Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN

KEHIDUPAN POLITIK
DAN EKONOMI PADA
MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN
A.Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Memasuki th 1957 situasi politik di Indonesia masih diwarnai dgn adanya p’tentangan antarelite pol. Hasil pemiliham
umum p’1 th 1955 tdk memenuhi harapa rakyat. Wakil2 partai oposisi di DPR terus menerus berusaha menjatuhkan
kabinet dan wakil2 partai pol di Konstituante belum juga berhasil merumuskan UUD baru. Dalam situasi itu, Presiden
Soekarno yg sejak awal tdk menye7i sistem parlementer menjadi semakin kritis terh sistem demokrasi liberal dan partai2
pol. Dlm pernyataannya, 28 Okt 1956, ia menganjurkan agar partai2 “dikuburkan saja”. Pernyataan tsb segera
mendapat tentangan pihak masy. Utk mengatasi instabilitas pol yg semakin membahayakan negara, 21 Feb 1957 Presiden
Soekarno mengemukakan rumusan polnya yg dikenal sbg Konsepsi Presiden di Istana Negara disaksikan oleh
pemimpin2 organisasi sipil maupun militer.

Menurut Sutrisno Kutoyo, isi pokok dari konsepsi menyangkut 2 hal :


1. Pembentukan Kabinet Gotong Royong
Kabinet ini didukung oleh semua partai yg mempunyai perwakilan dalam DPR dgn memasukkan keempat partai
besar (Masyumi, PNI, NU dan PKI)

2. Membentuk Dewan Nasional


Badan ini beranggotakan wakil2 gol fungsional, terdapat perimbangan kekuasaan antara kabinet yg merupakan
perwakilan dari partai2 pol dan Dewan Nasional yg merupakan pencerminan gol2 yg ada dlm masy (buruh, militer
dan cendekiawan)

Tugas:
Sebagai badan penasihat pem
Konsepsi Presiden ternyata tdk berhasil mendapatkan dukungan mayoritas sehingga tdk dapat mencapai
konsensus dlm parlemen. Partai2 pol menyambutnya dgn suara pro dan kontra. Partai yg paling keras menentang
konsepsi itu adalah Masyumi dan Partai Katolik sdgkan NU, Parkindo, IPKI, PSII dan PSI menolak secara tdk
langsung. Partai yg mendukung (PKI dan PNI).
Kabinet Ali Sastroamijoyo II menghadapi krisis karena adanya gerakan2 separatis di daerah2. 9 Jan 1957,
Masyumi menarik menteri2nya dari kabinet karena tdk menye7i cara yg diambil kabinet dlm menyelesaikan
pergolakan kabinet. 14 Maret 1957, Ali Sastroamijoyo mengembalikan mandatnya kpd presiden. Pada hari itu juga
Presiden Soekarno mengumumkan negara dlm keadaan bahaya (SOB).
Kegagalan Suwiryo membentuk kabinet baru mendorong presiden membentuk zaken kabinet ekstraparlementer
yg akan membentuk Dewan Nasional sesuai Konsepsi Presiden. Hal itu didasari SOB dan kedudukannya sbg
Panglima Tertinggi Angkatan Perang. 9 April 1957 terbentuk Kabinet Karya dgn tokoh nonpartai Ir. Juanda sbg
perdana menteri. 6 Mei 1957, Presiden Soekarno membentuk Dewan Nasional yg dipimpinnya sendiri.
Konstituante yg mulai bersidang sejak 1956 – 1959 belum berhasil merumuskan UUD (konstitusi) baru. Ketika
Konstituante bersidang situasi pol dlm negeri semakin memburuk. Daerah2 yg bergolak sejak th 1956, semakin
memperlihatkan gejala separatisme. Dlm suasana itu terasa keganjilan sikap partai2 pol di dlm Konstituante karena
mereka masih membiarkan wakil2nya berdebat di dlm Konstituante. Ketidaksabaran masy semakin meningkat terh
cara kerja konstituante.

Sebab2 kegagalan penyusunan UUD oleh konstituante :


 Di antara anggota2 Konstituante terjadi perdebatan antara partai2 Islam yg menghendaki agar Islam dijadikan
sbg dasar negara dan partai2 non-Islam yg lebih menghendaki agar yg menjadi dasar Negara adalah Pancasila
 Persoalan sistem demokrasi apa yg dipraktikan di Indonesia setelah adanya Konsepsi Presiden dan
dikemukakannya gagasan Demokrasi Terpimpin oleh Presiden Soekarno
 Persoalan Dwi Fungsi ABRI
 Anggota Konstituante lebih loyal kpd kel nya masing2 dari pada memikirkan gagasan2 dlm rangka memecahkan
persoalan negara yg
semakin pelik. Hal tsb menyebabkan terjadinya perpecahan di antara anggota Konstituante

22 April 1959, di depan sidang Konstituante, Presiden Soekarno menganjurkan agar dlm rangka demokrasi
terpimpin, Konstituante menetapkan UUD 1945 menjadi UUD RI. Menanggapi usul Presiden Soekarno tsb, Konstituante
kembali mengadakan sidang utk pemungutan suara guna menolak / menerima usul presiden tsb. Setelah diadakan
pemungutan suara, 30 Mei 1959 ternyata kuorum tdk tercapai karena banyak sekali anggota yg tdk hadir. Akibatnya,
timbullah kemacetan dlm sidang Konstituante, sesuai dgn ketentuan dlm tata tertib Konstituante maka diadakanlah
pemungutan suara 2x. Pemungutan suara terkahir diadakan 2 Juni 1959, sidang tsb tdk mencapai kuorum. 3 Juni 1959
Konstituante mengadakan reses yg ternyata utk selama2nya.
Menanggapi ditolaknya usul pem utk memberlakukan kembali UUD 1945 oleh Konstituante, KSAD Letjen, A.H.
Nasution atas nama pem/Penguasa Perang Pusat (Peperpu) mengeluarkan peraturan No. Prt/Perpepu/040/1959 tentang
larangan mengadakan keg2 pol yg berlaku 3 Juli 1959. Ketua PNI Suwiryo juga mengirim surat kpd Presiden Soekarno
utk mendekretkan UUD 1945 dan membubarkan Konstituante.
Kegagalan merumuskan sebuah konstitusi baru dan ketidakmampuan bekerja secara parlementer utk kembali ke
UUD 1945 mendorong Presiden mengambil langkah2 pol utk mengatasi keadaan tsb. Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00
WIB dlm suatu upacara resmi di Istana Merdeka Jkt, Presiden Soekarno mengumukan dekrit yg berisi:
 Membubarkan Dewan Konstituante
 Memberlakukan kembali UUD 1945 dan membekukan berlakunya UUDS 1950
 Segera membentuk MPR dan DPA
Berlakunya kembali UUD 1945 dgn kekuatan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ternyata diterima baik oleh
rakyat Indonesia. Bahkan, dlm sidangnya 22 Juli 1959, DPR secara aklamasi menyatakan bersedia bekerja
keras atas UUD 1945. Dasar hukum dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah hukum darurat negara
mengingat keadaan negara (staatsnoodrecht) yg sedang dilanda p’satuan dan keselamatan bangsa.

B. Perkembangan Pol Masa Demokrasi Terpimpin


1.Kebijakan Pol Masa Demokrasi Terpimpin
Mengingat badan Konstituante telah dibubarkan maka sbg gantinya Presiden Soekarno membentuk
MPRS yg anggotanya ditunjuk oleh presiden. Presiden juga membentuk DPAS yg bertugas memberi
jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul pada pem.

a.Pembentukan MPRS dan DPAS


Utk melaksanakan Dekrit Presiden maka dibentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) yg dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 th 1959. Penunjukan anggota MPRS
dilakukan dgn syarat, antara lain:
o S7 kembali pada UUD 45
o Setia pada perjuangan RI
o S7 terh Manifesto Pol (Manipol)
Keanggotaan MPRS disusun dgn komposisi gotong royong sebagai perwujudan demokrasi terpimpin. Jumlah anggota
MPRS adalah 555 org, terdiri atas 261 anggota DPR, 94 utusan daerah dan 200 org wakil dari gol karya.

Tugas MPRS:
Menyusun GBHN

Pada sidang umum p’1 MPRS di Bandung, 10 Nov – 7 Des 1960 menghasilkan keputusan utk menetapkan Manifesto
Pol presiden (Manipol) sbg GBHN. Sbg tindak lanjut Dekrit Presiden dibentuk pula Dewan Perwakilan Agung Sementara
(DPAS) berdasarkan Penpres No. 3 th 1959. Jumlah anggota DPAS adalah 45 org terdiri atas 12 wakil partai pol, 8 utusan
daerah, 24 wakil gol karya dan seorang wakil ketua dan ketua yg dijabat Presiden Soekarno sendiri. Selain membentuk
MPRS, juga dibentuk Dewan Perancang Nasional dan Front Nasional melalui Penpres No 13 th 1959. Dewan Perancang
Nasional diketuai oleh Mr. Moh. Yamin, sdgkan Front Nasional diketuai oleh Presiden Soekarno.
Penyelewengan UUD 1945 ditunjukkan dgn penunjukan anggota MPRS oleh presiden. Seharusnya presiden berada
dibawah MPRS dan bertanggungjawab kpd badan itu. RI terlepas dari penyelewengan yg 1 dan terjerumus kpd
penyelewengan yg lain. Demokrasi Terpimpin yg seharusnya menciptakan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan
ternyata semakin jauh menyimpang karena Presiden Soekarno malahan menumpuk kekuasaan dlm tangannya sendiri.
Berdasarkan UUD 1945, presiden berada dibawah MPR, sdgkan dlm kenyataannya MPRS berada dibawah presiden.

b. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPRGR


1960 DPR Hasil Pemilihan Umum I dinyatakan dibubarkan dan tdk lama kemudian presiden telah selesai menyusun
daftar anggota DPR baru. Oleh Presiden Soekarno DPR baru tsb dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPRGR). Seluruh anggota DPRGR ditunjuk oleh Presiden Soekarno mewakili gol masing2. K3 partai besar (PNI, NU, dan
PKI) mendapat suara terbanyak, mereka dianggap mewakili gol nasionalis, agama dan komunis yg kemudian terkenal dgn
nama Nasakom. Berbeda dgn DPR lama yg anggotanya hanya terdiri dari utusan partai2 pol maka di dlm DPRGR duduk
wakil dari gol fungsional (TNI dan Polisi) sejak 1959 secara formal telah tampil sbg kekuatan sosial pol / gol karya.
Di dlm DPRGR, PKI mendapat jatah kursi yg paling besar dibandingkan dgn gol2 lain. DPRGR dlm kenyataannya tdk dapat
berfungsi sesuai dgn UUD karena anggotanya ditunjuk oleh Presiden Soekarno sehingga mereka sukar utk tdk menye7i keinginan
presiden. Lembaga legislatif (DPR) seharusnya sejajar kedudukannya dgn presiden menurut UUD 1945. Dalam kedudukannya
jauh lebih rendah dari presiden, bahkan ketua DPRGR diangkat menjadi menteri sehingga ia menjadi pembantu presiden.

c. Pembentukan Kabinet Kerja


Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka kepala Negara dipegang oleh presiden. Berdasarkan UUD 45, presiden selain sebagai
kepala negara juga berperan sbg kepala pemn. Presiden Soekarno membentuk Kabinet Kerja, mengingat jabatan wakil presiden
lowong sejak pengunduran diri Moh. Hatta, presiden mengadakan jabatan menteri pertama dlm kabinet kerja. Menteri pertama
dlm Kabinet Kerja dijabat oleh Ir. Juanda, kabinet Kerja dilantik 10 Juli 1959.

Program Kerja Kabinet Kerja disebut Triprogram, yaitu :


 Meningkatkan sandang dan pangan
 Menstabilkan keamanan
 Mengembalikan Irian Barat

d. Pengangkatan Presiden Soekarno Menjadi Presiden Seumur Hidup


Tindakan pemusatan kekuasaan Presiden Soekarno tdk terbatas pada bid legislatif, tetapi juga meliputi bidang yudikatif
(kehakiman). Ketua Mahkamah Agung dan Jaksa Agung diangkat menjadi menteri. Padahal k2 jabatan menurut sistem trias
politika harus bebas dari kekuasaan kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dgn demikian, kekuasaan eksekutif, legislatif dan Yudikatif
telah dit4kan di bawah Presiden Soekarno. Angkatan Bersenjata yg seharusnya menjadi alat perjuangan maupun aparat
pertahanan dan keamanan yg tangguh dipecah belah. Persaingan antarangkatan malah dipertajam sdgkan persaingan pribadi
antara tokoh dgn tokoh / antarkel dlm setiap angkatan didorong. UUD 1945 tdk dilaksanakan secara murni, utk lebih memperkuat
kekuasaan mutlaknya maka MPRS dlm sidangnya th 1963 justru menetapkan Presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup
walaupun menurut UUD 1945 presiden dipilih oleh MPR utk jangka waktu 5 th.
e. Permasyarakatan NASAKOM
Dalam usahanya mengalang dukungan pol, Presiden Soekarno mengumumkan ajaran Nasakom (nasionalis,
agama dan komunis) yg dianggap mewakili gol mayoritas dlm masy. Meskipun gol agama dan nasionalis
menentang Nasakom karena, khawatir dicap sbg komunistofobi. Dlm sistem demokrasi terpimpin, partai2 pol
pada umumnya tdk diberi t4 dlm percaturan pol parlementer. Bahkan, DPRGR sbg lembaga demokrasi
mandul. Diantara partai2, PKI menempati kedudukan yg istimewa di dlm sistem demokrasi terpimpin.
Dibawah pimpinan D.N. Aidit, PKI dgn tegas menyokong konsepsi Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno yg
berporoskan gol nasionalis, agama dan komunis (Nasakom) yg ditafsirkan sbg PNI, NU dan PKI.
Melalui Nasakom PKI berhasil menjadi partai besar, PKI berhasil meyakinkan Soekarno bahwa tanpa PKI,
Presiden Soekarno posisinya akan lemah terh TNI. Dgn perlindungan Presiden Soekarno maka kedudukan PKI
semakin kuat. Rakyat diajak menyelesaikan revolusi sesuai dgn tahapan yg ditentukan oleh PKI. Manipol harus
dipegang teguh sbg satu2nya ajaran (doktrin) revolusi Indonesia sehingga kedudukan Pancasila sbg dasar
falsafah negara digeser oleh Manipol.

f. Pembatasan Partai2
Partai2 pol yg masih berani menghadapi teror mental PKI adalah Partai Murba. Namun, akhirnya PKI
berhasil mempengaruhi Presiden Soekarno utk membubarkan Partai Murba. Selanutnya, PKI mengadakan
penyusupan ke dlm partai2 dan organisasi2 lain. Misalnya, penyusupan (infiltrasi) PKI yg mengakibatkan
pecahnya PNI menjadi pimpinan Ali Sastromijoyo yang disusupi oleh tokoh PKI, Ir. Surachman sehingga
haluannya menjadi sejajar dgn PKI. Tokoh2 marhaenis sejati malahan dikeluarkan dgn dalih bahwa mereka
adalah marhaenis gadungan. Selanjutnya, mereka membentuk PNI dibawah pimpinan Osa Maliki dan Usep
Ranawidjaya yg kemudian dikenal sbg PNI Osa – Usep.
2. Penyimpangan Pol Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
Prinsip pol luar negeri bebas aktif Indonesia p’1 x dirumuskan pada masa pemn Hatta. Sep 1948, Moh. Hatta
menyatakan Indonesia memilih bersikap netral dlm Perang Dingin. 28 Sep 1950 Indo bergabung dgn PBB. Pol luar
negeri bebas diartikan bahwa Indonesia bebas menjalin hub dgn negara lain. Aktif, artinya Indonesia berperan aktif
dlm mewujudkan p’damaian dunia. Pada masa kelahiranya, prinsip pol bebas aktif dipilih utk menolak tuntutan
pihak komunis di Indonesia agar RI berpihak kpd Uni Soviet dan membuat jarak dlm hubnya dgn AS.
Posisi pol tsb dimaksudkan sbg upaya mendefinisikan peranan yg tepat bagi Indo dlm konflik antarnegara adidaya.
Kebijakan pol luar negeri tsb diteruskan oleh berbagai kabinet pem Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin
terjadi penyimpangan pol luar negeri Indonesia yg bebas dan aktif.

a. Aliansi dengan Negara2 Komunis


Pada masa menjelang peristiwa G.30 S/PKI, pol luar negeri Indonesia telah jauh menyimpang dari pol bebas dan
aktif. Pol luar negeri Indonesia ternyata lebih condong kpd negara2 blok komunis (RRC dan Korea Utara). Eratnya
hub Indo dgn negara2 komunis sbg perwujudan sikap antinegara Barat tsb diwujudkan dgn pembentukan Poros
Jakarta – Peking – Pyongyang – Phnom Penh – Hanoi yg dideklarasikan oleh Presiden Soekarno, Agustus 1965 sbg
bentuk sikap anti-imperialisme.

b. Konfrontasi dgn Malaysia


Selain menjalin hub yg erat dgn negara blok komunis, Indonesia juga melakukan pol konfrentasi dgn Malaysia.
Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia yg merupakan gabungan negara2 bekas jajahan Inggris di
Semanjung Malaya (Tanah Melayu, Singapura, Sabah dan Serawak). Presiden Soekarno beranggapan bahwa
pembentukan Federasi Malaysia hanyalah alat pol kolonialisme Inggris.
Presiden Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tsb adalah
sebuah rencana neokolonial utk mempermudah rencana pihak Inggris di wil tsb. Pembentukan Federasi
Malaysia dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara2 Barat di kawasan Asia dan
memberikan celah kpd Inggris dan Australia utk mempengaruhi perpolitikan di kawasan Asia.
Tindakan Indonesia yg semakin melenceng dari pol luar negeri bebas aktif ditunjukkan dgn usaha
menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia dgn diumumkannya Dwi Komando Rakyat (Dwikora) oleh
Presiden Soekarno, 3 Mei 1964 yg berisi :
 Gagalkan pembentukan negara boneka Malaysia
 Perkukuh Revolusi Indonesia

Menjelang pemberontakan 30 S/PKI, kebijakan pol luar negeri Indo semakin dikendalikan oleh Presiden
Soekarno. Kebijakan pol luar negeri bebas aktif semakin diseleengkan dgn melakukan konfrontasi terh Old
Emerging Forces (OLDEFO) yg didukung oleh negara2 Barat melawan New Emerging Forces (NEFO) yg
didukung negara2 blok Timur yg beraliran komunis. Menurut Soekarno, negara2 Barat (AS, Prancis dan
Inggris) dianggap membantu Belanda dlm menguasai Irian Barat dan tdk memberi dukungan pada Indo dlm
perjuangan merebut Irian Barat.
Sebaliknya, negara2 blok Timur (US dan Cina) dianggap sangat mendukung Indo pada saat pelaksanaan
Trikora karena bersedia memberikan bantuan miiter sehingga Indonesia dapat melengkapi peralatan
angkatan bersenjata dlm merebut Irian Barat. Pol konfrontasi tsb terus dilakukan setelah Irian Barat
berhasil kembali ke pangkuan RI. Dgn dukungan negara2 blok Timur tergabung dlm NEFO, Indo
melanutkan konfrontasinya dgn Malaysia.
c. Pol Mercusuar
Ciri kebijakan pol luar negeri Indonesia sebelum th 1965 adalah pol mercusuar yg dijlkan Presiden Soekarno.
Soekarno berpendapat bahwa Indonesia adalah mercusuar yg dapat memandu perjuangan negara2 NEFO di
seluruh dunia melawan kekuatan neokolonialisme dan imperialisme . Utk mewujudkan t7n pol mercusuar tsb
maka Indo mengadakan proyek2 politis yg diharapkan mampu menjunjung nama Indo di mata negara2
NEFO, seperti :
 Mengadakan pertandingan olahraga Games for Emerging Forces (GANEFO)
 Pengiriman delegasi Indonesia ke negara2 NEFO
 Kunjungan delegasi negara NEFO ke Indonesia
 Pembangunan proyek2 industri berteknologi tinggi

Dampak kebijakan pol luar negeri mercusuar tsb mengorbankan kepentingan nasional karena pelaksanaan pol
mercusuar menyerap dana yg besar di tengah2 kesulitan eko rakyat. Utk membiayai proyek tsb pem Presiden
Soekarno mencetak uang tanpa batas yg menyebabkan terjadinya inflasi di tengah2 masy.

d. Indonesia Keluar dari Keanggotaan PBB


Penyimpangan pol luar negeri bebas aktif tsb mencapai puncaknya saat Indo memutuskan keluar dari PBB 7
Jan 1965 sbg protes atas diterimanya Malaysia sbg anggota Dewan Keamanan PBB. Keluarnya Indo dari
keanggotaan PBB semakin mendekatkan pol luar negeri Indo dgn RRC yg mendukung pol konfrontasi Indo
melawan Malaysia.
C. Perkem. Eko Masa Demokrasi Terpimpin
1.Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Utk melakasanakan pembangunan nasional, Presiden Soekarno membentuk Front Nasional dan Dewan Perancang
Nasional melalui Penetapan Presiden No 13 th 1959. Front Nasional adalah organisasi massa yg memperjuangkan
cita2 Proklamasi 17 Agus 1945 seperti tercantum dlm UUD 1945. Front Nasional diketuai oleh Presiden Soekarno,
Dewan Perancang Nasional dibentuk 15 Agustus 1959 dan mempunyai tugas mempersiapkan Rancangan UU
Pembangunan Nasional serta menilai penyelenggaraan pembangunan itu. Dewan Perancang Nasional diketuai Moh.
Yamin, selanjutnya Depernas berhasil menyusun Rancangan Dasar UU Pembangunan Nasional Sementara Berencana
tahap 1960-1969. Rancangan UU tsb dis7i MPRS dan ditetapkan dlm Tap MPRS No. 2/MPRS/ 1960

2. Devaluasi Mata Uang Rupiah


Akibat berbagai pergolakan dan salah urus terh perusahaan asing yg dinasionalisasi, keuangan negara mengalami
defisit anggaran th 1959. Usaha utk mengatasi hal itu dilakukan dgn mengadakan kebijakan devaluasi 24 Agustus
1959. Dlm kebijakan tsb, pem mendevaluasi mata uang RP 1.000, 00 dan RP 500, 00 menjadi RP 100, 00 dan RP 50,
00.

T7n kebijakan devaluasi :


Meningkatkan nilai rupiah dan melindungi tabungan rakyat

Pem juga melakukan pemberkuan simpanan di bank yang jumlahnya lebih dari RP 25.000,00. Namun, tindakan pem
ini tdk menurunkan laju inflasi yg sangat tinggi.
3. Deklarasi Ekonomi
28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengumumkan langkah2 utk menanggulangi masalah ekonomi nasional yg
dikenal dgn Deklarasi Ekonomi (Dekon). Sbg tindak lanjut Dekon, 26 Mei 1963 dikeluarkan serangkaian peraturan
mengenai ekspor, impor dan harga2. Semua peraturan tsb ternyata tdk mampu mengatasi permasalahan eko
nasional karena inflasi tdk mampu diturunkan. Akibatnya beban rakyat semakin meningkat akibat tingginya harga2
kebutuhan pokok. Kegagalan memperbaiki eko nasional disebabkan gagalnya pengajuan pinjaman kpd IMF sebesar
400 juta dolar AS dan kesulitan keuangan akibat pemutusan hub dgn Singapura dan Malaysia.

4. Kondisi Eko pada Masa Akhir Demokrasi Terpimpin


Presiden Soekarno melakukan tindakan2 yg justru menyalahi segala ketentuan yg mengakibatkan merosotnya eko
nasional. Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan yg memungkinkan menteri keuangan menempuh
kebijaksanaan yg menyimpang dari UU Pokok BI dgn cara mengizinkan menteri keuangan tdk mengumumkan
neraca BI. Akibatnya BI tdk dapat lagi menjlkan fungsinya utk mengatur peredaran uang. Utk menutupi defisit
keuangan, pem terus mencetak uang kertas tanpa perhitungan sehingga laju inflasi pada akhir th 1965 mencapai 650
%.
Pada masa akhir demokrasi terpimpin, kondisi eko Indo semakin menurun diakibatkan:
 pendapatan ekspor menurun
 cadangan devisa menurun
 Inflasi meningkat tajam
 Tingginya tingkat korupsi birokrasi

Inflasi yg mencapai 650 % membuat harga makanan melambung tinggi. Menurut Ricklefs, harga beras naik 900 %
pada akhir th 1965. Rakyat terpaksa harus antre utk mendapatkan kebutuhan pokok (beras, minyak dan gula pasir).
D. Perjuangan Pembebasan Irian Barat
Masalah Irian Barat muncul karena Belanda menolak menyerahkan kedaulatan atas Irian Barat pada Indonesia.
Menurut perjanjian KMB, masalah Irian Barat akan dibicarakan antara RIS dan Belanda seth setelah
penyerahan kedaulatan pada RIS. Setelah 1 th Irian Barat belum juga diserahkan Belanda kpd Indonesia. Pem
RI berusaha melakukan upaya penyelesaian masalah Irian Barat melalui jalur diplomasi. Masalah Irian Barat
semakin berlarut2 setelah Agustus 1952 pem Hindia Belanda secara sepihak memasukkan Irian Barat ke dlm wil
K. Belanda. Karena usaha diplomasi secara bilateral antara Indo dan Belanda mengenai masalah Irian Barat tdk
berhasil maka usaha pembebasan Irian Barat dibawa ke forum internasional. Selanjutnya, kabinet Ali
Sastromijoyo I membawa masalah Irian Barat ke dlm forum PBB.
1954 masalah Irian Barat dibicarakan dlm sidang Umum PBB. 1955 masalah Irian Barat dibicarakan dlm
Konferensi Asia Afrika dan Indonesia mendapat dukungan dari negera peserta KAA utk menyelesaikan masalah
tsb. Sikap Belanda yg menolak menyerahkan Irian Barat tsb mendorong Indonesia utk membatalkan perjanjian
KMB dan melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Rencana perjanjian pembatalan perjanjian KMB tsb disahkan oleh DPR hasil Pemilu 1955 menjadi UU 21 April
1956. Usaha diplomasi utk merebut Irian Barat di forum PBB selalu dilaksanakan Indo dlm Sidang Umum 1956
dan 1957. Namun, usulan Indonesia utk mengajukan resolusi mengenai penyelesaian masalah Irian Barat selalu
ditolak PBB. Sekjen PBB U Thant menganjurkan kpd duta besar Amerika utk PBB Elsworth Bunker utk
mengadakan penyelesaian masalah Irian Barat antara Indonesia dan Belanda.
Dlm usulan tsb PBB menyerahkan Irian Barat kpd Indonesia diwakili oleh PBB dlm jangka waktu 2 th.
Indonesia menye7i usulan PBB tsb dan meminta agar waktu penyerahan tsb diperpendek. Sebaliknya, Belanda
hanya s7 menyerahkan kedaulatan Irian Barat dgn membentuk perwakilan di bawah PBB utk membentuk
negara Papua. Puncak konflik Indo-Belanda mengenai masalah Irian Barat ditandai dgn pemutusan hub
diplomatik antara Indo dan Belanda sejak 17 Agustus 1960.
Masalah Irian Barat mulai memasuki babak baru, karena penyelesaian diplomasi mengenai masalah Irian Barat
selama 11 th mulai menemui jl buntu, pem RI memutuskan utk melalukan upaya merebut kembali Irian Barat. Utk
melaksanakan t7n tsb maka pem RI segera melakukan pembelian senjata keluar negeri (US). Dilakukan langkah2,
diplomasi kpd negara2 sahabat (India, Thailand, Filipina, Australia, Selandia Baru, Jerman, Prancis dan Inggris)
agar tdk membantu Belanda.
Utk menghadapi Indo, Belanda melakukan protes di PBB dan melakukan langkah2 militer, seperti mengirim
misi militernya ke Irian Barat. Utk meningkatkan perjuangan, 17 Des 1961, Presiden Soeakrno mencanangkan Tri
Komando Rakyat di Yogyakarta, yg isinya:
 Gagalkan pembentukan negara boneka Papua oleh Belanda
 Kibarkan sang Merah Putih di seluruh Irian Barat
 Bersiap utk mobilisasi umum

Utk lebih mengefektifkan perebutan Irian Barat, Pem membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
dipimpin oleh Brigadir Jenderal Soaharto. Operasi pembebasan Irian Barat dilaksanakan dgn melakukan infiltrasi
(penyusupan) ke daerah Irian Barat melalui laut dan udara oleh Sukarelawan Trikora dan satu2an TNI dgn t7n utk
mengembangkan penguasaan wil sebelum wil sebelum diadakan serangan frontal utk menduduki posisi2 Belanda di
Irian Barat.
Sebelum dilakukan serangan terbuka telah terjadi insiden Laut Arafuru antara AL Belanda dan AL Indo yg
menyebabkan tenggelamnya KRI Macan Tutul yg dikomandani Komodor Yos Sudarso saat melawan kapal perusak
dan fregat Belanda. Sebelum konflik Irian Barat berkembang menjadi konflik terbuka, 18 Agustus 1962 telah
dikeluarkan perintah penghentian tembak menembak oleh presiden sbg Panglima Komando Pembebasan Irian
Barat. Keputusan gencatan senjata tsb terkait dgn penyelesaian atas masalah Irian Barat di PBB, 15 Agustus 1962.
Dalam p’janjian antara Indo dan Belanda yg ditandatangani di markas PBB di New York tsb
akhirnya Belanda sepakat utk menyerahkan wil Irian Barat 1 Okt 1962 kpd suatu pemn sementara PBB
yg akan menyerahkan Irian Barat pada pihak Indonesia 1 Mei 1963. Sebelum th 1969, akan diadakan
penentuan pendapat rakyat Irian Barat. Setelah ditandatanganinya p’s7n New York, sejak 18 Agustus
1962, diadakan gencatan senjata antara Indo-Belanda. 1 Okt 1962 Irian Barat diserahkan oleh Belanda
kpd United Nation Transition Authory on West Irian (UNTEA). Pada awal th 1963 hub diplomatik Indo-
Belanda dibuka kembali dan 1 Mei 1963 PBB menyerahkan wilayah Irian Barat kpd pihak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai