Anda di halaman 1dari 4

Maal berasal dari kata bahasa Arab artinya harta atau kekayaan (al-amwal, jamak dari kata

maal) adalah “segala hal yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimiliki” (Lisan ul-
Arab). Menurut Islam sendiri, harta merupakan sesuatu yang boleh atau dapat dimiliki dan
digunakan (dimanfaatkan) sesuai kebutuhannya.

Oleh karena itu dalam pengertiannya, zakat maal berarti zakat yang dikenakan atas segala
jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan dengan
ketentuan agama.

Zakat Hasil Pertanian dan Perkebunan

1. Hasil Pertanian:

Hasil pertanian yang dikenakan kewajiban zakat adalah biji-bijian yang ditanam manusia
danmenjadi makanan pokok yang dapat disimpan, seperti gandum, jewawut, beras dan
jagung. Ini adalah pendapat mazhab Syafi’i.Sementara mazhab Hambali memasukkan pula
kacang-kacangan ke dalamnya.

 Syarat-syaratnya:

1. Hendaklah hasilnya mencapai satu nisab, yaitu 5 wasaq yang setara dengan 653 kg
gabah atau 522 kg beras.
2. Hendaklah hasil tersebut dimiliki pemilik tertentu, yaitu seorang muslim yang
merdeka.

 Kadar Kewajiban:

Kadar zakat yang wajib dikeluarkan yaitu sebesar 5 % pada tananam yang sistem
pengairannya membutuhkan biaya, dan 10 % pada tanaman yang diairi tanpa biaya, seperti
sawah tadah hujan. Keterangannya ialah hadits Nabia yang berbunyi: “Apa yang disirami air
hujan, zakatnya 10 %, dan apa yang disirami dengan gayung atau timba, zakat 5 %.”

 Waktu Pengeluarannya:

Yaitu ketika panen sebagaimana diterangkan oleh firman Allah Ta’ala yang berbunyi: “..dan
berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya.” (Al-An’âm[6]: 141).

 Cara Perhitungan Zakat Pertanian:

 Contoh 1

Seorang petani memiliki sawah seluas 1 ha yang diairi secara irigasi. Setiap kali panen
sawahnya dapat menghasilkan + 2.5ton gabah (padi). Biaya yang dia keluarkan untuk
pemeliharaan sejak masa pengelolaan sampai masa panen kurang lebih 1 kwintal. Berapakah
besaran zakat yang harus ditunaikannya, jika nisabnya 653 kg?

 Jawab:

Persentase zakat pada pertanian model ini adalah 5 %


Maka perhitungannya:
Hasil panen kotor = 2.5 ton = 2.500 kg
Biaya perawatan senilai = 100 kg
Netto = 2.400 kag
Zakatnya = 2.400 X 5% = 120 kg

 Contoh 2:

Seorang petani memiliki sebidang sawah seluas 2.5 ha di daerah tadah hujan. Setiap kali
panen biasanya dia mendapat hasil kotor sebesar 5 ton gabah. Biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan padi hingga panen senilai 50 kg,berapakah besaran zakat yang harus
dikeluarkannya?

 Jawab:

Zakat yang harus dikeluarkannya adalah 10 %


Maka perhitungannya:
Hasil panen kotor = 2.5 = 2.500 kg
Ongkos perawatan = 50 kg
Bersih              = 2.450 kg
Zakatnya = 2.450 kg X 10% = 245 kg

2. Hasil Perkebunan:

Hanafiyah (ulama mazhab Hanafi) berpendapat, tanah yang dieksploitasi dan ditanami untuk
mengeluarkan hasil buminya, supaya bisa diambil faedahnya, berupa biji-bijian dan buah-
buahan, wajib dikeluarkan zakatnya. Bahkan Imam Abu Hanifah menyatakan, semua yang
dikeluarkan tanah sedikit maupun banyak, kecuali kayu dan bambu dikenakan wajib
zakat.Dalilnya ialah keumuman hadits yang berbunyi, “Pada tanaman yang disirami hujan
ada kewajiban sepersepuluh.” (HR. Al-Bukhari) Ini berbeda dengan pendapat imam-imam
yang lain, mereka membatasi hanya pada buah-buah tertentu seperti kurma dan anggur kering
dalam mazhab Syafi’i; kurma, kurma kering dan zaitun menurut mazhab Malik; dan buah-
buah yang dapat disimpan dan ditakar menurut mazhab Hambali (pengikut Imam Ahmad bin
Hambal).
Kesimpulan para ulama tentang zakat pertanian dan perkebunan:

Pertama; para ulama sepakat bahwa hasil pertanian yang wajib dizakati ada empat macam:
sya’ir (gandum), hinthah (biji gandum), kurma dan kismis.

Kedua; para ulama berselisih pendapat tentang ‘illah zakat dari jenis ini.

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zakat hasil pertanian itu mencakup segala yang
ditanam, baik biji-bijian, buah-buahan maupun sayur-sayuran.

Sedangkan Imam Malik dan Imam Syafi’I berpandangan, bahwa zakat hasil pertanian itu
pada tanaman yang merupakan makanan pokok dan dapat disimpan. Seperti beras, gandum,
jagung dan buah kurma.

Sementara Imam Ahmad bin Hambal berpendapat, bahwa zakat hasil pertanian itu ada pada
hasil tanaman yang dapat disimpan dan ditakar.

Catatan:

Apabila berbagai hasil pertanian dan perkebunan dijadikan komoditas perdagangan, maka
zakatnya ditetapkan sebagaimana zakat harta perdagangan, yang harus memenuhi syarat haul
di samping mencapai nisab.

Anda mungkin juga menyukai