Anda di halaman 1dari 9

Habis gelap terbitlah

terang
Erma Masyayu (06)
Rendy Yuwan (24)
Rais Alhakim (25)
Shelly Yuana (29)
Tayura Kanya (30)
Pengarang                  : Armijn Pane
Tebal Halaman          : 204 halaman
Penerbit                      : PT Balai Pustaka (persero)
Tahun Terbit               : 2008
Jenis                           : Biografi
Cetakan                      : Ketiga
A. SINOPSIS
              Raden
Ajeng Kartini dilahirkan di pesisir utara Pulau Jawa
tepatnya yaitu Kota Jepara pada tanggal 21 April 1879. Beliau
adalah seorang putri dari bupati Jepara saat itu yang bernama
Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan merupakan cucu dari
Bupati Demak yang bernama Tjondronegoro. Pada era kartini
yaitu abad 19 ahir dan 20 awal perempuan – perempuan di
negeri ini tidak boleh memiliki kebebasan dalam berbagai hal,
baik dalam hal pendidikan maupun dalam hal menentukan jodoh
atau suaminya sendiri, Kartini yang terlahir sebagai seorang
perempauan yang tidak bisa memiliki pilihan apapun dengan
ditambahnya perbedaan perlakuan terhadap saudara saudara
lelaki nya dan juga teman – temannya serta kaum perempuan
Belanda yang membuatnya merasa iri pun semakin
meningkatkan tekad nya untuk merubah kebiasaan tersebut.
Pada zaman era Kartini sangat terasa sekali
diskriminasi yang terjadi kepada kaum perempuan, Kartini
saja yang notabene adalah seorang anak bupati hanya
diperbolehkan untuk sekolah sampai tingkat Sekolah
dasar saja yang saat itu bernama Europes Lagere School
(E.L.S) apalagi untuk anak - anak yang orang tuanya
tidak memiliki kedudukan seperti orang tua kartini.
Waktu demi waktu telah berlalu, Kartini kecil pun telah
berubah menjadi dewasa sehingga mengharuskan beliau
untuk dipingit di dalam rumah pada saat itu usianya
menginjak 12 tahun hingga tiba saatnya untuk menikah
karena di daerahnya ada sebuah adat yang melekat
bahwa seorang gadis perempuan pamali untuk berpergian
dan malakukan aktivitas diluar rumah secara bebas
seperti pada waktu beliau masih kecil dulu. Hal ini tentu
sangat menyiksa bagi diri Kartini, dengan adanya hal ini
tentu langkah – langkah beliau semakin terikat dan terbatas,
di sini semangat kartini mulai merasa goyah dan tidak sekuat
dahulu. Kartini berjuang seorang diri dalam memperjuangkan
hak-hak perempuan agar setingkat lebih maju dari pada
keadaan yang sekarang, banyak pertentangan yang di hadapi
oleh kartini dari orang – orang disekitarnya dikarenakan adat
dan budaya yang melekat begitu kental sehingga sangat sulit
untuk menerima perubahan yang ada. Setiap suka duka yang
dirasakan kartini selalu beliau ceritakan kepada sahabat –
sahabatnya yang berada di Belanda.Hanya dengan tulisan
dan goresan tangan nya lah kartini dapat mencurahkan isi
hati nya, Surat demi surat kartini kirimkan kepada para
sahabatnya.
Waktu luangnya sering ia gunakan untuk membaca buku-
buku, beberapa buku yang sering ia baca sehingga bisa
merubah cara pandang dan berpikirnya diantara nya yaitu
 membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh
Pieter Brooshooft ,buku karangan Multatuli yang berjudul max
Havelaar dan juga
buku buku karya perempuan – perempuan pejuang Eropa.
Beliau mulai berpikir betapa tertinggal nya kaum wanita
sebangsanya bila dibandingkan dengan kaum wanita lain di
benua Eropa. Sejak saat itu beliau memiliki tekad yang kuat
untuk memajukan wanita sebangsanya sendiri yaitu
Indonesia, banyak cara yang dapat dilakukan untuk
memajukan kaum perempuan di daerahnya diantara nya
melalaui pendidikan.
Kartini mulai membuka pendidikan secara gratis tanpa di
pungut biaya sepeserpun atau dengan Cuma – Cuma
didaerahnya yaitu Jepara. Sekolah tersebut diperuntukkan
bagi kaum perempuan, disini mereka diajarkan berbagai ilmu
dan keterampilan seperti menyulam, menjahit dan memasak.
Bahkan demi mewujudkan cita cita nya tersebut Kartini
berkeinginan untuk mengikuti sekolah guru di negeri Belanda
melalui jalur beasiswa yang di berika oleh pemerintah Hindia
Belanda. Tetapi Cita citanya itu tidak memperoleh dukungan
dan izin dari orang tua Kartini sehingga pada saat itu Kartini
dinikahkan dengan seorang bupati Rembang bernama Raden
Adipati Joyodiningrat.
Kartini merasa beruntung bisa memiliki seorang suami yang
memiliki sikap ramah dan lemah lembut serta mendukung
keinginan kartini. Berbagai rintangan tidak menyurutkan
semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia
masih mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di
Jepara yang sudah didirikannya sebelum menikah.
Namun sayang perjuangan Kartini tidak bisa bertahan lama
karena Takdir Ilahi berkata lain , Kartini Meninggal di usia muda
yaitu pada usia 25 tahun setelah melahirkan anak pertamanya dan
sekaligus terakhirnya yang bernama R.M. Soesalit, lahir pada
tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, tepatnya
pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia pada
usia 25 tahun. Jenazah Kartini dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang.
Apa yang dilakukan oleh Kartini dengan sekolah itu kemudian
diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah
Kartini’ di tempat masing-masing seperti di Semarang pada tahun
1912, kemudian berlanjut di Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, dan Cirebon. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah
Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer,
seorang tokoh Politik Etis.
nilaiestetika : menilai bahwa kaum perempuan pada masa
itu hanyalah sebagai perhiasan kaum pria dan hanya
sebagai pengurus rumah tangga saja. Beliau menilai kaum
wanita penuh dengan kehampaan, kegelapan, dan merasa
tidak berguna di mata para kaum pria yang bekerja secara
alamiah.

nilaibudaya : Di kampung R.A.Kartini, wanita yang telah


menamatkan sekolah dasarnya wanita itu tidak boleh
keluar rumah dan berjumpa dengan masyarakat khususnya
kaum pria. Sebab adat mereka anak perempuan harus
menunggu pingitan dari seorang pria yang tidak
dikelnalnya.

nilaisosial : Pada saat berbaur dengan masyarakat, R.A


Kartini selalu mengajak masyarakat khususnya kaum
perempuan untuk berjuang dan meraih semua impian yang
ingin digapai.
nilaiagama : Namun semua impian itu ternyata
hanya sia-sia dikarenakan pada pangkal tahun
1902 adiknya sudah Kardina telah dipingit itu
menyebabkan hati Kartini sangat melemah menjadi
salah satu hal yang membuat dia berubah dalam
rohani.

nilai moral : R.A Kartini selau memberi semangat


kepada kaum wanita dengan semboyan” Kita harus
membuat sejarah baru, kita mesti menentukan
masa depan kita yang sesuai dengan keperluan kita
sebagai kaum wanita yang harus mendapat
pendidikan yang layak seperti halnya kaum Laki-
laki ” semboyan ini selalu terucap dari mulut R.A
Kartini.

Anda mungkin juga menyukai