Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nathasya Wandijaya

NIM : 03061282126040

PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Konstitusi berasal dari bahasa Inggris yaitu Constitution. Konstitusi berarti


“pembentukan” berasal dari kata kerja dalam bahasa Prancis yaitu Constituer yang berarti
membentuk. Dalam konteks saat ini yang dibentuk adalah suatu negara, maka konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara. Konstitusi suatu
negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara. Konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum, yang menetapkan konstitusinasional sebagai prinsip-prinsip dasar
politik dan hukum, termasuk bentukan struktur, prosedur, wewenang, dan kewajiban
pemerintah pada umumnya.

Konstitusi berarti dasar hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dasar hukum yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar dan yang
tidak tertulis biasa disebut dengan Konvensi. Undang-Undang Dasar tersebut mengatur
tentang pembentukan, pembagian wewenang, dan cara bekerja lembaga kenegaraan. Di
Indonesia, perkembangan konstitusi tertulis telah banyak mengalami perubahan dan
penyesuaian. Hal ini disebabkan karena dalam sejarah pembuatan UUD 1945 hanya
dilaksanakan secara singkat dan pada saat diberlakukannya UUD 1945 pada tanggal 18
Agustus 1945, Soekarno mengatakan bahwa UUD 1945 bersifat sementara.

Berdasarkan catatan ketatanegaraan Indonesia ada 4 macam konstitusi yang


pernah berlaku di Indonesia, diantaranya:

a. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)


b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat / RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
c. UUD Sementara / UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
d. UUD 1945 (5 Juli 1959 – sekarang)

Perkembangan politik pada suatu negara akan mempengaruhi perkembangan


ketatanegaraan suatu bangsa, demikian juga dengan bangsa Indonesia yang sudah
mengalami dinamika politik pada setiap priode pergantian rezim penguasa selalu
memberikan pengaruh terhadap perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan
ketatanegaraan Indonesia sejalan dengan tuntutan perubahan konstitusi di Indonesia.

Konstitusi Indonesia yang pertama kali disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945). UUD 1945 ini
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Menurut UUD 1945,
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga
tertinggi negara. Dalam menjalankan kedaulatan rakyat, MPR mempunyai tugas dan
kewenangan menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden serta mengubah UUD. Karena berbagai keterbatasan, pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden dipilih oleh PPKI.

Isi dari UUD 1945 ini mengandung nilai luhur bangsa yang terdiri dari dua
bagian, yakni “Pembukaan” dan “Batang Tubuh” yang berisi 37 pasal, 1 aturan peralihan
yang terdiri atas 4 pasal , dan 2 aturan tambahan yang tersiri dari 2 ayat. Pembukaan UUD
2945 berisi tujuan nasional, hubungan Indonesia dengan luar negeri, pernyataan
kemerdekaan, dan ideologi Pancasila. Kemudian pada bagian Batang Tubuh berisi bentuk
negara, lembaga negara, serta jaminan hak dan kewajiban warga negara dalam UUD
1945.

Dalam UUD 1945, bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan dengan
kekuasaan negara dipimpin oleh pemerintah pusat dibantu pemerintah daerah.
Selanjutnya, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan republik dengan kekuasaan
pemerintah negara dipegang oleh presiden sebagai kepada pemerintahan sekaligus
sebagai kepala negara. Sistem pemerintahan yang dianut saat UUD 1945 berlaku adalah
presidensial dimana presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
di bawah MPR.

Dalam pelaksanaannya, konstitusi pada masa ini belum berjalan dengan murni.
Terdapat beberapa penyimpangan praktik kenegaraan, dengan sistem ketatanegaraan
yang berubah-ubah, terutama pada saat dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945 yang berisi bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebelum terbentuknya MPR, DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan GBHN
bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan Undang-Undang, dan dalam
menjalankan tugas sehari-hari terbentuk badan pekerja yang bertanggung jawab kepada
KNIP. Karena berbagai pelanggaran ini, maka UUD 1945 hanya berlaku sampai 27
Desember 1949 dan digantikan dengan Konstitusi RIS.

Konstitusi RIS berlaku setelah dihasilkan tiga buah persetujuan hasil Konfrensi
Meja Bundar (KMB). Dan pada tahun 1949 konstitusi Indonesia yang sebelumnya adalah
UUD 1945 berubah menjadi UUD Republik Indonesia Serikat (RIS). Konstitusi RIS
mengubah bentuk negara kesatuan menjadi beberapa negara bagian (negara
federal/serikat). Sebagai negara serikat, Indonesia terbelah-belah menjadi tujuh negara
bagian dan sembilan satuan negara. Bentuk pemerintahan negara RIS adalah republik
dimana pemerintahan terdiri dari presiden dan kabinet. Kedaulatan negara dipegang oleh
presiden, kabinet, DPR, dan Senat. Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer.
Kebijakan dan tanggung jawab kekuasaan pemerintah berada di tangan Menteri dan
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

Konstitusi RIS tidak bertahan lama karena belum dilaksanakan secara efektif dan
berakhir pada 17 Agustus 1950. Lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai amanat
UUD RIS. Secara filosofis dan filosofis isi dari konstitusi ini juga tidak bersumber dari
kehendak rakyat, dan juga tidak berdasarkan kehendak politik ara politisi Indonesia,
melainkan rekayasa pihak colonial Belanda.

Karena gagalnya konstitusi RIS, satu per satu negara bagian menggabungkan
diri dan mengajukan tuntutan untuk kembali kepada bentuk negara kesatuan Republik
Indonesia. Karena pergantian ini, perlu disiapkan satu naskah Undang-Undang Dasar dan
terbentuklah Undang-Undang Dasar 1950 yang bersifat mengganti. UUDS 1950 ini
bersifat sementara dan dalam ketentuannya mengharuskan Konstituante bersama
pemetintah segera menyusun Undang-Undang Negara Republik Indonesia yang
menggantikan UUDS 1950.

Perubahan ketatanegaraan dari negara serikat menjadi negara kesatuan dengan


bentuk pemerintahan republik berdasar pada UUDS 1950 yang di dalam pembukaannya
memuat dasar negara Pancasila, namun dalam pelaksanaan sistem pemerintahannya
menggunakan sistem parlementer yang tidak cocok dengan jiwa Pancasila. Hal ini
menyebabkan terjadinya pergantian kabinet sebanyak 7 kali dari tahun 1950 – 1955 yang
menimbulkan terganggunya stabilitas nasional.
Pada masa ini pemilu pertama di Indonesia berhasil diselenggarakan pada bulan
Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante yang akan membentuk Undang-
Undang dasar baru. Dalam sidangnya, anggota konstituante tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya untuk menyusun UUD baru sehingga jika hal ini diteruskan akan menemui jalan
buntu yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Maka dari itu,
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:

1. Menetapkan pembubarkan Konstituante


2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi sejak tanggal penetapan Dekrit dan tidak
berlakunya lagi UUDS 1950
3. Menetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya pembentukan MPRS dan DPAS

Hasil Dekrit Presiden akhirnya mengembalikan Indonesia kepada konstitusi


awal yaitu UUD 1945. Hal ini juga merubah sistem ketatanegaraan dimana Presiden yang
sebelumnya hanya sebagai kepala negara juga difungsikan sebagai kepala pemerintahan
(sistem pemerintahan presidensial), dibantu menteri-menteri kabinet yang bertanggung
jawab kepada presiden. Selain itu bentuk pemerintahan tetap republik dengan bentuk
negara sebagai negara kesatuan.

Dalam praktiknya, UUD 1945 tidak diberlakukan sepenuhnya hingga tahun


1966. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk baru bersifat sementara dan tidak berdasar
secara konstitusional sehingga menimbulkan penyimpangan dan meletuslah peristiwa
G30S/PKI. Karena persitiwa tersebut, terjadi pergantian kepemimpinan nasional dari
Soekarno digantikan oleh Soeharto berdasar pada Surat Perintah Sebelas Maret 1966
(Supersemar).

Pemerintahan orde baru dimulai setelah masa tersebut dan sistem ketatanegaraan
sudah berdasar pada konstitusi. Namun terjadi kondisi diktaktor yang sangat besar dengan
alasan stabilitas nasional sehingga sistem demokrasi yang dikehendaki UUD 1945 tidak
berjalan dengan baik. Tidak ada kebebasan rakyat dan kekuatan negara berada di tangan
Presiden sehingga menimbulkan demonstrasi besar pada 1998.

Reformasi pada tahun 1998 merupakan salah satu alasan yang membawa
perubahan terhadap UUD 1945. Dimulai pada tanggal 19 Oktober 1999 sampai 10
Agustus 2002, UUD 1945 mengalami perubahan hingga empat kali. Seiring dengan
perubahan tersebut, naskah resmi UUD 1945 terdiri atas lima bagian, yaitu UUD 1945
sebagai naskah aslinya ditambah perubahan UUD 1945 kesatu, kedua, ketiga, dan
keempat, sehingga menjadi dasar negara yang fundamental dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selama periode 10 Agustus 2002 sampai sekarang, berlaku UUD 1945 hasil
amandemen. Setelah mengalami perubahan / amandemen 4 kali tersebut, UUD 1945
menjadi dasar Negara Republik Indonesia yang fundamental untuk menghantarkan
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, dengan kehidupan demokrasi
yang lebih terjamin. Hal ini karena perubahan UUD 1945 dilakukan secara hati-hati, tidak
tergesa-gesa, dan menggunakan waktu yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai