Anda di halaman 1dari 31

SISTIM PEMERINTAHAN

INDONESIA
JUDUL
PRIODISIASI PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Dr.Ir.H. Dwi Agus Sumarno, MM, M.Si


SEJARAH PEMERINTAHAN DIINDONESIA

Perkembangan ketatanegaraan Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa


periode, sejak masa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai
sekarang. Walaupun sebenarnya tonggak ketatanegaraan Indonesia telah ada
jauh sebelum proklamasi.
Pada waktu awal kemerdekaan Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial. Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 maka Presiden memiliki
kekuasaan tertinggi dan dibantu oleh menteri-menteri sebagai pembantu presiden
yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. Pada tanggal 12 September 1945 dibentuklah Kabinet
Presidensial ( Kabinet RI I) dengan 12 departemen dan 4 menteri negara. Selain
itu wilayah Indonesia yang begitu luas dibagi menjadi 8 provinsi dan 2 daerah
istimewa yang masing-masing wilayah dipimpin oleh gubernur.
Sistem Presidensial pernah berganti Sistem Parlementer, dengan kepala pemerintahan
dipimpin oleh Perdana Menteri. Perdana Menteri Pertama Indonesia adalah Sutan
Syahrir. Berubahnya sistem pemerintahan di Indonesia pada saat itu adalah pengaruh
kuat dari kaum sosialis (KNIP). Selain itu Indonesia pada awal kemerdekaan juga masih
belajar tentang bagaimana menjalankan pemerintahan. Dengan sistem parlementer ini
maka Di Indonesia saat itu memiliki DPR yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Sistem ini
juga memungkinkan adanya banyak partai. Maksud dari sistem ini adalah untuk
membatasi kewenangan presiden. Jika pada sistem presidensial kabinet
bertanggungjawab kepada presiden maka sistem parlementer, Presiden
bertanggungjawab kepada parlemen/DPR.
Karena sering mengalami kegagalan kabinet, dan banyak menimbulkan gerakan-
gerakan pemberontakan yang menyebabkan stabilitas negara terganggu, Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959 yang isinya antara lain mengembalikan
konstitusi ke UUD 1945 dan bentuk pemerintahan kembali ke sistem presidensial
Periodisasi Sistem Pemerintahan di
Indonesia :

1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949


2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)
6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang
1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

1) Bentuk Negara : Kesatuan


2) Bentuk Pemerintahan : Republik
3) Sistem Pemerintahan : Presidensial
4) Konstitusi : UUD 1945
5) Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
6) Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (18
Agustus 1945 - 19 Desember 1948
7) Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI) (19 Desember 1948 - 13 Juli
1949)
PENJELASAN PRIODE .I.

• Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno


adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem
pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini
sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari
sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno
sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir
yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk
dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya
partai sosialis di Belanda
• Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16
November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan,
yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih
tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945.
Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945,
kekuasaan eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden beralih
ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem
pemerintahan parlementer.
2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

1. Bentuk Negara : Serikat (Federasi)


2. Bentuk Pemerintahan : Republik
3. Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
4. Konstitusi : Konstitusi RIS
5. Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
6. Presiden dan Wapres :Ir. Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949
- 15 Agustus 1950)
7. Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI (27 Desember
1949 - 15 Agustus 1950)
PENJELASAN PRIODE . II.

• Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota


Den Hagg (Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB).
Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO
(Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid
Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen.
Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk
meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-
lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang
nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat
(RIS).
• Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui
kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dam tidak dapat dicabut
kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana
menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila
kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia
yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945 karena :
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang
terbagi dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah
satuan kenegaraan (pasal 1 dan 2 Konstitusi RIS).
2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau
pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-
menterinya bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)
3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau
semangat pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi
proklamasi kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945
merupakan Decleration of independence bangsa Indonesia, kata tap
MPR no. XX/MPRS/1996). Termasuk pula dalam pemyimpangan
mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila.
Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila
secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala
penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

1. Bentuk Negara : Kesatuan


2. Bentuk Pemerintahan : Republik
3. Sistem Pemerintahan : Parlementer
4. Konstitusi : UUDS 1950
5. Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
6. Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
PENJELASAN PRIODE. III

• UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik


Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 . UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak
ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.
• Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat
sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan
umum yang akan menyusun konstitusi baru.
• Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara
demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru
hingga berlarut-larut.
• Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956.
Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil
merumuskan UUD yang diharapkan.
• Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk
kembali kepada UUD '45 semakin kuat.
• Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April
1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '4
• Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara.
Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju.
• Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan
suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum.
• Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum.
• Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang
ternyata merupkan akhir dari upaya penyusunan UUD. Pada 5 Juli 1959
pukul 17. 00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan
dalam upacara resmi di Istana Merdeka.
ISI DEKRIT PRESIDEN RI
DEKRET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

TENTANG

KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Dengan rachmat Tuhan Jang Maha Esa,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG
Dengan ini menjatakan dengan chidmat:
1. Bahwa andjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945
jang disampaikan kepada segenap rakjat Indonesia dengan amanat Presiden pada tanggal 22
April 1959 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar Sementara;
2. Bahwa berhubung dengan pernjataan sebagian besar anggota-anggota Sidang Pembuat
Undang-Undang Dasar untuk tidak lagi menghadiri sidang. Konstituante tidak mungkin lagi
menjelesaikan tugas jang dipertjajakan oleh rakjat kepadanja;
3. Bahwa hal jang demikian menimbulkan keadaan-keadaan ketatanegaraan jang membahajakan persatuan dan
keselamatan Negara, Nusa, dan Bangsa, serta merintangi pembangunan semesta untuk mencapai masjarakat jang
adil makmur;
4. Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakjat Indonesia dan didorong oleh kejakinan kami sendiri, kami terpaksa
menempuh satu-satunja djalan untuk menjelamatkan Negara Proklamasi;
5. Bahwa kami berkejakinan bahwa Piagam Djakarta tertanggal 22 Djuni 1945 mendjiwai Undang-Undang Dasar 1945
dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut,
Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

Menetapkan pembubaran Konstituante;

6. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekret ini dan tidak berlakunja lagi Undang-Undang Dasar
Sementara.
7. Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakyat Sementara, jang terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakjat ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta pembentukan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara akan diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnja.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 5 Djuli 1959


Atas nama Rakjat Indonesia
Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang

SOEKARNO
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966
(Demokrasi Terpimpin)

1. Bentuk Negara : Kesatuan


2. Bentuk Pemerintahan : Republik
3. Sistem Pemerintahan : Presidensial
4. Konstitusi : UUD 1945
5. Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966
6. Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
PENJELASAN PRIODE DEMOKRASI TERPIMPIN
A. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden. Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah:
Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh
bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin
menajam.
1. Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar
2. Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di
daerah-daerah
B. Berikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:
1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
2. Pembubaran Badan Konstitusional
3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
1. Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan
Perdana menteri dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja.
2. Pembentukkan MPR sementara dengan penetapan Presiden No. 2 tahun
1959. Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah
dengan utusan-utusan daerah dan 200 wakil-wakil golongan.
3. Pembentukkan DPR sementara berdasarkan penetapan Presiden No. 3
tahun 1959 yang diketuai oleh Prcsiden dengan 45 orang anggotanya.
4. Pembentukkan Front Nasional melalui penetapan Prcsiden No. 13 tahun
1959. tertanggal 31 Desember 1959. Tujuan Front Nasional adalah: a.
Menyelesaikan Revolusi Nasional b. Melaksanakan pembangunan
semesta nasional c. Mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Front
Nasional banyak dimanfaatkan oleh PKI dan simpatisannya sebagai alat
untuk mencapai tujuan politiknya.
5. Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui penetapan
Presiden No. 3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil Pemilu sebagai gantinya melalui
penetapan Presiden No. 4 tahun I960 Presiden membentuk DPRGR yang
keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno.
6. Manipol USDEK Manifesto politik Republik Indonesia (Manipol) adalah isi pidato
Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Atas usul DPA Manipol dijadikan
GBHN dengan Ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I960, Menurut Presiden Soekano intisari
dari Manipol ada lima yaitu : UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia. Disingkat menjadi USADEK.
Berkembang pula ajaran Presiden Soekano yang dikenal dengan NASAKOM
(Nasionalisme, Agama dan Komunis).
7. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 200 dan 201 tahun 1960 Presiden
membubarkan Partai Masyumi dan PSI dengan alasan para pemimpin partai tersebut
mendukung pemberontakan PRRI/Permesta.
KEGAGALAN PRIODE INI DESEBABKAN
A. Keadaan Ekonomi Mengalami Krisis, terjadi kegagalan produksi
hampir di semua sektor. Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65 %,
kenaikan harga-harga antara 200-300 %. Hal ini disebabkan oleh
1. penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih
bersifat politis dan tidak terkontro.
2. adanya proyek merealisasikan dan kontroversi.
B. Pada masa demokrasi terpimpin ini, terdapat berbagai
penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara
2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998
(Orde Baru)
1. Bentuk Negara : Kesatuan
2. Bentuk Pemerintahan : Republik
3. Sistem Pemerintahan : Presidensial
4. Konstitusi : UUD 1945
5. Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998
Presiden dan Wapres : ORDE BARU

1. Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)


2. Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)
3. Soeharto dan Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)
4. Soeharto dan Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 –11 Maret 1983)
5. Soeharto dan Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)
6. Soeharto dan Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)
7. Soeharto dan Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)
8. Soeharto dan BJ Habiebie (10 Maret 1998– 21 Mei 1998)
KEGAGALAN ORDE BARU
1. Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
2. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD
1945 yang murni,
3. terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt
dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt)
4. Pasal. 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk
menghancur hutan dan sumberalam kita
5. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat
"sakral"
Kekuasaan berlindung pada UUD 1945,
UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui
sejumlah peraturan:
1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak
akan melakukan perubahan terhadapnya
2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang

1. Bentuk Negara : Kesatuan


2. Bentuk Pemerintahan : Republik
3. Sistem Pemerintahan : Presidensial
4. Konstitusi : UUD 1945
5. Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang
Presiden dan Wapres : reformasi
1. B. J Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
2. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri (20 Oktober 1999 – 23 Juli
2001)
3. Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
4. Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2004 – 20
Oktober 2009)
5. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (20 Oktober 2009 – 2014)
6. Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2014 – 20 Oktober 2019)
7. Joko Widodo dan Ma'ruf Amin (20 Oktober 2019 – sekarang)
Latar belakang reformasi
1. Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadapUUD 1945. 
2. pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
3. kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
4. adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir),
5. serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi
Tujuan perubahan UUD 1945

1. menyempurnakan aturan dasar seperti tatanannegara, kedaulatan


rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dannegara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhanbangsa.
2. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak
mengubah PembukaanUUD 1945,
3. tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur)
kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI),
4. serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
selesai

Ke
TIGA

Anda mungkin juga menyukai