Anda di halaman 1dari 9

Makalah Hukum Tata Negara

Sejarah Ketatanegaraan RI Jaman Orde Lama


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968, dan Sejak
kemerdekaan sampai sekarang sudah banyak terjadi kejadian yang menyebabkan
peraturan perundang undangan yang berlaku dalam keadaan biasa / normal
menjadi tidak efektif untuk dipakai guna mencapai tujuan pembentukannya.
Badan Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan Umum tahun 1955,
dipersiapkan untuk merumuskan UUD (konstitusi) yang baru sebagai pengganti
UUDS 1950. Pada tanggal 20 Nopember 1956, Dewan Konstituante memulai
sidangnya dengan pidato pembukaan dari Presiden Soekarno. Sidang yang akan
dilaksanakan oleh anggota-anggota Dewan Konstituante adalah untuk menyusun
dan menetapkan UUD Republik Indonesia tanpa adanya pembatasan kerja. Sampai
tahun 1959 Konstituante tidak pernah dapat merumuskan UUD yang baru.
Keadaan seperti ini semakin menggoncangkan situasi politik Indonesia pada saat
itu. Bahkan, masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan
segala cara agar tujuan partainya tercapai. Sementara itu, sejak akhir tahun 1956
keadaan kondisi dan situasi politik Indonesia semakin memburuk dan kacau.
Keadaan yang semakin bertambah kacau ini dapat mengancam keutuhan Negara
dan bangsa Indonesia dari dalam negeri. Suasana semakin bertambah panas,
ketegangan-ketegangan diikuti oleh keganjilan-keganjilan sikap dari setiap partai

1.
2.
3.
4.
5.

politik dalam Konstituante. Maka dari itu kami menyusun makalah dengan
judul Sejarah Ketatanegaraan RI Jaman Orde Lama.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Penyusunan UUD 1945?
Bagaimana Lahirnya UUD 1945 oleh Pemerintah?
Bagaimana Periode tahun 1959 s.d 1966?
Bagaimana Rezim Demokrasi Terpimpin ?
Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan System Pemerintah Orde Lama?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Penyusunan Undang-Undang Dasar 1945


Anggota Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dilantik pada tanggal 28 mei 1945 oleh pemerintah bala tentara Jepang.
BPUPKI beranggotakan 62 orang terdiri atas satu ketua dan satu wakil ketua, serta
60 orang anggota, yang mejabat sebagai ketua (katyo) adalah Dr.KRT. Radjiman
Wiryoiningrat dan wakil ketua (fuku katyo) atu ketua muda II (fuku katyo II) yaitu
Raden Pandji Soeroso. Dalam pelaaksanan sidaang BPUPKI dapat dibagi dua masa
sidang, sidang yang pertama dari tanggal 29 mei 1945 sampai dengan tanggal 1
juni 1945. Sedangkan masa sidang kedua dari tanggal 10 sampai dengan 17 Juli
1945. Badan ini didirikan oleh pemerintah bala tentara Jepang dengan maksud
hanya untuk mengadakan penyelidikan , akan tetapi lebih dari itu bahkan sampai
kepada penyusunan rancangan Undang Undang Dasar. Oleh karena itu , sejak
masa sidang pertaama sudah mulai membicarakan tentang persoalan yang sangat
mendesak seperti Philosopiche Grondslag, dasar falsafah bagi Indonesia merdeka.
Berikut pada masa sidang kedua ini ide penyusunan naskah UUD benar-benar
dilaksanakan dengan membentuk panitia yang diberi nama Panitia Hukum Dasar
yang beranggotakan 19 orang. Diketuai oleh Ir.Soekarno. kemudian Panitia Hukum
Dasar ini membentuk tim kerja yang disebut Panitia Kecil yang terdiri dari: Prof.
Dr. Mr.soepomo, Mr. Wongsonegoro R. Soekarjo, Mr. A. Maramis, Mr. R. Panji
singgih, H.A Salim, dan Dr. Sukiman. Sedangkan Ketua Panitia Kecil adalah Prof.
Dr. Mr. Soepomo. Pada tanggal 13 juli 1945 Paitia Kecil berhasil menyelesaikaan
tugasnya dan memberikan laporan kedapa Panitia Hukum Dasar. Kemudian setelah
beberapa kali BPUPKI bersidang menyutujui hasil kerja panitia kecil tersebut
sebagai rancangan UUD pada tanggal 19 juli 1945.
2.1.1
Lahirnya UUD 1945 oleh Pemerintah
Dengan berakhirnya tugas BPUPKI berhasil menyususun naskah rancangan
undang undang dasar dalam rangka persiapan kemerdekaan indonesia maka
pemerintah bala tentara jepang membentuk PPKI bertugas menyiapkan segala

sesuatunya berkaitan dengan kemerdekaan indonesia .panitia ini terdiri dari


21 orang anggotanya termasuk Ir. soekarno dan mohammad hatta. Panitia ini
mulai bekerja pada tanggal 9 agustus 1945 dimana pada tanggal 24 agustus 1945
hasil kerja panitia sudah dapat disahkan oleh pemerintah jepang tapi tidak
berjalan sebagaimana yang diharapakan setelah panitia menjalankan tugasnya pada
tanggal 16 agustus 1945 tentara sekutu menjatuhkan bom atom dihirosima dan
pada tanggal 9 agustus 1945 di nagasaki. Pada akhirnya jepang mneyerah kepada
tentara sekutu. Sebagai akaibat dari pengeboman dua kota penting dijepang itu
terjadi perubahan jumlah anggota panitia persiapan kemerdekaan indonesia
PPKI.dari jumlah semula 21 orang menjadi 26 orang sudah tidak mempunyai
kaitan lagi dengan pemerintah bala tentara jepang. Karena sebelumnya PPKI mulai
bekerja ,jepang sudah menyerah pada tentara sekutu kemudian PPKI sekutu.
Mengambil Langkah-langkah sendiri diluar pengetahuan dan pengaruh pemerintah
jepang. Kemudian setelah sehari proklamasi kemerdekaan yaitu pada tanggal 18
agustus 1945, PPKI mengesahkan naskah undang undang 1945 yang merupakan
hasil kerja panitia hukum dasar yang telah diterima oleh badan penyidik usaha
usaha kemerdekaan indonesia termasuk teks pembukaan UUD 1945 untuk
diketahui teks pembukaan UUD tersebut dicetuskan oleh 9 orang oleh tokoh
bangsa indonesia pada tanggal 22 juni dijakarta yang dikenal dengan nama piagam
jakarta naskah tersebut membuat pokok-pokok pikiran tentang negara indonesia
merdeka setelah tujuh kata yang berkenaan dengan syariat islam di hilangkan maka
seluruh isinya dijadikan UUD 1945
2.2 Periode Tahun 1950 s.d 1966
Pada tanggal 17 Agustus 1950 indonesia resmi kembali menjadi Negara
kesatuan RI, yang mengenai bentuk Negara diatur dalam Alinea 4 UUDS 1950
yang menentukan : maka ini kami menyusun kemerdekaan kami itu, dalam suatu
piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan. Demikian pula yang
ditegaskan dalam pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang menetukan RI yang merdeka
dan berdaulat ialah Negara hukum yang demokratis yang berbentuk
kesatuan. Perwujudan bentuk Negara kesatuan itu diatur dalam pasal 13 ayat (1)
UUDS 1950, pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1950 PASAL 83 UUD 1950 dan
pasal 83 ayat (1) UUDS 1950.
Atas dasar ketentuan-ketentuan konstitusi tersebut dapat disimpulkan bahwa
system pemerintahan Negara menurut UUDS 1950 adalah system parlementer
(kepala Negara tidak dapat di ganggu gugat, karena kepala Negara tidak pernah di
anggap salah). Seperti hal nya dengan UUD sebelumnya, maka UUDS adalah
dimaksutkan untuk sementara. Sifat kesementaraanya dari UUD ini ditujunkan
pula dari nama resminya dimana dipergunakan istilah sementara. Keberadaan
lembaga Negara (konstituante) sebagai lembaga yang representative perlu
diselengarakan pemilu, agar segera dapat menjalankan tugas nya yaitu membuat

UUD yang dapat diperkiran dapat sempurna. UUD no 7 th 1953 tentang pemilu
anggota konstituante dan anggota DPR.
Konstituante yang dibentuk dari hasil pemilu yang dipilih oleh rakyat, setelah
bekerja kurang lebih 2,5 th tidak pernah berhasil dalam menyelesaikan tugas nya
membuat UUD yang menggantikan UUDS. Kegagalan konstituante membuat
UUD jauh sebelumnya sudah diperkirakan oleh Soekarno. Oleh karena itu, ia
meminta agar partai politik dibubarkan. Kemudian memperkenalkan sebuah
konsep baru pemerintahan yaitu demokrasi terpimpin. Menurut Soekarno,
susunan ketatanegaraan yang berdasarkan multipartisme/ multipartai, seperti
dianjurkan dalam maklumat pemerintah 14 november 1945 itu, ternyata tidak
cocok dengan cita-cita umum measyarakat karena hanya menimbulkan politik free
fight liberalism dan politik tersebut penghambat pembangunan disegala aspek.
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang harus mempunyai disiplin dan harus
mempunyai pemimpin. Masyarakat adil dan makmur tidak lain daripada
masyarakat teratur dan terpimpin. Menurut Moh. Yamin mengartikan demokrasi
terpimpin sebagai guided democracy, yang berarti pulaorganized democracy,
dipimpin tidak oleh perseorangan; juga tidak berbentuk gecentraliseerde
materialism, melainkan oleh organisasi nasional sendiri.
Kesulitan yang mendasar dalam konstituante antar lain ketentuan sidang selalu
tidak memenuhi quorum minimal 2/3 dari anggota yang hadir dalam rapat. Untuk
mngatasi hal tersebut, tanggal 22 april 1959 atas nama pemerintah, presiden
memberikan amanat di depan sidang pleno konstituante, yang berisi anjuran agar
konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi NKRI.
Setelah diberikan tenggang waktu, konstituante belum juga mampu menyusun
UUD. Hal ini jelas akan menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, nusa dan bangsa. Untuk
mengatasi hal tersebut presiden/ panglima tertinggi angkatan perang pada hari
minggu, 5 juli 1959, di istana Negara presiden mengeluarkan dekrit yang
bersejarah dalam ketatanegaraan RI yang berisi :

1.
2.
3.

Pembubaran konstituante
Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini
dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950, dan
Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPRS ditambah dengan utusanutusan daerah dan golongan-golongan serta pembentukan DPA sementara.
Dekrit tersebut dikeluarkan dengan alasan :

1.

2.
3.

4.
5.

1.
2.
3.
4.

Bahwa anjuran presiden dan pemeritah untuk kembali kepada UUD 1945 yang
disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia dengan amanat Presiden tanggal 22
april 1959 tidak memperoleh keputusan dari konstituante sebagaimana ditentukan
dalam UUDS
Bahwa berhubung dengan pernyataan sebagian besar anggota sidang pembuat
UUD untuk tidak menghadiri sidang lagi, konstitunte tidak lagi menyelesaikan
tugas nya yang dipercayakan rakyat Indonesia
Bahwa hal yang demikian itu menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, nusa dan bangsa, serta
memerintahi pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat Indonesia dan didorong oleh
keyakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu- satunya jalan untuk
menyelamatkan Negara proklamasi
Bahwa kami berkeyakinan kalau piagam Jakarta tertanggal 22 juni 1945
menjiwai UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan
konstitusi tersebut
Dan Sebagian besar anggota konstituante khawatir bila kembali ke UUD 1945,
dengan alasan :
Adanya kelemahan dan kekurangan dalam batang tubuh UUD 1945
Memberi potensi kekusaan terlampau besar kepada Eksekutif yang
memungkinkan terwujudnya pemerintah diktaktor
Kurang memberikan perlindungan terhadap HAM dan Hak-hak warga Negara.
Begitu banyak Loop Holes yang terdapat dalam rumusan pasal-pasal UUD
1945.
Ketua MA pada waktu itu DR.Wirjono Prodjodikoro,S.H dalam suatu
wawancara khusus dengan ketua dewan redaksi seluruh Indonesia pada 11 Juli
1959 memberikan pendapatnya mengenai dekrit presiden, sebagai beriut :
tindakan mendekritkan kembali ke UUD 1945 yang dalam bahasa Belanda
dinamakan NOODRECHT. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan ketatanegaraan
tertentu kita dapat terpaksa mengadakan tindakan yang menyimpang dari
peraturan-peraturan yang memaksa ini dianggap oleh presiden atau penglima
tertinggi angkatan perang ada dalam Negara kita.
Dan berdasarkan atas inilah dekrit presiden atau panglima tinggi angkatan perang
tentang kembali ke UUD 1945 dikeluarkan. Senada pula dengan pendapat Moh.
Tolchah Mansoer, bahwa dasar dekrit bukanlah UUDS RI, letak kekhususanya
pada hukum darurat untuk menyelamatkan bangsa dan Negara. Menurut Jimlly
Asshiddiqie, dasar hukum darurat Negara subyektif Subjektif Staatsnoodrecht,
yaitu suatu keadaan dimana fungsi-fungsi kekuasaan konstitusional yang sah tidak

dapat bekerja sebagaimana mestinya, kecuali dengan cara melanggar undangundang tertentu sementara keharusan untuk mengubah UUD dimaksud belum
dapat dipenuhi dalam waktu tersedia. Dalam hukum tata Negara
subjektif Staatnoodrech adalah hak, yaitu Negara untuk bertindak dalam keadaan
bahaya atau darurat dengan cara penyimpang dari ketentuan-ketentuan undangundang, dan bahkan apabila memang diperlukan, menyimpang dari UUD 1945.
2.2.1 Rezim Demokrasi Terpimpin
Dekrit 5 juli 1959 membawa pengaruh dalam system ketatanegaraan dan
system pemerintahan Negara tingkat pusat dari system cabinet parlementer
menjadi system cabinet residensial, serta terjadi pula perubahan system demokrasi
yang dianutnya yaitu demokrasi liberal menjadi demokrasi terpimpin. Menurut
Moh.Mahfud.MD, pengertian agak rinci tentang demokrasi terpimpin dapat
ditemukan dalam pidato kenegaraan Soekarno dalam rangka HUT Kemerdekaan
RI Tahun 1957 dan 1958, yang pokok pokoknya adalah sebagai berikut :

Ada rasa tidak puas terhadap hasil hasil yang dicapai sejak 1945,
karena belum mendekati cita cita dan tujuan proklamasi , seperti masalah
kemakmuran dan pemerataan yang tidak terbina. Belum utuhnya wilayah RI
karena masih ada wilayah yang dijajah Belanda, instabilitas nasional yang ditandai
oleh jatuh bangunnya Kabinet samapai 17 kali, serta pemberontakan daerah
daerah.

Kegagalan tersebut karena menipisnya rasa nasionalisme , pemilihan


demokrasi liberal yang tanpa pemimpin dan tanpa disiplin.
Tidak lebih dari lima hari setelah dekrit , tepatnya tanggal 10 Juli 1959 Soekarno
disumpah lagi sebagai Presiden berdasarkan UUD 1945. Bersamaan waktu itu pula
Presiden Soekarno mengumumkan susunan dan nama nama Menteri dari Kabinet
baru.
Dalam Pasal 1 penetapan Presiden no 2 Tahun 1959 menentukan :
a.
Sebelum tersusun MPR menurut UU sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat 1 UUD 1945, maka di bentuk MPRS yang terdiri dari anggota anggota
DPR yang dimaksud dalam penetapan Presiden No. 1 tahun 1959 ditambah dengan
utusan utusan daerah dan utusan golongan menurut aturan aturan.
b.
Jumlah anggota MPRS ditetapkan oleh Presiden.
Selanjutnya untuk melengkapi alat perlegkapan Negara bagaimana yang dimaksud
Dekrit 5 Juli 1959 bahwa harus terbentuk pula DPAS Dewan Pertimbangan
Agung Sementara, di keluarkan penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang
DPAS. Menurut Pasal 2 penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959, anggota DPAS
terdiri dari:
a.
Anggota DPAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
b.
Jumlah anggota DPAS ditetapkan oleh Presiden
c.
Anggota DPAS diangkat dari :

o
o
o
o

Golongan golongan politik


Golongan golongan karya
Orang orang yang dapat mengemukakan persolan daerah
Tokoh tokoh nasional
Dalam praktik ketatanegaraan pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Negara RI
oleh rezim Demokrasi Terpimpin cenderung dikesampingkan, hal itu ditandai
antara lain :
Pertama, konsentrasi kekuasaan ditangan Presiden diwujudkan dengan
pembentukan lembaga lembaga Negara dan pengisian pejabat pejabatnya yang
semuanya dilakukan oleh Presiden.
Kedua, dikukuhkan melalui sidang umum MPRS Tahun 1963.
TAP.MPRS.III/MPRS/1963 menetapkan bahwa mengangkat Presiden RI Soekarno
untuk masa jabatan seumur hidup.
Ketiga , dengan Demokrasi Terpimpin berupaya menyatukan semua isme yang
berbeda beda itu menjadi sebuah NASAKOM, Nasional Agama dan Komunis.
Keempat, di bidang politik PKI dapat menjalankan perannya sedemikian sehingga
dapat mendominasi jalannya pemerintahan dan politik saat itu.
Kelima , tidak ada prinsip check and balances selama masa demokrasi terpimpin.
Contoh kasus politik yang terjadi adalah pada saat PDRI ( Pemerintah Darurat
Republik Indonesia) di bawah kepemimpinan Syarifuddin Prawiranegara
menggambarkan terjadinya krisis politik yang sangat serius. Hal yang sama juga
tercermin dalam krisis politik di sekitar peristiwa G30S/PKI, Puncak dari
penyimpangan penyimpangan itu meletusnya penghianatan total yang dilakukan
oleh PKI dengan G.30 S-PKI yang anti Pancasila. Akibat penginkaran terhadap
dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia Pancasila dan UUD 1945, dengan
lahirnya Tritura yakni :
o Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen Pancasila dan UUD 1945
o Pembubaran PKI
o Penurunan harga barang barang
Peristiwa G.30 S-PKI dan lahirnya Tritura menjadi pertanda akhir kekuasaan rezim
demokrasi terpimpin. Peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden
Soeharto.
Dalam sidang MPRS bulan Juni 1966, dikukuhkan isi supersemar dan diatur dalam
TAP.MPRS No. IX/MPRS/1966, dalam pasal 4 berbunyi : Menetapkan
berlakunya TAP.MPRS No. XV/MPRS/1966 dan mengangkat Jenderal Soeharto,
pengemban TAP.MPRS No. IX/MPRS/1966, sebagai pejabat Presiden berdasarkan
Pasal 6 UUD 1945 hingga terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilu. Melalui
TAP MPRS tersebut, kekuasaan Soekarno sebagai Presiden dinyatakan dicabut
secara resmi dan berlaku sejak 22 Februari 1967, berdasarkan
TAP.MPRS.No.XXXIII/MPRS/1967.

Dengan dikeluarkannya TAP tersebut serta awal lahirnya rezim orde baru yang
didasarkan pada suatu tindakan yang penting dalam sejarah ketatanegaraan, yaitu
dengan dikeluarkannya oleh Presiden Soekarno suatu Surat Perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto, pada 11 Maret 1966. Surat perintah ini kemudian
dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret .

2.3 Kelebihan dan Kelemahan System Pemerintah Orde Lama :


Kelebihan :
1.
Presiden dan menteri selama masa jabatan nya tidak dapat di jatuhkan DPR,
2.
Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak di
banyangi krisis cabinet,
3.
Presiden tidak dapat memberlakukan dan membubarkan DPR
Kelemahan :
1.
Adanya kecenderungan terlalu kuat otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan
presiden, Sering terjadinya penggantian para pejabat karena adanya hak perogatif
presiden,
2.
Pengawasan rakyat terhadap pemerintahan kurang berpengaruh,
3.
Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian

BAB III
PENUTUP
3.1

Simpulan
Dari Sejarah panjang mengenai dinamika politik pada masa orde lama, pada
masa orde lama masyrakat Indonesia baru bisa merasakan apa itu kemerdekaan dan
terbebasnya dari para penjajah, masa dimana bangsa Indonesia mencari jati diri
sebagai bangsa yang berdaulat. Meskipun demikian, Pada masa orde lama banyak
terjadi penyimpangan yang berlawanan dengan pancasila yang menjadi dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tetapi hal ini bukanlah sebatas renungan
belaka ataupun sebuah sejarah yang pernah kita lewati. Segala hal yang telah
terjadi pada kekuasaan eksekutif pada masa orde lama hendaknya menjadi
pembelajaran politik bagi kekuasaan eksekutif pada era reformasi sekarang ini.

Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno, dapat kita temukan


adanya sistem multi partai, pemerintahan yang seumur jagung, adanya pergantian
kabinet dalamwaktu yang sangat singkat,pemerintahan yang jatuh bangun.
Demokrasi terpimpin disebut pula dengan demokrasi kekeluargaan. Dengan
demikian, kekeliruan yang sangat besar dalam sistem demokrasi terpimpin
Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin, sehingga rtidak
ada ruang kontrol sosial dan check and balances dari legislatif terhadap eksekutif.
3.2 Saran
Buku adalah jendela ilmu maka jangan pernah lelah untuk membaca karena
dengan membaca wawasan menjadi luas. Dalam belajar jangan hanya berpacu
pada satu buku namun carilah banyak-banyak referensi dan info-info yang ada
dalam internet, dan apabila menemui kesalahan jangan malu bertanya. Untuk
penulis yang lain jika ingin mengembangkan makalah ini kami sangat
mendukung. Semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dalam bidang
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Alwi, 2012. Hukum Tata Negara Indonesia, Madiun : Pustaka Pelajar.
Community, Green Mind, 2008. Teori dan Politik Hukum Tata Negara, Malang:
Total Media.
Munir, Sirojul, 2013. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Mataram: Genta
Publishing.
Asshidiqie, Jilmi, 2007. Hukum Tata Negara Darurat, Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada.
Ibrahim, Taufik, 2014. Masa Orde Lama dan Orde Baru, http://www.geogle.com.
(diunduh hari Sabtu, 11 April 2015).
Ninda, Anila, 2014. Sejarah Ketatanegaraan, http://www.blogspot.com/2014/12/html.
(diunduh hari Minggu, 12 April 2015).

Anda mungkin juga menyukai