Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, maka mulai
saat itu berlaku tata hukum baru yang bersumber dari proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan tidak berlaku lagi tata hukum lama (zaman
kolonial).
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaannya pada
kurun waktu 1945 - 1949, jelas tidak dilaksanakan dengan baik sehingga
- 1949.
16 Oktober 1945.
A. Sistem Presidensial
Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau
politik dalam negeri dan keamanan negara, seperti terjadi penculikan Perdana
pemerintahan presidensial.
Konstitusi RIS, terdiri atas Mukaddimah (4 alinea), 6 bab, 197 pasal dan
maka negara RI hanya berstatus sebagai salah satu negara bagian saja, dengan
sesuai dengan bunyi Pasal 2 Konstitusi RIS, sedangkan UUD 1945 sejak
Republik Indonesia.
D. UUD 1945 Tidak Berlaku Lagi
Akibat penggabungan itu, maka negara yang berbentuk federal hanya tinggal
Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai kata sepakat antara RIS dan negara
selaku pemegang mandat dari dua negara bagian dan pemerintah RI diwakili
RIS dengan UUDS dan berlakulah bentuk susunan kesatuan dengan UUDS
Indonesia, karena bentuk negara kesatuan tidak mengenal lagi UUD lain,
sekalipun berlaku di suatu daerah tertentu. UUD 1945 dalam kurun waktu ini
Pemerintah.
2) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah
Saran untuk kembali kepada UUD 1945 itu pada hakikatnya dapat
Pertama, menerima saran kembali kepada UUD 1945 secara utuh. Kedua,
untuk kembali kepada UUD 1945. Pertama-tama pemungutan suara terhadap usul
memperoleh suara dua pertiga dari anggota yang hadir. Anggota yang hadir itu
470 orang, dan yang menyetujui usul amandemen 201 orang dan yang tidak
ke UUD 1945 secara utuh. Pemungutan suara dilakukan sebanyak tiga kali.
Tanggal 30 Mei 1959 pemungutan suara pertama dengan hasil 269 suara setuju
dan 199 suara menolak. Karena persyaratan formal, yaitu 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir sesuai dengan ketentuan Pasal 137 UUDS 1950 tidak terpenuhi, maka
Hasilnya adalah 264 suara setuju menerima usul untuk kembali ke UUD
1945 dan 204 suara menolak, yang juga tidak memenuhi kuorum. Pemungutan
suara ketiga dilangsungkan tanggal 2 Juni 1959 dan secara rahasia dengan hasil
263 suara setuju dan 203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak dapat
dipenuhi. Pelaksanaan pemungutan suara tersebut di atas sesuai dengan tata tertib
dilakukan satu kali, dan untuk materi baru dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini
menunjukkan bahwa usul pemerintah untuk kembali kepada UUD 1945 tidak
menjalani reses. Selama reses itu lebih dari separuh anggota Konstituante
menyatakan, bahwa setelah reses nanti mereka tidak akan menghadiri sidang lagi.
Ini berarti bahwa Konstituante gagal dalam menetapkan UUD yang tetap sebagai
pengganti UUDS 1950. Keadaan dianggap oleh Presiden sebagai keadaan yang
dapat membahayakan keselamatan dan negara dan bangsa. Oleh karena itu,
dengan alasan yang kuat, dan dengan dukungan dari sebagian besar rakyat
Indonesia, dikeluarkanlah Dekrit oleh Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 tentang
kembali kepada UUD 1945. Dalam keadaan seperti itu, menurut kepala negara
(staatsnoodrecht).
Dekrit ini, dan tidak berlaku lagi Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Sejak itu cukup banyak
pengalaman yang kita peroleh dalam melaksanakan UUD 1945. Jika dilihat
pelaksanaan UUD 1945 untuk jangka waktu antara 1959 – 1965, - lembaga-
lembaga negara seperti MPR, DPR, DPA, dan BPK belum dibentuk berdasarkan
negara tersebut masih dalam bentuk sementara. Belum lagi jika kita mengupas
tentang fungsi lembaga-lembaga negara tersebut apakah telah sesuai atau tidak
Dalam masa orde lama, Presiden, sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan
(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuan DPR) dalam penetapan
Presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UUD 1945
3. Hak anggaran DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah
tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui Rancangan Pendapat dan