Anda di halaman 1dari 7

MUHAMMAD RAMLAN

A031191017
RMK AKUNTANSI ZAKAT
ZAKAT PERTANIAN
A. Defenisi Zakat Pertanian
Zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil pertanian berupa
tumbuh-tumbuhan, atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dll yang
merupakan makanan pokok dan dapat disimpan. Kriteria/syarat dari zakat pertanian
yaitu:

1. Menjadi makanan pokok manusia pada kondisi normal mereka.


2. Memungkinkan untuk disimpan dan tidak mudah rusak atau membusuk.
3. Dapat ditanam oleh manusia.
Adapun alasan adanya syarat makanan pokok ialah makanan pokok
merupakan sesuatu yang vital, yang apabila tanpa makanan tersebut, kehidupan
tidak akan dapat berlangsung. Selain itu, makan pokok adalah tumbuhan yang
paling mulia dan dapat membuat badan manusia berdiri tegak serta mampu
bergerak.
B. Dalil Hukum Zakat Pertanian
Zakat hasil-hasil pertanian ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah.
Dalil yang dapat diambil dari Al-Qur’an antara lain firman Allah
Artinya : “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-An’am (6) :141)
Firman Allah lainnya :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S. Al-Baqarah(2) : 267)
Adapun dalil dari sunnah di antaranya adalah hadis yang di riwayatkan dari
Ibnu Umar dari Nabi beliau bersabda :
(zakat penghasilan) dalam segala hal yang diairi (hujan dari) langit dan mata air,
atau rawa-rawa adalah sepuluh persen (Sepersepuluh), sedangkan yang disiram
(dengan menggunakan unta dan sejenisnya), maka (zakatnya) adalah lima persen
(seperduapuluh).
Berdasarkan dalil di atas, para ahli fiqh mewajibkan penunaian zakat hasil
pertanian, namun mereka lebih lanjut berbeda pandangan mengenai jenis hasil
pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya dan yang tidak wajib dikeluarkan
zakatnya.
C. Syarat Wajib Zakat Pertanian
Pertama, hasil pertanian tersebut ditanam oleh manusia. Jika hasil pertanian
itu tumbuh sendiri karena perantaraan air atau udara maka tidak wajib dizakati.
Oleh karna itu, tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat pada segala sesuatu yang
tumbuh dengan sendiri nya di lembah lembah padang pasir/pegunungan, atau yang
terbawa oleh air dan udara dari negeri musuh dan tumbuh di tanah yang halal, misal
nya kurma yang tumbuh di padang pasir. Begitu juga buah-buah perkebunan dan
kurma desa yang diwakafkan pada masjid dan kaum fakir-miskin. Menurut
pendapat yang shahih, hasil-hasil tanaman ini tidk wajib dikeluarkan zakatnya
karna ia tidak memiliki pemilik definitif. Seandainya ada yang memilikinya secara
definitif,dalam artian ia memang tumbuh di tanah wakaf namun ditanam oleh
seseorang dan benihnya berasal dari si penanam tersebut maka hasilnya wajib
dikeluarkan zakatnya (jika memang memenuhi syarat orang lain).
Kedua, hasil pertanian tersebut merupakan jenis makanan pokok manusia
yang dapat disimpan dan jika disimpan tidak rusak.
Ketiga, sudah mencapai nishab. Dalam hal ini, nishab masing-masing jenis
hasil pertanian dihitung sendiri-sendiri, bukan gabungan dari jenis yang satu dengan
jenis yang lainnya , misanya gandum dengan gandum barley. Beda halnya dengan
varietas lain, sebab ia masih satu jenis. Pemilik boleh mengeluarkan zakat dari
masing-masing vaietas tersebut sesuai bagiannya, namun jauh lebih baik jika
zakatnya di keluarkan dari jenis lainnya.
D. Hasil Pertanian yang Wajib Zakat
Pada uraian terdahulu sudah dijelaskan, bahwa hasil pertanian dikenakan
zakat, apabila telah memenuhi syarat. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat
mengenai jenis hasil bumi yang dikenakan zakat. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Ibnu Umar dan Sebagian Ulama Salaf


Ibnu Umar dan sebagian ulama salaf berpendapat, bahwa zakat hanya wajib atas
empat jenis tanaman saja, yaitu hintah (gandum), syair (sejenis gandum), kurma,
dan anggur.

2. Malik dan Syafi’i


Imam Malik dan Syafi’i berpendapat, bahwa jenis tanaman yang wajib zakat adalah
makanan pokok sehari-hari anggota masyarakat, seperti beras, jagung, sagu. Selain
dari makanan yang pokok itu, tidak dikenakan zakatnya. Oleh Syafi’i dikatakan
juga, bahwa kurma dan anggur wajib dikeluarkan zakatnya.

3. Imam Ahmad
Imam Ahmad berpendapat, bahwa biji-bijian yang kering dan dapat ditimbang
(ditakar), seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dikenakan
zakatnya. Begitu juga seperti buah kurma dan anggur dikeluarkan zakatnya. Tetapi
buah-buahan dan sayur tidak wajib zakatnya.
Pendapat Imam Ahmad, sejalan juga dengan Abu Yusuf dan Muhammad (murid
dan sahabat Imam Hanafi).
4. Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah berpendapat, bahwa semua hasil bumi yang bertujuan untuk
mendapatkan penghasilan, diwajibkan mengeluarkan zakatnya, walaupun bukan
menjadi makanan pokok. Abu Hanifah tidak membedakan, tanaman yang tidak bisa
dikeringkan dan tahan lama, atau tidak sama, seperti sayur mayur, mentimun labu
dan lain-lain.
Sebagai landasan yang dipergunakan Abu Hanifah adalah ayat 267 surat al-Baqarah
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Beliau berpegang kepada keumuman
bunyi ayat tersebut sedangkan orang yang tidak memasukkan sayur-mayur
beralasan, bahwa ayat yang bersifat umum itu, ditakhsiskan dengan hadis
Rasulullah.
Di samping ayat 267 surat al-Baqarah, beliau perkuat dengan ayat 141 surat al-
An’am yang sudah disebutkan terdahulu. Abu Hanifah juga berpedoman kepada
sabda Rasulullah yang artinya:
“Yang diairi air hujan, zakatnya 10% dan yang disirami, zakatnya 5% tanpa
membedakan jenis tanamannya, dan apakah makanan pokok atau bukan, semuanya
sama.”

E. Ketentuan Zakat Pertanian


1. Nisab Zakat Pertanian
Nishob zakat pertanian adalah 5 wasaq. Demikian pendapat jumhur (mayoritas)
ulama, berbeda dengan pendapat Abu Hanifah. Dalil yang mendukung pendapat
jumhur adalah hadits,
“Tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.”
1 wasaq = 60 sho’, 1 sho’ = 4 mud.
Nishob zakat pertanian = 5 wasaq x 60 sho’/wasaq = 300 sho’ x 4 mud = 1200
mud.
Ukuran mud adalah ukuran dua telapak tangan penuh dari pria sedang. Perlu
dipahami bahwa sho’ adalah ukuran untuk takaran. Sebagian ulama menyatakan
bahwa satu sho’ kira-kira sama dengan 2,4 kg. Syaikh Ibnu Baz menyatakan, 1
sho’ kira-kira 3 kg. Namun yang tepat jika kita ingin mengetahui ukuran satu
sho’ dalam timbangan (kg) tidak ada ukuran baku untuk semua benda yang
ditimbang. Karena setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda. Yang
paling afdhol untuk mengetahui besar sho’, setiap barang ditakar terlebih
dahulu. Hasil ini kemudian dikonversikan ke dalam timbangan (kiloan).
Taruhlah jika kita menganggap 1 sho’ sama dengan 2,4 kg, maka nishob zakat
tanaman = 5 wasaq x 60 sho’/ wasaq x 2,4 kg/ sho’ = 720 kg.
Dari sini, jika hasil pertanian telah melampaui 1 ton (1000 kg), maka sudah
terkena wajib zakat.
2. Kadar Wajib
Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi (mengeluarkan biaya) atau
10% dengan pengairan alami (tadah hujan) dan tidak mengeluarkan biaya sesuai
dengan hadis Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya
“Yang diairi dengan air hujan, mata air, dan tanah zakatnya sepersepuluh
(10%), sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh (5%).” (HR Bukhari
dan Muslim)
3. Waktu Mengeluarkan
Zakat pertanian dikeluarkan setiap kali panen, sebagaimana firman Allah
Subhana Wara’alah dalam Q.S Al-An’am ayat 34 yang artinya
“...Dan bayarkanlah zakatnya dihari panen...”
F. Cara Perhitungan Zakat Pertanian
Contoh :
Bpk. H. Sutik adalah seorang petani, ia memiliki sawah yang luasnya 2 Ha dan ia
tanami padi. Selama pemeliharaan ia mengeluarkan biaya sebanyak Rp 5.000.000,.
Ketika panen hasilnya sebanyak 10 ton beras. Berapakah zakat hasil tani yang harus
dikeluarkannya?
Ketentuan zakat hasil tani:
Nisab 653 kg beras, Tarifnya 5%, Waktunya: Ketika menghasilkan (Panen) Jadi
zakatnya:
Hasil panen 10 ton = 10.000 kg (melebihi nisab) 10.000 x 5% = 500 kg Jika
dirupiahkan:
Jika harga jual beras adalah Rp10.000,- maka 10.000 kg x Rp10.000 =
Rp100.000.000 100.000.000 x 5% = Rp5.000.000,-
Maka zakatnya adalah 500 kg beras atau Rp5.000.000,-
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2009. Fiqh Ibadah. Jakarta : Amzah


El-Madani. 2013. Fiqih Zakat Lengkap. Jogjakarta : Diva Press
M. Ali Hasan. 2005. Zakat dan Infak. Jakarta : Kencana
M. Arief Mufraini. 2006. Akutansi dan Manajemen Zakat . Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai