Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aditya Rodeo Putra

NIM : 02011282126316

Kelas : B (Indralaya)

Tugas HTN Merensi Sebuah Buku

1. Identitas Buku

Judul buku : Hukum Tata Negara

Penulis : Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum

Penerbit : Rajagrafindo Persada

Tahun terbit : 2010

ISBN : 979-769-012-1

2. Isi Resensi

Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

Konstitusi Indonesia sebagai suatu “revolusi grendwet” telah disahkan pada 18


Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang
dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Menurut UUD 1945,
Pemerintahan Republik Indonesia dipimpin oleh Presiden dan dibantu oleh seorang Wakil
Presiden (Pasal 4 ayat (l) dan (2)). Presiden, kecuali sebagai Kepala Negara ia juga sebagai
Kepala Pemerintahan.

Sistem pemerintahan kita adalah Presidensiil, dalam arti Kepala Pemerintahan adalah
Presiden, dan di pihak lain ia tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
artinya kedudukan Presiden tidak tergantung kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Alinea
Kedua Angka V, Penjelasan tentang UUD 1945).

Pada masa awal pemerintahan, kekuasaan Presiden dalam menjalankan pemerintahan


bukan hanya sekadar berdasarkan Pasal 4, 5, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 UUD 1945, tetapi
juga berdasarkan Pasal IV Aturan Peralihan UUD yang berbunyi:
"Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakílan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional."
Perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa UUD 1945 itu telah mengalami
perkembangan yang sangat scmenjak ia diciptakan. Kurang lebih dua bulan masa
perjalanan UUD 1945, terjadilah perubahan praktik ketatanegaraan, khususnya perubahan
terhadap Pasal IV Aturan Peralihan. Perubahan ini dilakukan dengan dikeluarkannya
Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang menetapkan sebagai berikut.
"Komite Nasional Pusat, scbelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan legislatif dan ikut serta menetapkan
garis-garis besar daripada haluan negara”
"Bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dcngan gentingnya
keadaan dijalankan oleh scbuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka serta
bertanggung jawab kepada Komite Nasional pusat."

Tugas legislatif yang diserahkan kepada Komite Nasional yang dimaksud,


hanyalah dalam bidang pembuatan undang-undang, baik pasif maupun aktif. Tidak
termasuk di dalamnya hak mengontrol dan mengawasi pemerintah. Dengan demikian,
sebenarnya tugas Komite Nasional dalam ikut serta menetapkan garis-garis besar haluan
negara, tidak dapat dikatakan bersama-sama dengan Presiden. Komite Nasional hanya
membantu dalam bentuk menyampaikan usul kepada Presiden.

Perubahan kedua yang terjadi dalam penyelenggaraan negara ialah dengan


dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 Novembcr 1946. Maklumat Pemerintah
ini, sebenarnya adalah suatu tindakan yang maksudnya akan mengadakan pembaruan
terhadap susunan kabinet yang ada. Dengan Maklumat İni, diumumkanlah nama-nama
dari menteri-menteri dalam susunan kabinet baru. Kalau semula kabinet adalah di bawah
pimpinan presiden, dengan Maklumat Pemerintah tersebut kabinet tidak lagi di bawah
pimpinan Presiden, tetapi merupakan suatu dewan yang diketuai seorang Perdana
Menteri, yaitu Sutan Syahrir sebagai Perdana Menterinya. Dengan dikeluarkannya
Maklumat Pemerintah tersebut, maka terjadilah sekali lagi pengurangan terhadap
kekuasaan Presiden. Sebenarnya, yang terjadi bukan hanya pengurangan, tetapi
pergantian sistem ketatanegaraan, yaitu pergantian dari sistem Presidensial menjadi
sistem Parlementer.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia ada macam Undang-Undang Dasar Yang


pernah berlaku (1) UUD 1945, yang berlaku antara 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949; (2) Konstitusi Republik Indonesia Serikat; (3) UUD Sementara 1950, yang berlaku
antara 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959; (4) UUDS 1945, yang berlaku lagi sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dengan disetujuinya hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 2
November 1949 di Den Haag, maka pada tanggal 27 Desember 1949 penandatanganan
naskah "penyerahan" kedaulatan dari pemerintah Belanda. Dalam Konferensi Meja
Bundar disepakati tiga hal, yaitu:
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat;
2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS Yang betisi tiga hal, yaitu; (a) piagam penyerahan
kedaulatan dati Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RIS Status uni; dan (c) persetujuan
perpindahan.
3. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.

Dalam delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem,
Prof. Dr. Soepomo terlibat pula dalam mempersiapkan naskah UUD tersebut. Rancangan
UUD itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai UUD
RIS. Naskah Undang-Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi
RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga perwakilan rakyat
di Republik Nasional Indonesia dan kemudian resmi mendapat persetujuan Komite
Nasional Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember 1949, Konstitusi RIS dinyatakan
berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949.

Dalam rangka persiapan ke arah dibentuknva kembali Negara Kesatuan Republik


Indonesia, maka untuk keperluan menyiapkan satu naskah Undang-Undang Dasar,
dibentuklah suatu Panitia bersama yang akan menyusun rancangannya. Setelah selesai,
rancangan naskah Undang-Undang Dasar itu kemudian disahkan oleh Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat pada tanggal 12 Agustus 1950, dan oleh DPR dan Senat Republik
Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950. Naskah UUD baru ini diberlakukan
secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1950, yaitu dengan ditetapkanya UU No. 7 Tahun
1950. UUD Sementara 1950 ini bersifat mengganti sehingga isinya tidak hanya
mencerminkan perubahan terhadap Konstitusi RIS 1949, tetapi menggantikan naskah
Konstitusi RIS itu dengan naskah baru sama sekali dengan nama Undang-Undang Dasar
Sementara Tahun 1950.

Seperti halnya Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 ini juga bersifat sementara. Hal
ini terlihat jelas dalam Pasal 134, yang mengharuskan Konstituante bersama-sama
dengan dengan pemerintah segera menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
yang akan menggantikan UUDS 1950 itu.

Sayangnya, Majelis Konstituante ini tidak atau belum berhasil menyelesaikan


tugasnya untuk menyusun UUD baru ketika Presiden Soekarno berkesimpulan bahwa
Konstituante telah gagal. Atas dasar itu, ia mengeluarkan Dekrit tanggal 5 Juli 1959 yang
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia
selanjutnya.
Memang, tindakan Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 menjadi
kontroversi yang luas berkenaan dengan dasar hukum dekrit yang dituangkan dalam
bentuk Keputusan Presiden No. 150 Tahun 1959, dan isi dekrit yang memberlakukan
membubarkan konstituante, berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
1950; dan membentuk MPRS dan DPAS.

Tindakan kembali ke UUD 1945 dan pembubaran Konstituante adalah titik awal
berakhirnya proses demokrasi di Indonesia karena Indonesia memasuki era Demokrasi
Terpimpin untuk memenuhi kepentingan politik Soekarno dan tentara, yang watak
kekuasannya otoriter. Dalam pandangan Buyung, tindakan Soekarno mengeluarkan
Dekrit dan membubarkan Konstituante itu sebagai "kudeta konstitusional". Suatu
kesalahan besar yang menjauhkan bangsa ini dari cita-cita pembentukan negara
konstitusional.

3. Biografi Singkat Penulis :

Nama : Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum

Keahlian : Hukum Tata Negara, Hukum Pemerintahan Daerah

Jabatan Akademik : Guru Besar

Pendidikan :

S1: Universitas Islam Indonesia

S2: Universitas Padjadjaran

S3: Universitas Islam Indonesia

4. Kelebihan dan Kelemahan Isi Buku

Kelebihan = Apa yang telah disajikan oleh penulis di dalam buku ini sangat membuat saya
kagum. Penulis sangat menjelaskan secara detail dan kompleks terhadap pembahasan yang
ada.

Kelemahan = Menurut apa yang telah saya baca pada buku ini, saya berkesimpulan dan izin
mengutarakan pendapat bahwa buku ini terlalu banyak mengandung pemborosan kata
(pleonasme) di dalam kalimat-kalimatnya.

Anda mungkin juga menyukai