Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROSTITUSI ONLINE MENGANCAM UMAT ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Rahma Yuliana (06111182126016)


Salsabil Fardha Ramadita (06111182126012)
Sariya Melati (06111282126029)
Safia Puteri Melati (06111282126053)

Dosen Pengampu:
Moh. Fuadi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Prostitusi Online Mengancam Umat Islam"
dengan baik, meskipun dapat dipastikan masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak terutama kepada Bapak
Moh. Fuadi, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Sehingga mampu menambah wawasan kami.
Besar harapan kami makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai prostitusi online mengangancam umat islam. Kami menyadari
bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Indralaya, 09 Oktober 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................................. 1

BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
2.1 PENGERTIAN PROSTITUSI ONLINE ............................................................. 2
2.2 FAKTOR PENYEBAB PROSTITUSI ONLINE ................................................ 4
2.3 HUKUM MELAKUKAN PROSTITUSI MENURUT ISLAM ........................... 6
2.4 SANKSI PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM ....................... 8

BAB III
PENUTUP ...................................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 11
B. SARAN ............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, pengetahuan seseorang tentang komputer
semakin meningkat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi memang
membawa dampak yang besar terhadap kehidupan manusia zaman ini. Kecanggihan
teknologi membuat informasi yang ada dari belahan dunia pun segera bisa diakses atau
didapatkan, apalagi dengan adanya internet. Perkembangan internet pada satu sisi ia
berdampak positif yang berfungsi untuk memudahkan manusia dalam berinteraksi, dan
bertukar informasi dalam aktifitasnya. Pada sisi lain ia berdampak negatif yaitu
berbagai muatan pornografi dan perilaku asusila. Perkembangan internet yang semakin
canggih mengakibatkan munculnya kejahatan melalui jejaringan internet (cyber crime).
Salah satu jenis kejahatan ini adalah prostitusi melalui internet atau prostitusi online.
Prostitusi merupakan masalah yang sangat rumit dan banyak hal yang berhubungan
didalamnya. Dampak prostitusi bukan hanya berdampak pada pelakunya saja tetapi
berimbas pada masyarakat luas. Agama sebagai pedoman dalam hidup sama sekali
tidak dihiraukan oleh mereka yang terlibat di dalam praktek prostitusi ini dan benar-
benar merupakan perbuatan yang dilarang agama. Islam memandang bahwa perbuatan
prostitusi merupakan perbuatan tercela dan termasuk dalam dosa besar dan mempunyai
sanksi yang besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prostitusi ?
2. Mengapa prostitusi online bisa terjadi ?
3. Mengapa prostitusi online dapat mengancam umat islam?
4. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap prostitusi online?
5. Bagaimana sanksi prostitusi online dalam hukum islam?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari prostitusi
2. Mengetahui mengapa prostitusi online itu terjadi
3. Mengetahui mengapa prostitusi online dapat mengancam umat islam
4. Mengetahui pandangan hukum islam pada prostitusi online
5. Mengetahui sanksi prostitusi online dalam hukum islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PROSTITUSI ONLINE

Prostitusi di Indonesia dianggap sebagai kejahatan terhadap moral/kesusilaan.


Kegiatan prostitusi adalah suatu kegiatan yang ilegal dan bersifat melawan hukum. Ia sudah
ada sejak dahulu kala di suatu masyarakat dan dapat dikatakan sebagai suatu penyakit
masyarakat. crime atau kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan, merugikan masyarakat, dan pelanggaran hukum serta undang-undang
pidana.(Kartini kartono, 2007)
Prostitusi atau disebut juga dengan perbuatan yang berasal dari kata lacur yang malang
berarti, celaka, sial, gagal , atau buruk. Pelacur adalah melacur, sundal, wanita tuna
susila.(W.J.S Poerdarmita,1984) Kata prostitusi perempuan yang berasal dari kutipan Latin
prostituere yang artinya menyerahkan diri dengan terang-terangan. Secara etimologi, pernah
pula dengan kutipan prostare, artinya: menjual, menjajakan. Perkataan itu sejak zaman dahulu
telah dipakai dalam perpustakaan Yunani Romawi untuk wanita-wanita yang menjual
tubuhnya.
Prostitusi adalah suatu gejala yang terdapat di seluruh dunia dengan cara yang sangat
berlainan. Di sebagian besar negeri, mempermainkan itu dilakukan secara gelap di rumah-
rumah mempermainkan dan di rumah-rumah "pertemuan". (B. Simandjuntak,1980)
Prostitusi ialah kemasyarakatan di mana wanita menjual diri melakukan perbuatan-
perbuatan seksual sebagai mata pencaiian. Pada definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa
penjualan diri sebagai “profesi” atau mata pencaiian sehaii-hari, dengan jalan melakukan relasi-
relasi seksual.
Jadi yang dimaksud prostitusi online itu sendiri adalah gejala kemasyarakatan di mana
wanita menjual diri, melakukan perbuatan seksual sebagai mata pencaharian dan media sosial
sebagai alat untuk membantu bernegosiasi harga dan tempat dilakukannya prostitusi tersebut.

Mereka yang terlibat dalam praktek prostitusi online adalah:

1. Mucikari
Mucikari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah induk semang bagi
perempuan lacur atau germo. Namun pemahaman masyarakat secara luas adalah orang
yang berperan sebagai pengasuh, perantara, dan pemilik pekerja seks komersial (PSK).
Dalam kebanyakan bisnis seks, khususnya yang bersifat massal, pekerja seks biasanya
tidak berhubungan langsung dengan pengguna jasa. Mucikari berperan sebagai
penghubung kedua pihak ini dan akan mendapat komisi dari penerimaan PSK yang
prosentasenya dibagi berdasarkan perjanjian. Mucikari biasanya amat dominan dalam
mengatur hubungan ini, karena banyak PSK yang berhutang budi kepadanya. Banyak PSK
yang diangkat dari kemiskinan oleh mucikari, walaupun dapat terjadi eksploitasi oleh
mucikari kepada anak asuhnya. Seperti ini pula mucikari dalam dunia prostitusi onllne,

2
mereka hanya sebagai penghubung antara pekerja seks komersial dengan lelaki hidung
belang.

2. Pekerja seks komersial (PSK)

PSK atau yang disebut dengan pelacur adalah praktek hubungan seksual sesaat, yang
kurang lebih dilakukan dengan siapa saja untuk imbalan berupa uang.PSK dalam dunia
online ada macamnya, ada yang secara langsung tanpa adanya perantara mucikari dengan
menawarkan diri dan ada yang memang menggunakan pihak lain dalam hal ini adalah
seorang mucikari.
3. Pihak penyewa jasa PSK
Dari semua pihak yang disebutkan, pihak penyewa inilah yang menjadi titik
permasalahan terjadinya transaksi prostitusi onllne. Walaupun tentu pihak lain juga
memberikan dorongan hingga terjadinya praktek prostitusi ini. Namun pihak penyewa
inilah yang menjadi target bagi pemilik website atau forum prostitusi online untuk
menyewa PSK darinya.
Cara Kerja Prostitusi Online
Para pelaku prostitusi online, baik pada gadis ABG maupun para pria hidung belang,
mengaku lebih suka memilih cara online dari pada datang langsung dan memilih-milih di
jalanan. Dengan sistem online semuanya menjadi lebih mudah bahkan tinggal memilih
jenis dan ukuran harga yang diinginkan. Para wanita panggilan kerap sekali menggunakan
media sosial seperti twitter dan Facebook untuk mempromosikan dirinya kepada para
lelaki hidung belang yang hendak mencari kepuasan ranjang. Setelah berhubungan melalui
£twitter atau facebook kemudian percakapan serius dilanjutkan dengan BBM atau
Whatsapp.
Mengapa para gadis ABG ini lebih memilih cara seperti ini lantaran lebih mudah
dan lebih aman, seperti ini mekanisme cara kerja prostitusi online di antaranya yaitu:

1. Pekerja seks komersial akan mempromosikan dirinya melalui media sosial.


2. Pria hidung belang menemukan iklan PSK tersebut kemudian berhubungan melalui
media sosial dan disambungkan dengan BBM atau Whatsapp setelah ada kata deal
ingin bertemu.
3. Biasanya, sebelum deal, pria hidung belang diharapkan memberi Dp (uang muka)
terlebih dahulu untuk meyakinkan PSK
4. Dalam iklan yang dipromosikan di media sosial, para PSK sudah menemukan secara
detail layanan yang akan diterima oleh para pria hidung belang tersebut
5. Setelah berhubungan melalui BBM atau arsapp, maka akan ditentukan di mana tempat
pelaksanaannya.
6. Setelah selesai, biasanya lelaki hidung belang akan langsung meminta nomor
handphone untuk mempermudah memanggilnya kembali suatu saat jika
membutuhkan.

3
2.2. FAKTOR PENYEBAB PROSTITUSI ONLINE

Ditempat-tempat pelacuran kebanyakan perempuan berusia 18-30 tahun yang merupakan


masa dewasa awal. (Hurlock, 1994) mengatakan pada usia sekitar 18-30 tahun (masa dewasa
awal) secara psikologis manusia memiliki tugas-tugas perkembangan seperti mulai bekerja,
memilih pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak,
mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan mencari
kelompok sosial yang menyenangkan. Perempuan muda pada masa dewasa awal mempunyai
tugas perkembangan yang sangat tampak pada diri seorang PSK yaitu mulai bekerja. Dalam
pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan “Tiaptiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti bahwa setiap
individu sebagai anggota warga Negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta kehidupan
yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut diatas
berlaku juga bagi PSK, mengingat PSK juga termasuk anggota warga Negara yang mempunyai
kesamaan hak dan kewajiban seperti masyarakat lain pada umumnya untuk mendapatkan
pekerjaan dan kehidupan yang layak.

Kartono (2007) menyatakan bahwa sebagai tindakan immoral, pelacuran yang dilakukan
oleh para perempuan yang memiliki usia masih muda umumnya disebabkan oleh:

a. Faktor ekonomi, karena tekanan ekonomi, terpaksa mereka menjual diri untuk memenuhi
kebutuhan hidup.

b. Faktor biologis atau seksual, adanya kebutuhan biologis yang besar yaitu kebutuhan seks
yang tinggi, tidak puas akan pemenuhan kebutuhan seks.

c. Faktor sosial budaya, dapat mendukung timbulnya pelacuran yang mengakibatkan


permasalahan pada tatanan budaya dan adat masyarakat.

d. Faktor kebodohan sosial, karena tidak memiliki pendidikan dan inteligensi yang memadahi
sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat intelektualitaspun akan rendah, dengan demikian
akan menimbulkan ketidakmampuan diri dalam mengikuti arus perkembangan sosial di segala
bidang.

e. Faktor lingkungan keluarga, keluarga sebagai basis utama pendidikan moralitas individu
akan memegang peranan penting dalam proses pendewasaan diri.

La Pona (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa faktor pendorong memilih


berprofesi sebagai PSK adalah:

a. Terbatasnya lapangan pekerjaan dan sulitnya memperoleh pendapatan yang memadai


(54%).

b. Menyenangi pekerjaan sebagai PSK (27%).

4
c. Dikecewakan pacar atau suami (10%).

d. Terpaksa karena ada ancaman dari suami, suami kontrak atau pacar (5%).

e. Setiap saat membutuhkan pemenuhan kepuasan seksual (3%).

Saptari (2007) mengungkapkan bahwa ada 3 faktor yang mendorong seseorang untuk
masuk dalam dunia pelacuran, yaitu:

a. Keadaan ekonomi atau kondisi kemiskinan.

b. Pandangan akan seksualitas yang cenderung menekankan arti penting keperawanan


sehingga tidak memberi kesempatan bagi perempuan yang sudah tidak perawan kecuali masuk
dalam peran yang diciptakan untuk mereka.

c. Karena sistem paksaan dan kekerasan.

Koentjoro (2004) menjelaskan ada lima faktor yang melatarbelakangi seseorang


menjadi pekerja seks komersial, yaitu:

a. Materialisme
Materialisme yaitu aspirasi untuk mengumpulkan kekayaan merupakan sebuah
orientasi yang mengutamakan hal-hal fisik dalam kehidupan. Orang yang hidupnya
berorientasi materi akan menjadikan banyaknya jumlah uang yang bisa dikumpulkan dan
kepemilikan materi yang dapat mereka miliki sebagai tolak ukur keberhasilan hidup.
Pandangan hidup ini terkadang membuat manusia dapat menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan materi yang diinginkan.
b. Modeling
Modeling adalah salah satu cara sosialisasi pelacuran yang mudah dilakukan dan
efektif. Terdapat banyak pelacur yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan di komunitas
yang menghasilkan pelacur sehingga masyarakat dapat dengan mudah menemukan model.
Masyarakat menjadikan model ini sebagai orang yang ingin ditiru keberhasilannya. Sebagai
contoh dalam dunia pelacuran, ada seorang PSK yang kini sukses dan kaya sehingga memicu
orang di sekitarnya untuk meniru kegiatan PSK.
c. Dukungan orangtua
Dalam beberapa kasus, orangtua menggunakan anak perempuannya sebagai sarana
untuk mencapai aspirasi mereka akan materi. Dukungan yang diberikan oleh orangtua
membuat anak lebih yakin untuk menjadi PSK. Dalam hal ini, terkadang orangtua termasuk
dalam anggota dunia prostitusi. Misal, seorang ibuadalah PSK dan anak perempuan dipaksa
ibunya untuk menjadi PSK pula.
d. Lingkungan yang permisif
Jika sebuah lingkungan sosial bersikap permisif terhadap pelacuran berarti kontrol
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan jika suatu komunitas sudah lemah kontrol
lingkungannya maka pelacuran akan berkembang dalam komunitas tersebut. Lingkungan
sosial adalah faktor penting yang dapat mempengaruhi perilaku manusia, maka dari itu

5
masyarakat harus menciptakan lingkungan yang sehat agar terhindar daripenyakit
masyarakat.
e. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi adalah alasan klasik seseorang untuk menjadi PSK. Faktor ini lebih
menekankan pada uang dan uang memotivasi seseorang PSK. Tekanan ekonomi, faktor
kemiskinan, menyebabkab adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk
mempertahakan kelangsungan hidupnya, dan khususnya dalam usaha mendapatkan status
sosial yang lebih baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan wanita terjerumus dalam dunia pelacuran. Faktor yang paling kuat adalah
faktor ekonomi. Wanita-wanita cenderung ingin hidup mewah dan berkecukupan, tetapi juga
malas untuk bekerja, maka memilih pekerjaan menjadi PSK.

2.3. HUKUM PROSTITUSI ONLINE DALAM ISLAM


Prostitusi adalah bentuk penghinaan terhadap derajat manusia, khususnya wanita. Oleh
karena itu, Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw yang merupakan sumber hukum Islam
yang paling utama, keduanya telah mengharamkan perbuatan zina atau prostitusi. Prostitusi
adalah mempergunakan badan sendiri sebagai alat pemuas seksual untuk orang lain dengan
mencapai keuntungan. Berbeda dengan perzinahan yang artinya yaitu berhubungan seksual
yang dilakukan atas dasar suka sama suka.(Marzuki Wahid, Fiqh Indonesia: Kompilasi Hukum
Islam dan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam dalam Bingkai Politik Hukum
Indonesia, (Bandung: Marja, 2014), hlm. 38.)
Di dalam hukum Islam tidak ditemukan nomenklatur yang secara implisit menyebut
prostitusi. Prostitusi adalah penyediaan layanan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau
perempuan untuk mendapatkan uang atau kepuasan. Apakah Unsur “layanan seksual” dalam
definisi prostitusi mengandung arti hubungan badan antara lakilaki dan perempuan yang tidak
terikat dengan hubungan pernikahan dapat dipersamakan dengan unsur zina dalam hukum
Islam. Inilah yang menjadi permasahan yang perlu diperjelas status hukumnya, mengingat
dalam hukum pidana nasional, istilah zina dengan prostitusi dibedakan deliknya. Hukuman
pelaku zina terbagi dua, yaitu muhsan (sudah menikah) dihukum dengan cara dirajam dan ghair
muhsan (belum menikah) dengan cara dijilid. (Munajat Makhrus, Dekonstruksi Hukum Pidana
Islam, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004), hlm.93.)
Di dalam hukum Islam, hukuman zina dibagi berdasarkan status seseorang tersebut.
Yaitu :
(1) pezina muhsan,
(2) pezina ghairu muhsan, dan
(3) pezina dari orang yang berstatus hamba sahaya.
Seseorang dikatakan pezina muhsan jika ia melakukan zina setelah melakukan hubungan
seksual secara halal (sudah menikah atau pernah menikah). Hukuman atas pezina muhsan ini
menurut jumhur Ulama adalah dirajam. Pezina ghairu muhsan adalah orang yang melakukan
zina tetapi belum pernah melakukan hubungan seksual secara halal sebelumnya. Pezina ini
dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan keluar kampung selama satu tahun. Adapun
hukuman bagi pezina hamba sahaya, jika hamba sahaya itu perempuan dan pernah menikah

6
(muhsan), hukuman hadd-nya 50 kali cambukan. (Ziba Mir-Hosseini, Memidanakan
Seksualitas: Hukum Zina sebagai Kekerasan terhadap Perempuan dalam Konteks Islam,
www.stop-killing.org. 2017.)

Analisis Pandangan Hukum Islam Terhadap prostitusi online:


1. Dilihat dari segi Illat hukumnya
Illat adalah sifat dan keadaan yang melekat pada dan mendahului peristiwa/perbuatan
hukum yang terjadi dan menjadi sebab hukum. Disebut illat apabila memenuhi syarat yaitu
nyata, pasti, berupa sifat yang sesuai dengan kemungkinan hikmah hukum, dan berupa sifat
yang diterapkan pada masalah-masalah selain al-
ashlu.(http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/memahami-konsep-illat/ di unduh pada 23 Juni 2017)
Prostitusi online merupakan suatu perbuatan nyata dan pasti yang mengakibatkan
seseorang mendapat rangsangan dan kenikmatan. Prostitusi online tersebut dilakukan tanpa
terjadi kontak tubuh langsung yang berakibat nyata. Sehingga illat pada prostitusi online adalah
adanya perbuatan oleh pelaku meski tidak terjadi persetubuhan. Tetapi, akibat dari
perbuatannya dan yang telah dilakukan adalah nyata.(Adami Chazawi, Tindak Pidana
Mengenai Kesopanan, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2005, h. 58)
2. Dilihat dari Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi
sama. Qiyas juga mempunyai sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata
belum ditetapkan pada masa- masa sebelumnya.(https://id.wikipedia.org/wiki/Kias_(Fikih)
diunduh pada 23 Maret 2017)
Prostitusi online mempunyai kesamaan dengan zina karena perbuatan tersebut sama
dalam bentuk persetubuhan. Terdapat perbedaan tipis antara prostitusi online dengan zina yaitu
persetubuhan yang dilakukan tidaklah nyata terjadi dalam prostitusi online tetapi zina ada.
Selain itu, terjadi transaksi pembayaran dalam prostitusi online, sedangkan zina tidak ada.
Tetapi akibat dari persetubuhan antara prostitusi online dan zina itu sama yakni mendapat
kenikmatan yang dilarang dalam agama dan Negara.(Adami Chazawi, loc.cit, h. 61)
Prostitusi online merupakan jenis prostitusi non-komersial, yakni prostitusi dengan
cyber space yurisdiksinya. Jadi, prostitusi online menggunakan website sebagai sarana untuk
mempromosikan, transaksi, dan jual beli jasa seksual kepada klien yang dimiliki mucikari
dengan mendaftar di website yang disediakan mucikari tersebut, klien bisa memilih dan
memesan wanita di website tersebut. Setelah ada kesepakatan antar keduanya, wanita tuna
susila diantar mucikari ke pengguna jasa untuk melakukan persetubuhan, tetapi persetubuhan
tersebut tetap melalui kontak langsung. Prostitusi online ini adalah prostitusi non-komersial
versi pertama. Sedangkan prostitusi non-komersial versi kedua memiliki perbedaan operasi
yakni dilakukan di dunia maya dan tidak ada kontak tubuh langsung. Media yang digunakan
adalah aplikasi seperti Yahoo Massanger, CamFrog, mIRC, Skype, dan lain-lain. Program-
program tersebut digunakan untuk berinteraksi antar pengguna seperti berbincang-bincang
(chat), telepon suara (Voice Call), maupun telepon gambar (Video Call). Cara kerja Wanita
Tuna Susila baik menggunakan aplikasi tersebut ataupun komputer adalah sama. Yang
membedakan adalah cara kerja atau proses dalam bertransaksi, jadi dengan menggunakan

7
aplikasi tersebut para Wanita Tuna Susila dapat berkomunikasi langsung tanpa mucikari dan
proses transaksi pun lebih cepat. (http://rantai-kehidupan.blogspot.co.id/2017/01/uud-tentang-
prostitusi-online.html diakses pada tanggal 9 Juni 2017 pukul 8.35)
Persetubuhan dikatakan zina apabila memenuhi unsur persetubuhan yang diharamkan
dan melawan hukum. Sedangkan prostitusi online hanya memiliki unsur melawan hukum, dan
unsur persetubuhan yang diharamkan tidak ada, dikatakan tidak ada persetubuhan karena
secara fisik tidak terjadi persetubuhan antara klien dan Wanita Tuna Susila. Tetapi dampak
prostitusi online tersebut sama dengan zina yaitu dengan memperlihatkan seluruh tubuh wanita
kepada ‘orang yang bukan mendapat haknya’ menjadikan nilai kesucian dari wanita tersebut
ternodai lebih awal, maka akibat dari prostitusi online termasuk dalam kategori melakukan
persetubuhan. Dan akibat yang ditimbulkan dari prostitusi online adalah klien mendapat
kenikmatan nyata walaupun tidak bersentuhan langsung. Imam Asy-Syafi’i dan Imam Malik
mengharamkan perbuatan masturbasi atau onani atau merangsang alat kelamin sendiri dengan
tujuan mencapai kepuasan tanpa pasangan yang sah. Hal ini sesuai ayat Al-Qur’an :
“Dan mereka yang menjaga kehormatannya (dalam hubungan seksual) kecuali kepada
istri atau hamba sahayanya, maka sesungguhnya mereka tidaklah tercela. Maka barangsiapa
yang menginginkan selain yang demikian, maka mereka adalah orang-orang yang melampaui
batas,” (QS. Al-Mu’minun: 5-7). Menurut para ulama, ayat diatas berarti bahwa kebutuhan
biologis atau dorongan seksual hanya bisa disalurkan kepada istri atau suami yang sah atau
budak yang dimiliki. Di luar dari itu, apabila ada kontak seks atau diperoleh ejakulasi atas
usaha sendiri dengan melakukan masturbasi atau onani, maka usaha tersebut hukumnya haram,
meskipun pelakunya tidak sampai pada tindakan zina dan seks bebas.
Penjelasan Imam Asy-Syafi’i dan Imam Malik akan keharaman onani dalam hukum
Islam diperkuat pula oleh riwayat berikut :
“Ada 7 golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat & Allah tidak
mau mensucikan (tidak mengampuni dosanya) dan Allah tidak mau mengumpulkan mereka
bersama orang yang beramal kebaikan. Dan Allah akan memasukkan mereka ke neraka sebagai
orang-orang yang pertama kali masuk ke neraka, kecuali bahwasanya mereka bertaubat.
Ketujuh Golongan itu ialah:
1) Orang yang berzina dengan tangannya (onani/masturbasi),
2) Orang yang mengerjai & yang dikerjai (gay dan lesbian)
3) Orang yang membiasakan minum arak
4) Orang yang memukul kedua orang tuanya hingga meminta tolong
5) Orang yang menyakiti tetangganya hingga melaknatinya
6) Orang yang berzina dengan istri tetangganya (HR. Al-Baihaqi Fii Si’abul Iman 5232)
(http://www.mohlimo.com/masturbasi-atau-onani-menurut-hukum-islam diunduh pada 9 Juni
2017 pukul 11.40)

2.4. SANKSI PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM


Menurut hukum Islam sangat jelas, bahwa perbuatan zina dilarang dan sanksinya
ditentukan langsung dalam syariat Islam secara qaA’ip, yaitu al-Qur’an dan hadis nabi
Muhammad saw. Menurut surat an-Nur ayat 2:
“Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah kamu dera tiap-trap
satu dari keduanya itu dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu dipengaruhi oleh

8
perasaan kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu
jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan hendaklah hukuman
keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.(Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 589.)
Dalam hukum Islam, zina adalah perbuatan yang sangat tercela dan pelakunya
dikenakan sanksi yang amat berat, baik itu hukum dera maupun rajam, karena alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akal. Pelaku zina diancam dengan
hukuman berat. Pelakunya dihukum dengan hukuman rajam (dilempari batu sampai
meninggal dengan disaksikan banyak orang), jika muhshan. Jika ia ghairu muhshan,
maka ia dihukum cambuk 100 kali. Adanya perbedaan hukuman tersebut karena
muhshan seharusnya bisa lebih menjaga diri untuk melakukan perbuatan tercela itu,
apalagi kalau masih dalam ikatan perkawinan yang berarti menyakiti dan mencemarkan
nama baik keluarganya, sementara ghairu muhshan belum pernah menikah sehingga
nafsu syahwatnya lebih besar karena didorong rasa keingintahuannya. Namun keduanya
tetap sangat dicela oleh Islam dan tidak boleh diberi belas kasihan.(A. Djazuli, Fiqh
jinayah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 42-43.) Hukuman tersebut
merupakan bagian dari hukuman hudud, karena telah ada ketentuannya dengan jelas pada
nash.
Larangan melakukan pekerjaan mucikari, berkaitan dengan larangan terhadap
perdagangan perempuan, baik dewasa maupun anak-anak.(Neng Djubaedah, Pornografi
dan PornoakSi ditinjau dari Hukum lslam, 200.) Dalam hukum Islam, berdasarkan
ketentuan dalam surat an-Nur ayat 33, pekerjaan mucikari adalah haram hukumnya.
Lebih-lebih dalam pekerjaannya itu para mucikari disertai dengan menyediakan benda-
benda pornografi atau perbuatan pornoaksi, sebagai pelayanan bagi konsumen atau
pelanggan.( Ibid., 210)
“Dan janganlah kamu paksa budak-budak perempuanmu melakukan pelacuran (al-
bigha), sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak
mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (kepada mereka
yang dipaksa melakukan pelacuran) sesudah mereka dipaksa itu.”(Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 625-626..)
Larangan melakukan pekerjaan mucikari dalam surat an-Nur ayat 33 didahului oleh
perintah dalam surat an-Nur ayat 32, agar kita mengawinkan atau menganjurkan orang-
orang yang berstatus sendirian melakukan perkawinan. Dan jika mereka miskin,
menurut ayat 32 tersebut, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Pada awal ayat 33 surat an-Nur dikemukakan bahwa bagi orang yang tidak mampu
melakukan perkawinan hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah
memberikan kemampuan kepada mereka melalui karunia-Nya. Kaitan antara surat an-
Nur ayat 32 dan 33 adalah sangat berkaitan, karena kedua ayat tersebut mengatur agar
orang menjaga kesucian dirinya dari perbuatan zina melalui lembaga perkawinan.
Dalam perintah Allah tersebut mengandung larangan berbuat zina. Selain larangan
melakukan tindak pidana perzinaan, dalam ayat 33 secara tegas diatur pula tentang

9
larangan melakukan pekerjaan mucikari yang menyediakan pelacur untuk perzinaan dan
pelacuran.
Dalam surat an-Nur ayat 33 tidak diatur secara jelas tentang sanksi terhadap
mucikari, meskipun demikian, tidak berarti bagi para mucikari tidak ada
hukumannya. Sanksi terhadap mereka dapat ditentukan melalui lembaga ta’zir, karena
setiap perbuatan maksiat yang tidak dapat dikenai sanksi hudud (termasuk di dalamnya
qishâsh) atau kaffarah dikualifikasikan sebagai /arimafi ta’zir.(jaih Mubarak dan
Enceng Arif Faizal , Kaidah Fiqh jinayah (asas-asas hukum pidana islam), 176.)
Dengan ukuran dan jenis sanksi yang preventif, agar mereka jera dan tidak berusaha
mengulangi perbuatan maksiat itu lagi. Misalnya, selain dijatuhi hukuman penjara, ia
juga dijatuhi hukuman denda berupa sejumlah uang halal yang wajib dibayar kepada
korban, atau berupa restitusi. Sanksi atas perbuatan mucikari yang melakukan tindak
pidana tersebut seharusnya lebih berat, yaitu berupa azab yang pedih, karena ia telah
melakukan dosa besar.(Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari
Hukum lslam, 201).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prostitusi merupakan bentuk penyimpangan seksual, yang menyimpang dari
nilai sosial, agama, dan moral bangsa Indonesia. Sedangkan prostitusi online
merupakan bentuk dari kegiatan prostitusi yang dilakukan melalui media sosial maupun
internet. Pengaturan tindak pidana dalam hukum positif di Indonesia terhadap sanksi
prostitusi online dapat dijerat dengan menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang terdapat dalam pasal 296 dan 506 bagi seorang mucikari kemudian
mengenai seorang PSK Kitab Undang-undang Hukum Pidana menyebutkannya sebagai
pesenggamaan atas dasar suka sama suka, yang dilakukan oleh seseorang dengan orang
yang telah bersuami atau beristri (permukahan) sebagaimana yang terdapat dalam pasal
284 KUHP. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik yang didalamnya telah diatur pada pasal 27 ayat (1) hanya membatasi
larangan begi penyedia layanan seks komersial dan pemilik website semata. Menurut
penulis, sanksi tersebut masih kurang berat, sebab denda maksimal Rp. 1 miliar yang
masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang dapat diperoleh dalam
mengelola jaringan prostitusi online tersebut.
Dalam hukum Islam sanksi bagi seorang PSK adalah dihukum dengan hukuman
rajam (dilempan batu sampai meninggal dengan disaksikan banyak orang) jika
muhshan. Jika ia ghairu muhshan, maka ia dihukum cambuk 100 kali. Dalam surat an-
Nur ayat 33 tidak diatur secara jelas tentang sanksi terhadap mucikari, meskipun
demikian, tidak berarti bagi para mucikari tidak ada hukumannya. Sanksi terhadap
mereka dapat ditentukan melalui lembaga ta'zir, karena bahwa setiap perbuatan maksiat
yang tidak dapat dikenai sanksi hudud (termasuk di dalamnya qishash) atau kaffarah
dikualifikasikan sebagai jarimah ta'zir. Dengan ukuran dan jenis sanksi yang preventif,
agar mereka jera dan tidak berusaha mengulangi perbuatan maksiat itu lagi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata
sempurna, untuk kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam
menerangkan penjelasan mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
lengkap dan lebih banyak lagi, dan tentunya bisa untuk dipertanggung jawabkan. Untuk
saran yang akan kalian berikan kepada penulis, bisa berupa kritikan-kritikan dan saran-
saran kepada penulis guna untuk menyimpulkan kepada kesimpulan dari pembahasan
makalah yang sudah dijelaskan didalam makalah. Untuk bagian-bagian akhir dari
makalah ialah daftar pustaka.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono. 2007. Patologi Sosial Jilid I. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Poerwadarminta, WJ.S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai
Pustaka.
B Simanjuntak. 1980. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito
Beginilah Cara Kerja Prostitusi Online
http://www.laporpolisi.com/2203/beginilah-cara- prostitusi-online-beraksi, diakses
tanggal 9 Oktober 2021
Hurlock,E. 1994. Psikologi Perkembangan,Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta:Erlangga
Zumaroh, Rio. 2017. SANKSI PROSTITUSI ONLINE PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.
Visual a post: Jurnal Hukum Pidana Islam, 3(1), 92.

12

Anda mungkin juga menyukai