UUD 1945 setelah amendemen adalah sah, baik formil maupun materiil.
Menurut teori konstitusi, UUD adalah keputusan politik tertinggi dari rakyat.
UUD 1945 setelah amendemen sah karena diputuskan oleh lembaga perwakilan
rakyat yang dipilih secara demokratis. Selain itu, amendemen adalah upaya untuk
menyempurnakan UUD 1945, yang merupakan amanat dari pendiri negara.
Amendemen UUD 1945 sah karena dilakukan oleh MPR yang berarti telah
sesuai dengan mekanisme konstitusional. Adalah sah meskipun mengandung
sangat banyak kelemahan dan dapat dinyatakan legitimate karena diterima dan
dipatuhi oleh rakyat. Penerimaan dan kepatuhan rakyat terlihat dari mulusnya
jalan untuk pembentukan lembaga negara dan mulusnya pemilihan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) serta pemilihan
presiden secara langsung. Dunia internasional juga menganggap bahwa
pemerintahan yang didasarkan pada UUD 2002 lebih demokratis dari
pemerintahan sebelumnya. Sebetulnya UUD 2002 tidak layak dinamakan UUD
1945 karena prinsip dasarnya berbeda dengan UUD 1945, tetapi dalam kenyataan
bahwa UUD 2002 telah dipatuhi oleh rakyat Indonesia dan diakui oleh dunia
internasional. Sehingga dalam pandangan penulis perdebatan akan penyebutan
nama yang layak untuk UUD kita dapat dikesampingkan untuk sementara karena
masih ada permasalahan lain yang lebih besar yang mengemuka pada saat ini.
1. Sebelum UUD 1945 dicantumkan di BRI, pada akhir Agustus 1945, Pemerintah
Republik Indonesia menyatakan bahwa UUD 1945 berlaku bila telah disiarkan
di surat kabar, setelah ditempelkan di papan pengumuman kantor pemerintah
atau kantor Komite Nasional Pusat dan Komite Nasional Daerah. Pemerintah
1
Republik Indonesia berpendapat bahwa tanpa harus dicantumkan di Lembaran
Negara, UUD 1945 telah berlaku.
2. BRI bukan Lembaran Negara. BRI semacam Gazette, bukan Statute-book, bukan
Staatsblad. BRI adalah majalah terbitan Departemen Penerangan yang
beralamat di Jalan Tjilatjap 4 Jakarta. Departemen Penerangan bukan lembaga
yang berhak mengundangkan suatu undang-undang. Lembaga yang berhak
mengumumkan undang-undang adalah Sekretariat Negara.
4. Pemuatan UUD 1945 di BRI bukan dalam rangka pengundangan UUD tetapi
dalam rangka mengubah UUD 1945. Perdana Menteri Sutan Syahrir dan
Menteri Kehakiman Mr. Suwandi menjalankan pemerintahan yang tidak
sesuai dengan UUD 1945. Jadi tidak mungkin mereka mengundangkan UUD
1945. Di BRI, Batang Tubuh UUD dicetak terpisah dari Penjelasan UUD.
Selain itu, ada catatan dari redaksi yang berbunyi:
2
Penyusunan UUD yang bersifat sementara itu antara lain dikemukakan
oleh Mr. Wongsonagoro yang menyatakan bahwa mengingat prinsip “keputusan
terakhir dan tertinggi ada pada suara rakyat” (in de laatste en hoogste instantie,
pada votum rakyat), maka seyogyanya “hukum dasar” bersifat sementara.
Pada sidang PPKI tersebut sifat sementara juga disinggung oleh 3 orang
anggota, yaitu Ir. Sukarno yang mengucapkan bahwa “ini adalah sekedar UUD
sementara, UUD kilat, bahkan barangkali dapat dikatakan pula, inilah
revolutiegrondwet. Nanti kita membuat UUD yang lebih sempurna dan lengkap”.
Dr. Ratulangi mengatakan bahwa grondwet ini perlu disempurnakan dan Mr. Iwa
Kusuma Sumantri berkata bahwa “benarlah bahwa ini adalah suatu UUD kilat”.
Kemudian, sifat sementara UUD dikukuhkan di Aturan Peralihan yang berbunyi:
“Dalam enam bulan sesudah MPR dibentuk, Majelis itu bersidang untuk
menetapkan UUD”.
3
Upaya untuk menyempurnakan UUD 1945
4
Penyempurnaan UUD oleh Konstituante
Sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 1997, MPR menyatakan “tidak
punya keinginan untuk mengubah UUD 1945”. MPR menetapkan akan
mengabadikan UUD 1945. Ketetapan MPR tesebut jelas melanggar amanat para
pendiri negara.
Teori Hans Kelsen, Hans Nawiasky dan Notonagoro tentang Jenjang Norma
Hukum
5
kemudian ditulis. Sama dengan teori Hans Kelsen, Notonagoro menyatakan
bahwa Pancasila tidak termasuk dalam UUD, tidak termakan oleh Pasal 37 UUD.
6
Ius adalah “hukum sebagai jelmaan akal sehat atau jelmaan hati nurani”
(law-as-reason), ius selalu sesuai dengan “keadilan”. Lex adalah “hukum sebagai
jelmaan kekuatan yang ada di masyarakat” (law-as-power), jadi bisa menzalimi
sebagian dari masyarakat yang tidak termasuk dalam golongannya. Lex dapat
disebut sebagai law-as-statute atau objective ius dan ius adalah law-as-principle
atau subjective ius.
Undang-undang, wet, gesetz, loi, atau lex adalah buatan otoritas politik
artinya buatan Badan Legislatif atau Pemerintah. Jadi ada kemungkinan bahwa
undang-undang (wet, gesetz, loi, lex) ternyata menzalimi sebagian dari rakyat,
umpamanya salah satu gesetz Nazi Jerman yang menzalimi kaum Yahudi. Sebab
itu, timbul ajaran bahwa undang-undang harus tunduk pada UUD dan UUD harus
tunduk pada “pokok kaidah negara yang fundamental”. Lex yang tergantung
kepada kepentingan partai politik, kepentingan kaum kapitalis, kepentingan kaum
militer atau Lembaga Swadaya Masyarakat, harus tunduk kepada Ius yang selalu
mengacu pada hati nurani.
Hubungan Lex dan Ius terlihat juga di ajaran Prof. Notonagoro yang
menyatakan bahwa “kebaikan hukum positif Indonesia, termasuk (tubuh) UUD,
harus diukur dari asas-asas yang tercantum dalam Pembukaan. Dan karena itu,
Pembukaan dan Pancasila harus dipergunakan sebagai pedoman bagi penyelesaian
soal-soal pokok kenegaraan dan tertib hukum Indonesia”.
Perbedaan antara Lex dan Ius terlihat juga dari ucapan Lord Coke bahwa
“a statute was invalid because it violated the principle of ‘common Right and
reason’” (undang-undang tidak berlaku bila melanggar prinsip hukum dan akal
sehat). Law berasal dari Lex dan Right berasal dari Recht. Kemudian law diberi
arti yang baik dengan menambahkan kata common, good, just atau true menjadi
common law, good law, just law atau true law, yang dapat diartikan sebagai law
as reason.
7
Di Jerman, hirarkhi sumber hukum (Gesetzesvorrang) menempatkan
perjanjian Internasional yang penting (UUD Masyarakat Eropa dan Hukum
Internasional), di bawah UUD (Grundgesetz). Urutan selanjutnya adalah undang-
undang yang dibuat oleh Parlemen Pusat, Peraturan Pemerintah Pusat, Peraturan
Menteri Federal, diikuti oleh UUD Negara Bagian dan seterusnya. Tidak ditemui
istilah dekrit di Gesetzesvorrang.
Di Finlandia, ada istilah dekrit pada hirarkhi sumber hukum yang terdiri
dari: Konstitusi, undang-undang yang dibuat oleh parlemen, dekrit yang dibuat
oleh presiden, kabinet atau menteri, dan terakhir adalah peraturan lainnya yang
dibuat oleh pejabat di bawah menteri.
Tentang Dekrit
Pada waktu PPKI mengesahkan UUD 1945, istilah dekrit belum dikenal.
Bila negara dalam keadaan bahaya, penyelesaiannya dilakukan dengan Pasal 12
yang menyatakan: “Presiden menyatakan keadaan bahaya”. “Syarat-syarat dan
akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang”. Bila “Negara
dalam keadaan genting”, penyelesaiannya dilakukan dengan Pasal 22 yang
berbunyi: ”Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang”.
8
alasan adanya hukum tidak tertulis, yang dalam bahasa Belanda dinamakan
Staatsnoodrecht.
9
UUD 1945 tidak mempunyai tiga ketentuan seperti di atas. Hal itu
menyebabkan terjadinya tragedi 1965 dan tragedi-tragedi lainnya. UUD yang
sudah di amendemen sudah melarang penggunaan retroactive law tetapi
perumusannya kurang tepat. Di Pasal 28I ditegaskan bahwa “hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun” padahal dunia internasional sudah
menerima bahwa retroactive law berlaku untuk kejahatan yang luar biasa
kejamnya, bom Bali umpamanya.
Kelemahan itu adalah akibat dari kurang matangnya konsep yang hendak
diterapkan. Hal itu antara lain terlihat di perdebatan di MPR mengenai Congress
di Amerika Serikat. Ketika itu, pemahaman mengenai Congress adalah bahwa
Congress hanya suatu forum yang dinamakan joint session. Menurut Konstitusi
Amerika, Article I section 2, Congress terdiri dari dua lembaga yakni House of
Representative dan Senate. Kedua lembaga itu saling melakukan checks and
balances karena mewakili kepentingan yang berbeda. Joint session (Article II
section 3) adalah rapat bersama kedua lembaga tersebut untuk mendengarkan
State of the Union Address. Joint session juga diadakan untuk mendengarkan
pidato Kepala Negara/Pemerintahan yang dianggap penting. Presiden Sukarno
pernah menerima kehormatan itu. Sedihnya, akibat tidak matangnya
pengetahuan dalam melakukan perbandingan mengenai sistem pemerintahan di
Amerika Serikat dan arti joint session menyebabkan wewenang MPR digerogoti
dan DPD tidak diberi wewenang untuk melakukan checks and balances dengan
DPR.
Istilah yang penulis ambil untuk menyebutkan UUD 1945 setelah amandemen.
Nama resmi yang telah ditetapkan MPR untuk menyebut UUD 1945 setelah
amandemen adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Tanpa kata “Indonesia”. BPUPK di Jawa dibentuk oleh Tentara ke-16 Rikugun
(Angkatan Darat) yang mendduduki Jawa; BPUPK Sumatera dibentuk oleh
Tentara ke-25 Rikugun pada bulan Juli 1945, belum sempat bersidang. Di
Kalimantan dan Indonesia Timur yang dikuasai Angkatan Laut (Kaigun), belum
10
dibentuk BPUPK karena penguasa Jepang menganggap rakyat “belum matang”
untuk merdeka.
Anggota: Mr. Dr. Kusumah Atmadja, Mr. Kasman Singodimedjo, Mr. R.P.
Notosubagyo, Mr. Satochid Kartanegara, Mr. R. Sastromulyono, Mr. M.M.
Djojodiguno, Mr. M. Husin Tirta Atmadja, Mr. R.Sudiman, R. Moh. Hamid,
Mr. R. Sumardi, Mr. Zainal Abidin, Mr. R. Mulyanto, Mr. R. Djokosutono, Mr.
Razif Sutan Andjung, Mr. R. Kusumadi, Mr. M. Sutikno, Mr. R. Sahardjo, Mr.
R. Hardjono, Mr. R. P. Notosusanto, Mr. Alwi Sutan Usman dan R. Srihuno
Kusumodirdjo;Majalah Panca Raja, 15 Februari 1946.
Komisi Tiga Negara yang dibentuk oleh PBB terdiri dari Australia yang dipilih
oleh Indonesia, Belgia yang dipilih Belanda dan Amerika Serikat yang dipilih
oleh Australia dan Belgia. Salah seorang wakil Amerika, Prof. Frank Graham
dari North Carolina University adalah pakar Hukum Konstitusi.
11
Lihat Yamin,1959; Risalah BPUPKI/PPKI, Sekneg, 1995; Kusuma, 2004.
Undang-undang APBN kita sejak tahun 1998 sampai sekarang juga menzalimi
rakyat. Hak rakyat untuk mendapat pendidikan dikurangi karena APBN
mengalokasikan dana untuk mensubsidi perbankan yang bertugas untuk
membayar hutang konglomerat hitam yang dananya lebih besar dari anggaran
pendidikan.
Pada waktu perang Korea sedang berkecamuk, Presiden Truman mengambil alih
pabrik baja karena khawatir pemogokan akan mengganggu produksi baja yang
diperlukan untuk memenangkan perang. Tindakan Truman oleh Supreme Court
dianggap melampaui wewenangnya karena membuat Executive Order yang
berkekuatan sebagai Hukum tanpa persetujuan Congress. Lihat William
H.Rehnquist, The Supreme Court, 1987: 41-67.
Berdasar adagium Nullum crimen sine lege, nulla poena sine lege (seseorang tidak
boleh dihukum, bila tidak ada undang-undang yang dibuat sebelumnya). Magna
Carta, 1215, sudah mencantumkan ketentuan semacam itu di pasal 39 yang
berbunyi: “No Freeman can be arrested, imprisoned, deprived of his property,
outlowed, exiled, or ‘in any way destroyed’ except by ‘legal judgement of his
peers or the law of the land’”.
12
KEDUDUKAN PANCASILA
SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA
PASCA AMANDEMEN UUD 1945
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
13
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah
swt. karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedudukan Pancasila sebagai
Dasar Filsafat Negara Pasca Amandemen UUD 1945”.
Penulis
14