Anda di halaman 1dari 2

Dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada Masa Orde Baru

Pada bulan September dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum, yang masing-masing
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota konstituante adalah untuk
membentuk, menyusun Undang-Undang Dsar tetap sebagai pengganti UUDS 1950, yang
menurut pasal 134 akan ditetapkan secepatnya bersama-sama dengan pemerintah. Untuk
mengambil keputusan mengenai Undang-Undang Dasar yang baru ditentukan pada pasal 37
UUDS 1950 sebagai berikut :

a. Untuk mengambil keputusan tentang kepurusan rancangan Undang-Undang Dasar


1945 baru sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
b. Rancangan tersebut diterima jika di setuui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
junlah anggota yang hadir.
c. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada presiden
untuk disahkan oleh pemerintah.
d. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan
Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.

Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu
menghsasilan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru. Hal ini di
karenakan dalam sidang konstituante muncullah suatu usul untu mengembalikan piagam
Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu presiden pada tanggal 22 April 1959
memberikan pidatonya di depan sidang konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal
ini diperkuat dengan setelah lebih dari separuh anggota konstituante menyatakan untuk tidak
akan menghadiri sidang lagi.

Atas dasar kenyataan tersebut maka presiden mengeluarkan suatu Dekrit yang didasarkan
pada suatu hukum darurat negara (Staatsnooodrecht). Hal ini mengingat keadaan
ketatanegaraan yang membahayakn kesatuan, persatuan, keselamatan, serta keutuhan bangsa
dan negara Republik Indonesia.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu :

a. Menetapkan pembukaan konstituante.


b. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi untuk segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan
dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan
diselenggarakn dalam waktu yang sesingkat-singkatnya .

Dekrit itu diumumkan oleh Presiden di Istana Merdeka dihadapan rakyat pada tanggal 5 Juli
1959, pada hari Minggu pukul 17.00 WIB. Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan presiden
No. 150 tahun 1959 dan diumumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia No. 75
tahun 1959.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di
Negara Repunlik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagi hukum
dasaryang tertulis yang berlaku di Indonseia, namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak
melaksanakan makna dari UUD 1945 banyak dipengarhi oleh paham komunisme. Hal ini
tampak adanya berbagai macam penyimpangan ideologis yang di tuangkan dalam berbagai
bidang kebijaksanaan dalam negara.

Penyimpangan-Penyimpangan Pada Masa Orde Lama sebagai berikut :

a. MPR dengan ketetapan No. 1/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan


pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita” yang lebih dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(MANIPOL) sebagai GBHN bersifat tetap. Hal ini jelas bertentangan dengan
ketentuan UUD 1945.
b. MPRS mengambil putusan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur
hidup. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa presiden
lima tahun.
c. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setalah tahun 1960 pemrintah tidak
mengajukan rancangan Undang-Undang APN untuk mendapat persetujuan DPR
sebelum berlakunya t hun anggaran yang bersangkutan.
d. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, sedangkan
presiden menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945, melainkan juga telah mengakibatkan meburuknya keadaan
politik dan keamanan serta terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai
puncaknya dengan pemberontakan G30S PKI. Dan pemberontakan tersebut dapat
digagalkan oleh rakyat Indoneisa terutama generasi muda.

Dengan dipelopori oleh pemuda, peljar, dan mahasiswa rakyat Indoneisa menymapikan
Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) meliputi :

a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI.
c. Turunkan harga atau perbiakan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga prsiden tidak mampu lagi
mengembalikannya. Maka keluarlah surat perintah 11 Maret 1966 yang membrikan kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan
keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasi oleh orde
baru (Darji Darmodiharjo 1979)

Orde lama berlangsung dari tahun 1945-1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunkan
sisten ekonomi libera, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden
Soekarno digulingkan wakt Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando

Anda mungkin juga menyukai