
Suasana KMB (Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949
Suasana KMB (Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949

Penandatanganan hasil KMB di Gedung Parlemen Belanda


pada 27 Desember 1949
Apa itu Konstitusi RIS ?

• Sedikit mengenai Kontitusi RIS


Konstitusi Republik Indonesia Serikat, atau lebih
dikenal dengan atau Konstitusi RIS adalah konstitusi
yang berlaku di Republik Indonesia Serikat sejak
tanggal 27 Desember 1949 (yakni tanggal diakuinya
kedaulatan Indonesia dalam bentuk RIS) hingga
diubahnya kembali bentuk negara federal RIS menjadi
negara kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sejak tanggal 17 Agustus 1950, konstitusi yang
berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan
sebutan UUDS 1950.
• Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan
demokrasi pada periode ini, tapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
dasar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia untuk masa selanjutnya,
antara lain :
1. Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh tanpa ada diskriminasi yang
bersumber dari ras, agama, suku, dan kedaerahan.
2. Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi seorang
diktator, dibatasi kekuasaannya ketika KNIP dibentuk untuk menggantikan
parlemen
3. Dengan maklumat Pemerintah, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah
partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di
Indonesia untuk masa-masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik
kita.

Anda mungkin juga menyukai