DI SUSUN OLEH:
SMPN 2 BANGKINANG
TP:2019/2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah tak dapat diputuskan dengan suara bulat karena banyak bagian isinya masih
diperdebatkan pada sidang PPKI, 19 Agustus 1945, Soekarno mengajak PPKI mensahkan
dulu UUD 1945 sebagai UU sementara untuk pada saatnya diperbaiki lagi setelah keadaan
memungkinkan. Bung Karno yang pada tanggal 18 Agustus 1945 sudah menjadi ketua PPKI
mengatakan:
“Undang-undang Dasar yang buat sekarang ini adalah Undang-undang Dasar
Sementara…,..ini adalah Undang-undang Dasar Kilat. Nanti kalau kita bernegara didalam
suasanan yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan
Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih
sempurna”.
Dari cuplikan sejarah itu jelas bahwa UUD sejak semula memang dipandang belum
baik dan masih harus diperbaiki setelah keadaan memungkinkan.
Pandangan Soekarno bahwa UUD 1945 perlu diterima untuk sementara, dan itu tak
dapat dibantah sedikit pun oleh angota-anggota PPKI yang lain, tertuang didalam UUD
1945 itu sendiri yakni didalam aturan tambahan. Aturan tambahan jelas memuat sikap PPKI
bahwa UUD 1945 adalah UUD interim dan karenanya PPKI memerintahkan agar setelah
perang pasifik UUD itu dibicarakan lagi untuk kemuadian ditetapkan oleh MPR. Isi aturan
tambahan antara lain sebagai berikut:
1) Dalam enam bulan setelah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar ini.
2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis ini
bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.
Ayat (1) aturan tambahan memerintahkan kepada Presiden untuk, dalam waktu enam
bulan setelah perang pasifik, membentuk lembaga-lembaga Negara dan instrumen
kenegaraan lainnya sesuai dengan ketentuan UUD, termasuk membentuk MPR dan DPR
melalui pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi. Tafsir yang paling logis atas
perintah “menyelenggarakan segala hal” dalam ayat tersebut yang paling utama adalah
menyelenggarakan pemilu sesuai dengan prinsip demokrasi dan semangat yang terkandung
didalam perdebatan diBPUPKI dan PPKI. Alasannya jelas, yakni, ketika itu semua lembaga
Negara belum dapat dibentuk melalui ketentuan konstitusi sehingga harus ditetapkan secara
khusus pula. Itulah sebabnya aturan peralihan pasal IV memberi kekuasaan yang sangat
besar kepada Presiden dengan menentukan bahwa “sebelum MPR,DPR,dan DPA dibentuk
dengan UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah
komite nasional.” Kekuasaan yang begitu besar dan tidak normal itu menurut aturan
tambahan ayat (1) harus diakhiri dalam waktu tertentu disertai langkah pembentukan alat-
alat Negara sesuai dengan ketentuan UUD.
Selanjutnya, ayat (2) aturan tambahan secara spesifik memerintahkan agara MPR
terbentuk berdasarkan pelaksanaan perintah ayat (1) maka MPR bersidang untuk
menetapkan UUD. Memang ‘menetapkan’ UUD disini dapat saja diartikan menetapkan
kembali apa yang telah diputuskan oleh PPKI, tetapi yang lebih masuk akal adalah
memperbarui. Ini didasarkan pada dua alasan. Pertama: Karena secara historis UUD
diputuskan oleh PPKI dengan maksud sementara seperti yang dinyatakan oleh Soekarno
tanpa bantahan dari anggota lain. Kedua: kata ‘menetapkan’ tersebut lebih tepat diartikan
membahas kembali dan memperbaikinya sesuai dengan tugas dan wewenang MPR yang
dicantumkan didalam pasal 3 UUD itu sendiri yang berbunyi “Majelsi Permusyawaratan
Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar dari pada haluan Negara”.
Dengan demikian, tampak jelas bahwa selain tercatat dari rekaman historis
keniscayaan perubahan UUD 1945 tercantum juga didalam kewenangannya ditentukan oleh
Pasal 3 dan caranya ditentukan didalam Pasal 37.
B. Rumusan Masalah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik
Indonesia saat ini. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari
janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji
tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka
sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa
sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila.
Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk
menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang
akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam
Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus
1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"
karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk
Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu Konvensi)
1. Sebagai (norma) hukum :
a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap
WNRI dan penduduk di RI.
b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara
harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Sebagai hukum dasar:
a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai
dengan ketentuan UUD 1945.
Sifat uud 1945
1. UUD 1945 bersifat supel (elastis),
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan
dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan
zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang
Dasar tidak ketinggalan zaman.
2. Rigid
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.
Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari pengertian
tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga
negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun
mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik
Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.
Fungsi UUD 1945
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum
dasar yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam
kerangka tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi.
Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam
pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum
tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga
memiliki fungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Dalam UUD 1945 juga terkandung :
1.Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas,
wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara
2.Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya
maupun hankam.
Pada periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang sibuk memperjuangan kemerdekaan. Titah No. X Wakil Presiden pada 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena
Majelis dan Parlemen belum terbentuk. 14 November 1945 Semi-Presiden Kabinet
dibentk(“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga acara ini mengalami perubahan
pertama sistem pemerintahan Indonesia untuk 1945.
Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 “27 Desember 1949 – 17 Agustus
1950”Pada saat ini pemerintah Indonesia adalah sistem parlementer. Bentuk pemerintahan
dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing
negara memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan internal. Ini adalah perubahan
dari tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan.
Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 di mana banyak
kepentingan partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi
baru, pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden yang
satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai konstitusi, menggantikan Sementara
Konstitusi 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada saat ini, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk :
Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua MPR / DPR dan Mahkamah Agung serta
Wakil Ketua DPA sebagai Menteri Negara MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden
seumur hidup.
Pada saat ini transisi diketahui. Waktu itu sejak Presiden Soeharto digantikan oleh BJ
Habibie dengan hilangnya Timor Timur dari NKRI.
Salah satunya adalah tuntutan Reformasi 1998 untuk perubahan amandemen UUD
1945 Latar Belakang tuntutan perubahan UUD 1945, antara lain, seperti di masa Orde Baru,
kekuasaan tertinggi di tangan Majelis dan di sebenarnya bukan di tangan rakyat, kekuasaan
yang sangat besar kepada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” yang dapat
menyebabkan multitafsir, serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat pejabat
negara yang belum cukup didukung oleh ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan 1945 ketika itu meningkatkan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan, hak asasi manusia, pembagian kekuasaan, eksistensi demokrasi dan supremasi
hukum, serta hal-hal lain sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan pembangunan bangsa. 1945
perubahan perjanjian yang tidak mengubah UUD 1945, tetap mempertahankan struktur
negara staat structuur kesatuan atau selanjutnya dikenal sebagai Negara Negara Kesatuan
Republik Indonesia NKRI, serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan."
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya."
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum
dasar yang tidak tertulis, yaitu Konvensi)
1. Sebagai (norma) hukum :
a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai
dengan ketentuan UUD 1945.