1.
2.
3.
4.
5.
politik dalam Konstituante. Maka dari itu kami menyusun makalah dengan
judul Sejarah Ketatanegaraan RI Jaman Orde Lama.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Penyusunan UUD 1945?
Bagaimana Lahirnya UUD 1945 oleh Pemerintah?
Bagaimana Periode tahun 1959 s.d 1966?
Bagaimana Rezim Demokrasi Terpimpin ?
Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan System Pemerintah Orde Lama?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
UUD yang dapat diperkiran dapat sempurna. UUD no 7 th 1953 tentang pemilu
anggota konstituante dan anggota DPR.
Konstituante yang dibentuk dari hasil pemilu yang dipilih oleh rakyat, setelah
bekerja kurang lebih 2,5 th tidak pernah berhasil dalam menyelesaikan tugas nya
membuat UUD yang menggantikan UUDS. Kegagalan konstituante membuat
UUD jauh sebelumnya sudah diperkirakan oleh Soekarno. Oleh karena itu, ia
meminta agar partai politik dibubarkan. Kemudian memperkenalkan sebuah
konsep baru pemerintahan yaitu demokrasi terpimpin. Menurut Soekarno,
susunan ketatanegaraan yang berdasarkan multipartisme/ multipartai, seperti
dianjurkan dalam maklumat pemerintah 14 november 1945 itu, ternyata tidak
cocok dengan cita-cita umum measyarakat karena hanya menimbulkan politik free
fight liberalism dan politik tersebut penghambat pembangunan disegala aspek.
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang harus mempunyai disiplin dan harus
mempunyai pemimpin. Masyarakat adil dan makmur tidak lain daripada
masyarakat teratur dan terpimpin. Menurut Moh. Yamin mengartikan demokrasi
terpimpin sebagai guided democracy, yang berarti pulaorganized democracy,
dipimpin tidak oleh perseorangan; juga tidak berbentuk gecentraliseerde
materialism, melainkan oleh organisasi nasional sendiri.
Kesulitan yang mendasar dalam konstituante antar lain ketentuan sidang selalu
tidak memenuhi quorum minimal 2/3 dari anggota yang hadir dalam rapat. Untuk
mngatasi hal tersebut, tanggal 22 april 1959 atas nama pemerintah, presiden
memberikan amanat di depan sidang pleno konstituante, yang berisi anjuran agar
konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi NKRI.
Setelah diberikan tenggang waktu, konstituante belum juga mampu menyusun
UUD. Hal ini jelas akan menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, nusa dan bangsa. Untuk
mengatasi hal tersebut presiden/ panglima tertinggi angkatan perang pada hari
minggu, 5 juli 1959, di istana Negara presiden mengeluarkan dekrit yang
bersejarah dalam ketatanegaraan RI yang berisi :
1.
2.
3.
Pembubaran konstituante
Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini
dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950, dan
Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPRS ditambah dengan utusanutusan daerah dan golongan-golongan serta pembentukan DPA sementara.
Dekrit tersebut dikeluarkan dengan alasan :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Bahwa anjuran presiden dan pemeritah untuk kembali kepada UUD 1945 yang
disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia dengan amanat Presiden tanggal 22
april 1959 tidak memperoleh keputusan dari konstituante sebagaimana ditentukan
dalam UUDS
Bahwa berhubung dengan pernyataan sebagian besar anggota sidang pembuat
UUD untuk tidak menghadiri sidang lagi, konstitunte tidak lagi menyelesaikan
tugas nya yang dipercayakan rakyat Indonesia
Bahwa hal yang demikian itu menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, nusa dan bangsa, serta
memerintahi pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat Indonesia dan didorong oleh
keyakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu- satunya jalan untuk
menyelamatkan Negara proklamasi
Bahwa kami berkeyakinan kalau piagam Jakarta tertanggal 22 juni 1945
menjiwai UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan
konstitusi tersebut
Dan Sebagian besar anggota konstituante khawatir bila kembali ke UUD 1945,
dengan alasan :
Adanya kelemahan dan kekurangan dalam batang tubuh UUD 1945
Memberi potensi kekusaan terlampau besar kepada Eksekutif yang
memungkinkan terwujudnya pemerintah diktaktor
Kurang memberikan perlindungan terhadap HAM dan Hak-hak warga Negara.
Begitu banyak Loop Holes yang terdapat dalam rumusan pasal-pasal UUD
1945.
Ketua MA pada waktu itu DR.Wirjono Prodjodikoro,S.H dalam suatu
wawancara khusus dengan ketua dewan redaksi seluruh Indonesia pada 11 Juli
1959 memberikan pendapatnya mengenai dekrit presiden, sebagai beriut :
tindakan mendekritkan kembali ke UUD 1945 yang dalam bahasa Belanda
dinamakan NOODRECHT. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan ketatanegaraan
tertentu kita dapat terpaksa mengadakan tindakan yang menyimpang dari
peraturan-peraturan yang memaksa ini dianggap oleh presiden atau penglima
tertinggi angkatan perang ada dalam Negara kita.
Dan berdasarkan atas inilah dekrit presiden atau panglima tinggi angkatan perang
tentang kembali ke UUD 1945 dikeluarkan. Senada pula dengan pendapat Moh.
Tolchah Mansoer, bahwa dasar dekrit bukanlah UUDS RI, letak kekhususanya
pada hukum darurat untuk menyelamatkan bangsa dan Negara. Menurut Jimlly
Asshiddiqie, dasar hukum darurat Negara subyektif Subjektif Staatsnoodrecht,
yaitu suatu keadaan dimana fungsi-fungsi kekuasaan konstitusional yang sah tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya, kecuali dengan cara melanggar undangundang tertentu sementara keharusan untuk mengubah UUD dimaksud belum
dapat dipenuhi dalam waktu tersedia. Dalam hukum tata Negara
subjektif Staatnoodrech adalah hak, yaitu Negara untuk bertindak dalam keadaan
bahaya atau darurat dengan cara penyimpang dari ketentuan-ketentuan undangundang, dan bahkan apabila memang diperlukan, menyimpang dari UUD 1945.
2.2.1 Rezim Demokrasi Terpimpin
Dekrit 5 juli 1959 membawa pengaruh dalam system ketatanegaraan dan
system pemerintahan Negara tingkat pusat dari system cabinet parlementer
menjadi system cabinet residensial, serta terjadi pula perubahan system demokrasi
yang dianutnya yaitu demokrasi liberal menjadi demokrasi terpimpin. Menurut
Moh.Mahfud.MD, pengertian agak rinci tentang demokrasi terpimpin dapat
ditemukan dalam pidato kenegaraan Soekarno dalam rangka HUT Kemerdekaan
RI Tahun 1957 dan 1958, yang pokok pokoknya adalah sebagai berikut :
Ada rasa tidak puas terhadap hasil hasil yang dicapai sejak 1945,
karena belum mendekati cita cita dan tujuan proklamasi , seperti masalah
kemakmuran dan pemerataan yang tidak terbina. Belum utuhnya wilayah RI
karena masih ada wilayah yang dijajah Belanda, instabilitas nasional yang ditandai
oleh jatuh bangunnya Kabinet samapai 17 kali, serta pemberontakan daerah
daerah.
o
o
o
o
Dengan dikeluarkannya TAP tersebut serta awal lahirnya rezim orde baru yang
didasarkan pada suatu tindakan yang penting dalam sejarah ketatanegaraan, yaitu
dengan dikeluarkannya oleh Presiden Soekarno suatu Surat Perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto, pada 11 Maret 1966. Surat perintah ini kemudian
dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret .
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari Sejarah panjang mengenai dinamika politik pada masa orde lama, pada
masa orde lama masyrakat Indonesia baru bisa merasakan apa itu kemerdekaan dan
terbebasnya dari para penjajah, masa dimana bangsa Indonesia mencari jati diri
sebagai bangsa yang berdaulat. Meskipun demikian, Pada masa orde lama banyak
terjadi penyimpangan yang berlawanan dengan pancasila yang menjadi dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tetapi hal ini bukanlah sebatas renungan
belaka ataupun sebuah sejarah yang pernah kita lewati. Segala hal yang telah
terjadi pada kekuasaan eksekutif pada masa orde lama hendaknya menjadi
pembelajaran politik bagi kekuasaan eksekutif pada era reformasi sekarang ini.