Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959”. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut – pengikutnya
sampai akhir zaman. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Pancasila.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
baik dalam isi maupun sistematiknya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badan Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan Umum tahun 1955,
dipersiapkan untuk merumuskan UUD (konstitusi) yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Pada tanggal 20 Nopember 1956, Dewan Konstituante memulai sidangnya dengan pidato
pembukaan dari Presiden Soekarno. Sidang yang akan dilaksanakan oleh anggota-anggota
Dewan Konstituante adalah untuk menyusun dan menetapkan UUD Republik Indonesia tanpa
adanya pembatasan kerja. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah dapat merumuskan
UUD yang baru.
Keadaan seperti ini semakin menggoncangkan situasi politik Indonesia pada saat itu.
Bahkan, masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar
tujuan partainya tercapai.
Sementara itu, sejak akhir tahun 1956 keadaan kondisi dan situasi politik Indonesia
semakin memburuk dan kacau. Keadaan semakin memburuk karena daerah-daerah semakin
memperlihatkan gejolak dan gejala separatisme, seperti pembentukan Dewan Banteng,
Dewan Gajah, Dewan Garuda, Dewan Manguini, dan Dewan Lambung Mangkurat. Daerah-
daerah tersebut tidak lagi mengakui Pemerintahan Pusat dan bahkan mereka membentuk
pemerintahan sendiri, seperti Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
Keadaan yang semakin bertambah kacau ini dapat mengancam keutuhan Negara dan
bangsa Indonesia dari dalam negeri. Suasana semakin bertambah panas, ketegangan-
ketegangan diikuti oleh keganjilan-keganjilan sikap dari setiap partai politik dalam
Konstituante. Rakyat sudah tidak sabar lagi dan menginginkan agar pemerintah mengambil
tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mengatasi kemacetan sidang. Konstituante ternyata
tidak dapat di harapkan lagi.
1.3.Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui latar belakang penyebab
dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959. Mengetahui isi lengkap dari dekrit presiden 5 juli
1959. Mengetahui pengaruh dari dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kekalutan Konstitusional
SOEKARNO
Dengan keluarnya dekrit presiden ini, pada tanggal 10 Juli 1959, Kabinet Djuanda
dibubarkan. Selanjutnya, dibentuk kabinet baru yang perdana menterinya adalah presiden.
Kabinet ini mempunyai tiga tugas pokok yaitu program sandang, pangan, keamanan dan
penyelesaian Irian Barat.
Dekrit presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan dari masyarakat. Kepala Staf
Angkatan Darat memerintahkan kepada segenap anggota TNI untuk melaksanakan dan
mengamankan dekrit tersebut. Mahkamah Agung membenarkan dekrit tersebut. DPr dalam
sidangnya pada 22 Juli 1959 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk terus bekerja
dengan berpedoman kepada UUD 1945.
Melalui Penpres No. 13 Tahun 1959 dibentuk Front Nasional pada tanggal 31
Desember 1959. Lembaga ini merupakan organisasi massa yang berusaha memperjuangkan
cita-cita proklamasi dan cita – cita bangsa yang terkandung dalam UUD 1945.
Pada tanggal 17 Agustus 1959, Presiden Soekarno berpidato dengan judul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita”. Pidato ini terkenal dengan sebutan “Manifesto Politik Republik
Indonesia” (MANIPOL). Manifesto ini kemudian oleh DPAS dan MPRS dijadikan sebagai
Garis – garis Besar Haluan Negara. Menurut Soekarno, inti dari Manipol adalah Undang –
Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indonesia. Kelima inti manipol ini sering disingkat USDEK.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Demokrasi terpimpin
muncul seiring keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Tap MPRS Nomor
VIII/MPRS/1959. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menjadi akhir dari Demokrasi Liberal dan awal
bagi Demokrasi Terpimpin di Indonesia. Dalam hal ini, Demokrasi Terpimpin diharapkan
mampu mengatasi berbagai persoalan yang ada pada masa Demokrasi Liberal.
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965), politik luar negeri Indonesia lebih
banyak mengarah kepada politik konfrontasi. Politik konfrontasi ditujukan kepada negara –
negara kapitalis, yaitu Amerika Serikat dan Eropa Barat. Politik ini kemudian dianggap
bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia Bebas Aktif.
Kebijakan – kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
selain bertentangan dengan politik bebas aktif, juga dianggap menguntungkan PKI.
Kebijakan yang dianggap menyimpang dari politik bebas aktif antara lain adanya pandangan
tentang kekuatan yang saling berlawanan yaitu Oldefo dan Nefo, yang dalam hal ini
memposisikan Indonesia masuk kedalam kelompok Nefo. Selain itu Indonesia juga
menggunakan politik mercusuar dan membentuk poros Jakarta – Peking.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dilatarbelakangi hal – hal sebagai berikut:
a. Kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil pada masa demokrasi liberal.
b. Pemilu 1955 tidak mampu memberikan kontribusi dalam mewujudkan situasi yang lebih
kondusif.
c. Kegagalan konstituante dalam merumuskan UUD yang baru untuk menggantikan UUDS
1950.
f. Indonesia dinyatakan dalam keadaan bahaya karena beberapa hal seperti tidak
jelasnya aturan yang ada.
[1] Apriatna, Didi. Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Diakses pada 4 Oktober 2015 dari:
http://jagoanbanten.blogspot.co.id/p/dekrit-presiden-5-juli-1959_80.html
[2] Anonim. Diakses pada 4 Oktober 2015 dari:
http://www.artikelsiana.com/2014/09/isi-dan-penjelasan-dekrit-presiden-5.html#_
[3] Anonim. Diakses pada 4 Oktober 2015 dari:
http://nguruan.blogspot.co.id/2012/07/dekrit-presiden-5-juli-1959.html
[4] Fardeen Khan, Iki. Makalah Sejarah Dekrit Presiden. Diakses pada 4 Oktober 2015 dari:
http://ourlz.blogspot.co.id/2013/05/makalah-sejarah-dekrit-presiden-pada.html
MAKALAH RANGKUMAN DEKRIT
PRESIDEN
Kelomok Stroberi
NAMA KELOMPOK
Akmal Hamlani
Puji Rahayu
Nurun Nabila A
Selvia Robia Z
Agum Dimastiar
Ahmad Rifdi
SMPN 01 SUKAJAYA
2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3.Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
2.1. Kekalutan Konstitusional......................................................................................................
2.2. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959.............................................................................................
DEKRET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN
PERANG...................................................................................................................................
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................................