Anda di halaman 1dari 21

A.

PENDAHULUAN

Zakat adalah salah satu kewajiban bagi seluruh umat Islam baik yang tua
maupun yang muda, karena ketentuan untuk berzakat telah ditetapkan dalam al-
Qur’an dan merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan
sholat. Oleh karena itulah mengapa zakat merupakan hal wajib dan penting bagi umat
Islam. Selain itu zakat merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari rasa
kikir, pelit dan cinta harta, dan zakat merupakan instrumen sosial yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar fakir dan miskin.

Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi


hablum minallah dan hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
Islam dibalik kewajiban zakat, Secara umum zakat bertujuan untuk menutupi
kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan sebagai perwujudan
dari rasa tolong menolong antara sesama manusia beriman. Dengan tercapainya
tujuan dari zakat ini diharapkan dapat membantu mereka yang membutuhkan untuk
hidup yang lebih baik.

Zakat dalam Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat
mal memilik beberapa turun yang disebut dengan sumber zakat, diantaranya adalah
zakat emas dan perak, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat
tabungan, dan zakat pendapatan. Zakat hanya dapat diterima oleh mereka yang
tergolong kedalam delapan golongan yang berhak mendapatkan zakat. Besaran zakat
yang dikeluarkan oleh seseorang akan dihitung dengan cara-cara yang sesuai dengan
hukum Islam. Pada makalah kali ini tim penyusun akan membahas segala hal
mengenai Sumber Zakat, Mustahik Zakat, dan Kalkulator Zakat secara lebih lanjut.

1
B. PEMBAHASAN
1. Sumber Zakat
Secara umum dan global Al-Quran sudah menyatakan bahwa sejatinya
Zakat itu diambil dari setiap harta yang kita miliki seperti dalam surah At-
Taubah ayat 103 berikut ini:
‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َٰو ِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِهم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِه ْم ۖ ِإَّن َص َلٰو َتَك َس َكٌن َّلُهْم ۗ َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya: "Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan
menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah 9: Ayat 103).

Ketika menafsirkan ayat diatas Imam al-Qurthubi menyampaikan bahwa zakat


itu diambil dari semua harta yang dimiliki, meskipun sunnah nabi kemudian
mengemukakan rincian harta yang wajib dikelurkan zakatnya. Berikut ini
adalah sumber harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.1

a) Zakat Emas dan Perak


Syariat Islam melihat emas dan perak sebagai harta yang
potensial. Selain berfungsi sebagai perhiasan, emas dan perak dulunya
difungsikan sebagai mata uang. Pengertian ini merujuk pada illat emas
dan perak (naqd/naqdani), yakni nama’ (berkembang) dalam nuqud;
maknanya adalah emasdan peraktersebut bisa menghasilkan profit jika
dijadikan modal investasi.2 Kewajiban zakat emas dan perak telah
Allah SWT sampaikan didalam Al-Quran pada surah At-Taubah ayat
34 seperti berikut:

‫َو ٱَّلِذ يَن َيْك ِنُز وَن ٱلَّذ َهَب َو ٱْلِفَّض َة َو اَل ُينِفُقوَنَها ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َفَبِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب َأِليٍم‬

Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan


tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-
Taubah [9]: 34).

Ayat tersebut menegaskan siksaan bagi orang-orang yang


menyimpan hartanya dan tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk
infak. Menurut Al-Qardawi orang-orang yang menimbun emas dan
1
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Moderen, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm 39.
2
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2020), hlm
83.

2
perak dan tidak mengelurkan infaknya, mereka adalah orang-orang
yang enggan berzakat. Lebih jelasnya ayat diatas menjelaskan tentang
maqashid diwajibkannya zakat, yakni harta harus dikelola supaya harta
tersebut bisa menghasilkan. Jika harta tersebut hanya didiamkan saja,
hal itu akan melanggar tujuan dari harta tersebut.3

b) Zakat Pertanian
Zakat pertanian atau zakat hasil bumi wajib dikeluarkan setiap
kali panen dan tidak harus menunggu sampai “haul” atau satu tahun
dimiliki4. Hal ini sesuai dengan Firman Allah didalam Al-Quran pada
surah Al-An’am ayat 141 berikut ini:
‫َو ُه َو ٱَّل ِذٓى َأنَش َأ َج َّٰن ٍت َّم ْعُروَٰش ٍت َو َغْي َر َم ْعُروَٰش ٍت َو ٱلَّنْخ َل َو ٱلَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًف ا ُأُك ُل ۥُه َو ٱلَّز ْيُت وَن‬
‫َو ٱلُّر َّم اَن ُم َتَٰش ِبًها َو َغْيَر ُم َتَٰش ِبٍهۚ ُك ُلو۟ا ِم ن َثَم ِرِهٓۦ ِإَذ ٓا َأْثَم َر َو َء اُتو۟ا َح َّق ۥُه َيْو َم َحَص اِدِهۦۖ َو اَل ُتْس ِرُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ۥُه‬
‫اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْس ِرِفيَن‬
Artinya: "Dan Dia-lah yang menjadikan tanaman-tanaman yang
merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang
beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik
hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan," (QS. Al-An'am 6:
141).

Dasar zakat pertanian dijelaskan didalam Al-Quran pada surah Al-


Baqarah ayat 267 berikut ini:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأنِفُقو۟ا ِم ن َطِّيَٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم َوِمَّم ٓا َأْخ َر ْج َنا َلُك م ِّم َن ٱَأْلْر ِضۖ َو اَل َتَيَّمُم و۟ا ٱْلَخ ِبيَث‬
‫ِم ْنُه ُتنِفُقوَن َو َلْس ُتم ِبَٔـاِخِذ يِه ِإٓاَّل َأن ُتْغ ِم ُضو۟ا ِفيِهۚ َو ٱْعَلُمٓو ۟ا َأَّن ٱَهَّلل َغ ِنٌّى َحِم يٌد‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah [2]: 267).

Terdapat perbedaan dikalangan para ulama mengenai jenis-


jenis hasil pertanian yang dikenakan zakat. Para ulama mazhab Hanafi
menyebutkan jenis-jenis hasil pertanian yang dikenai zakat adalah
3
Ibid, hlm 88.
4
Ahmad Sudirman Abbas, Zakat: Ketentuan dan Pengelolaannya, (Bogor: CV. Anugrah Berkah
Sentosa, 2017), hlm 94.

3
semua tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti
biji-bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
Sedangkan mazhab syafi’I menyebutkan hasil-hasil pertanian yang
dikenakan zakat adalah hasil pertanian yang dapat digunakan sebagai
makanan pokok, seperti gandum, padi, kedelai, jagung, dan kacang.

Nisab zakat pertanian adalah lima wasaq, ukuran wasaq berupa


takaran sebanyak enam puluh sha’ atau setara dengan 653 kg, namun
ada juga yang mengatakan 750 kg. Besaran zakat yang dikeluarkan di
zakat pertanian tergantung pada cara menyiraminya, jika tanaman
tersebut disirami dengan air hujan maka besaran zakat yang
dikeluarkan sebesar 10%, namun jika Teknik penyiramannya
memerlukan alat atau biaya maka besaran zakat yang dikeluarkan
hanya 5%.5

c) Zakat Perternakan
Ada beberapa jenis hewan ternak yang wajib dizakati
diantaranya adalah unta, kambing, dan sapi, karena hewan jenis ini
diternakan untuk dikembangkan (nama) melalui susu dan anaknya,
sehingga layak dikenakan beban tanggungan zakat. 6 Terdapat perbeda-
an di kalangan para ulama mengenai cara berternak yang dikenai zakat
dan tidak. Menurut Imam Malik dan al-Lays, al-Sawm tidak menjadi
syarat bagi wajibnya zakat ternak. Menurut mereka unta, lembu, dan
kambing wajib di zakati, baik digembalakan maupun diberi makan.
Sedangkan menurut Syafi’I dan jumhur ulama menjadikan al-sawm
sebagai syarat bagi wajibnya zakat hewan ternak. Jadi hewan ternak
yang tidak digembala dan diberi makan sepanjang tahun atau pada
sebagian besar darinya, tidak wajib dizakati sebab pemberian makan
seperti itu membutuhkan biaya besar.7

d) Zakat Perniagaan

5
Tika Widiastuti dkk, Hand Book Zakat, (Surabaya: Airlangga University Press, 2019), hlm 40.
6
Supani, Zakat Di Indonesia, (Jakarta: KENCANA, 2023) hlm 81.
7
Ibid, hlm 83.

4
Zakat perniagaan adalah zakat yang wajib dikeluarkan dari harta hasil
perniagaan atau perdagangan. Para pakar fiqih menyebutkan bahwa
harta perniagaan dengan sebutan “Urudh al-Tijarah”. Menurut
pengertian yang lebih rinci bahwa harta perniagaan merupakan segala
sesuatu yang dipersiapkan untuk di perjual belikan untuk mendapat
keuntungan.8 Hampir semua ulama setuju bahwa perdagangan atau
perniagaan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila telah mencapai
syarat wajib untuk mengeluarkan zakatnya. Dalam penentuan
syaratnya para ulama memiliki pendapat yang berbeda. Mazhab
Hambali men-yatakan dua syarat zakat perdagangan, yang pertama
barang dagangan tersebut dimilikinya melalui cara yang benar dan sah
seperti pembelian. Yang kedua ketika sudah memiliki hartanya, orang
tersebut berniat melakukan perdagangan.

Sedangkan mazhab Hanafi menetapkan empat syarat. Yang pertama,


harta perdagangan mencapai nishab. Kedua mencapai waktu satu
tahun. Ketiga niat perdagangan harus menyertai praktek perdagangan
secara pasti. Keempat harta benda yang dimiliki pantas untuk diperjual
belikan. Terlepas perbedaan pendapat yang terjadi didalam penentuan
persyarat perdaganan, perbedaan pendapat juga terjadi dalam
menentukan sempurnanya nishab. Terdapat tiga pendapat ulama
mengenai hal ini.

Pertama, karena zakat perdagangan berhubungan dengan harga, oleh


karena itu yang paling memungkinkan adalah pada akhir tahun saja,
karena akan sangat sulit jika perhitungan dilakukan sepanjang waktu.
Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafi’I dan Imam Malik. Kedua,
Nishab itu dihitung sepanjang tahun, sehingga jika dalam satu waktu
kurang dari nishab, maka terputus pengertian nishab tersebut. Pendapat
ini diungkapkan oleh ats-Tsauri, Ahmad, Ishaq, Abu Ubaid, Abu Tsur
dan mundzir. Ketiga, nishab dihitung diawal dan diakhir tahun.
Apabila nishab telah sempurna pada dua waktu ini maka zakat

8
Munawar Badruddin, “Reorientasi Tentang Zakat Perniagaan: Pengalaman Malaysia”, Media
Syariah, Vol. XII, No. 2, (2011), hlm 231.

5
perdagangan wajib dikeluarkan. Pendapat ini disampaikan oleh Abu
Hanafiah dan ashab nya.9

Allah berfirman didalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 267 berikut:

‫َأنِفُقو۟ا ِم ن َطِّيَٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم‬


Artinya: “…nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik…” (QS. Al-Baqarah [2]: 267).10

e) Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan memiliki sumber hukum yang sama
dengan zakat pertanian dan perdagangan yaitu Firman Allah pada
surah Al-baqarah ayat 265. Tambang merupakan lokasi atau tempat
dimana ditemukannya kekayaan bumi, yaitu hasil yang dikeruk dari
dalam perut bumi. Oleh karena itu harta yang diperoleh dari hasil
tambang wajib dikeluarkan zakatnya sama halnya dengan zakat
pertanian. Jika hasil tambang yang ditemukan berupa emas dan perak,
maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%). Namun jika hasil
tambang yang didapat batu bara, granit, belerang, minyak bumi, dan
sejenisnya maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%) dari
nilainya, jika nilai atau harganya sudah sama atau lebih dengan nishab
emas dan perak.11

f) Zakat Profesi
Zakat profesi tergolong kedalam salah satu kasus baru dalam
hukum Islam. Al-Quran dan Al-Sunnahtidak memuat aturan hukum
yang tegas mengenai zakat profesi ini. Begitu juga para ulama
mujtahid seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad bin Hanbal
tidak memuat tentang zakt profesi dalam kitab-kitab mereka. Hal ini
dikarenakan oleh terbatasnya jenis-jenis pekerjaan Masyarakat pada
masa Nabi dan Imam mujtahid. Zakat profesi adalah masalah baru dan
9
Ahmad Rofi’I Harahap, Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa, (Pekanbaru: Guepedia, 2020), hlm 58-
59.
10
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2020), hlm
103
11
Ahmad Rofi’I Harahap, Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa, (Pekanbaru: Guepedia, 2020), hlm 59-
60.

6
tidak pernah ada dalam Sejarah pada masa Rasulullah SAW hingga
tahun 60-an akhir pada abad ke -20 yang lalu. Penggagas zakat profesi
adalah Syeikh Yusuf Qaradhawi yang ditulisnya dalam kitab Fiqh Az
Zakah yang pertama kali terbit pada tahun 1969.

Praktik zakat profesi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 90-


an akhir dan pada awal tahun 2000-an setelah kitab Yususf Qaradhwi
tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Didin
Hafidhuddin dengan judul Fikih Zakat pada tahun 1999. Sejak saat itu
zakat profesi mulai banyak diterapkan oleh Lembaga pengelola zakat
di Indonesia, baik itu yang dikelola oleh pemerintah langsung maupun
yang dikelola oleh swasta. Sumber hukum dari zakat profesi ini sama
dengan sumber hukum zakat-zakat yang lainnya seperti zakat
pertanian, perternakan, dan pertambangan yang berlandaskan firman
Allah SWT pada surah Al-Baqarah Ayat 267, dan sumber hukum
lainnya yakni firman Allah SWT pada surah At-Taubah ayat 103, yang
sudah di jelaskan diawal.12

2. Mustahik Zakat
Islam telah mengatur siapa-siapa saja yang memiliki hak menerima
zakat. Golongan ini dikenal dengan istilah delapan asnaf, sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT pada QS. At-Taubah (9): 60 berikut ini:
‫ِإَّنَم ا ٱلَّصَد َٰق ُت ِلْلُفَقَر ٓاِء َو ٱْلَم َٰس ِكيِن َو ٱْلَٰع ِمِليَن َع َلْيَها َو ٱْلُم َؤ َّلَف ِة ُقُل وُبُهْم َوِفى ٱلِّر َق اِب َو ٱْلَٰغ ِرِم يَن َوِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل‬
‫َو ٱْبِن ٱلَّسِبيِل ۖ َفِريَض ًة ِّم َن ٱِهَّللۗ َو ٱُهَّلل َع ِليٌم َحِكيٌم‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 60).

Persoalan mengenai siapa-siapa saja yang memiliki hak menerima


zakat memang sudah diatur langsung oleh Allah SWT tanpa ada ijtihad dari
Nabi tentang kepada siapa zakat akan didistribusikan. Sebagaimana dalam

12
Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum Islam)”, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, Vol. 01, No. 01, (2015), hlm 51-52.

7
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud ketika seorang laki-laki dating
meminta pembagian zakat lalu Rasulullah berkata:

“Sesungguhnya Allah tidak rela dengan ketetapan dari Nabi atau


lainnya mengenai zakat ini, hingga diputuskanNya sendiri, dan
dibagiNya atas 8 (delapan) bagian. Maka jika Anda termasuk dalam
salah satu dari 8 (delapan) bagian itu, tentulah akan saya beri.”

Namun ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama terkait rincian


kedelapan golongan tersebut serta cara pembagiannya. Perbedaan pendapat
tersebut terkait dengan persoalan apakah zakat tersebut wajib dibagi rata atas
delapan golongan tersebut, atau boleh dilebihkan kepada satu golongan sesuai
dengan kondisi. Berikut ini adalah delapan golongan yang berhak menerima
zakat.13
a) Orang-orang fakir
Fakir adalah seseorang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan
yang layak, sehingga ia tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya
dan orang-orang yang menjadi tanggungan nya seperti anak dan
istrinya. Zakat diberikan kepada orang fakir dengan tujuan orang-orang
tersebut bisa menyambung hidup secara normal. Zakat yang diberikan
diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya untuk membeli peralatan
yang diperlukan unutk memulai pekerjaan baru jika ia masih mampu
bekerja. Jika ia tidak mampu bekerja dan tidak memiliki kemampuan
atau keahlian dalam berdagang, mka ia akan diberikan zakat yang
mampu menyambung hidup, dan zakat tersebut tidak akan diberikan
sekaligus karena dikhawatirkan zakat tersebut akan habis dalam waktu
yang singkat.14
b) Orang-orang Miskin
Orang-orang miskin adalah orang yang memiliki kemampuan
untuk mencukupi biaya hidupnya dan tanggungannya, tetapi
kehidupnya masih dalam kategori kekurangan. Dari penjelasan ini
dapat disimpulkan bahwa orang yang miskin memiliki sumber
penghasilan, hanya saja penghasilan yang dihasilkan belum

13
Iin Mutmainnah, Fikih Zakat, (Parepare: DIRAH, 2020), hlm 20.
14
Makhda Intan Sanusi, “Skala Prioritas Penentuan Mustahiq Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Umat Sejahtera Ponorogo”, Lisyabab Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 2, No. 1, (2021), hlm 106.

8
sepenuhnya cukup, sehingga ia tetap mengalami kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan primernya. Orang yag miskin ialah orang yang
mempunyai pekerjaan yang dapat menutupi sebagian kebutuhannya
akan tetapi hasil dari pekerjaan tersebut tidak mencukupinya, seperti
orang yang memerlukan uang sepuluh ribu tetapi hanya mampu
memiliki tujuh ribu.

Orang fakir dan orang miskin itu berbeda, tetapi keduanya


memiliki beberapa persamaan. Persamaan anatar fakir dan miskin ialah
bahwa keduanya adalah kelompok orang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok. Sementara itu, perbedaan antara keduanya adalah
orang yang tergolong fakir adalah mereka yang tidak memiliki
penghasilan dan tidak mempunyai kemampuan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sedangkan orang yang
tergolong miskin adalah mereka yang memiliki penghasilan dan
kemampuan bekerja, tetapi penghasilan tersebut tidak mampu
mencukupi kebutuhan pokoknya.15
c) Amil
Amil adalah orang yang memiliki bekerja, bertugas, menjaga,
dan mencatat zakat yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk
menghimpun harta zakat, mencatat, mengumpulkan, menjaga, sampai
mendistribusi-kan kepada para mustahik zakat. Oleh karena itu,
seorang amil zakat harus memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu baligh,
berakal, beragama Islam, Amanah dan mengerti hukum zakat. Syarat
agar seorang amil mendapatkan bagian dari zakat adalah mereka,
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Selain menerima zakat amil
zakat juga menerima gaji yang diambil dari zakat sesuai dengan UMR
dan tidak boleh lebih dari itu, kecuali ada kesempatan diantara mereka
dan pemerintah untuk gaji lainnya, asalkan semua transaksi itu
dilakukan secara transparan, tetapi lebih dianjurkan mereka mendapat
gaji yang sesuai.16
d) Muallaf
15
Iin Mutmainnah, Fikih Zakat, (Parepare: DIRAH, 2020), hlm 21-22.
16
Makhda Intan Sanusi, “Skala Prioritas Penentuan Mustahiq Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Umat Sejahtera Ponorogo”, Lisyabab Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 2, No. 1, (2021), hlm 107.

9
Ulama Hanafiah memberikan pengertian mengenai golongan
“al-muallafah qulûbuhum” atau muallaf adalah orang yang dibujuk
hatinya untuk memeluk Islam. Di masa khalifah Umar kelompok ini
tidak di beri lagi bagian zakat. Dalam pandangan Hasbi muallaf, adalah
golongan manusia yang diberikan bagian zakat dengan tujuan untuk
menjinakkan hatinya atau hati teman-temannya, ditarik simpatinya
kepada agama Islam atau untuk mengkokohkan hatinya dan
keimanannya di dalam Islam. Hasbi menambahkan, yang termasuk
kedalamnya adalah mereka yang perlu ditolak kejahatannya kepada
orang Islam, dan mereka yang diharapkan akan membela umat Islam.
Dalam pandangan Hasbi, muallaf terbagi kepada dua bagian, yaitu
yang masih kafir dan muslim. Terhadap yang masih kafir, Hasbi
berkata perlu diberikan hak muallaf (bagian zakat) kepadanya dengan
harapan: pertama, mereka akan beriman dan memeluk Islam,
sebagaimana yang dilakukan Nabi saw. terhadap Shafwan ibn
Umaiyah dengan memberi 100 ekor unta yang diperoleh nabi dari
rampasan perang Hunain, yang dengan perantara itu Shafwan masuk
Islam. kedua, untuk menghindari dan menolak kejahatannya terhadap
umat Islam.
e) Hamba Sahaya (Riqab)
Kata “riqab” merupakan kata jamak dari kata “raqabah” yang
menurut bahasa berarti: pangkal leher bagian belakang, atau tengku.
Menurut istilah syara’ “riqab”, berarti: budak atau hamba sahaya.
Budak dinamakan “raqaba atau riqab”, karena dia dikuasai sepenuhnya
oleh tuannya. Ketaatan mereka kepada majikannya, serupa dengan
hewan yang diikat lehernya, ke mana saja ditarik, ia harus ikut. Untuk
melepaskan ikatan budak itu dan membebaskannya dari kungkungan
perbudakan, dan mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba
Allah yang merdeka. Oleh karena itu budak diperbolehkan untuk
menerima bagian dari zakat, dan zakat tersebut digunakan untuk
menebus dirinya supaya menjadi orang yang merdeka. Adanya
perhatian terhadap pembebasan budak merupakan bukti nyata tentang
prinsip syari’at Islam yang sangat menentang budaya perbudakan.

10
Menurut Hasbi, riqab adalah mereka yang masih berada dalam
belenggu perbudakan, perbudakan yang dilakukan manusia oleh
manusia lain, maupun perbudakan suatu negara yang dijajah oleh
negara lain. Namun akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi perbudakan
yang terjadi, karena itu bagian zakat yang seharusnya dibagikan untuk
budak dapat digunakan untuk menebus tentara muslim yang ditawan
oleh musuh. Bagian ini juga dapat digunakan untuk membantu
perjuangan rakyat dari wilayah yang sebagian besar penduduknya
adalah muslim guna membebaskan diri mereka dari penindasan dan
penjajahan bangsa lain.17
f) Orang Yang Berhutng (Ghairmin)
Gharim adalah orang yang memiliki hutang. Hutang yang
dimaksud dalam kasus ini adalah hutang tersebut digunakan untuk
kepentingan dan bukan untu melakukan maksiat dan tidak sanggup
membayarnya. Dalam mendefinisikan al-gharim, terdapat perbedaan
pendapat dikalangan para ulama. Ada yang mengatakan bahwa al-
gharim adalah orang yang terlilit hutang, dan ada juga yang
menambahkan definisi ini dengan menyertakan penyebanya. Mujahid
mengatakan al-gharim adalah orang yang menanggung hutang karena
mengalami musibah seperti rumahnya terbakar, hartanya terseret
banjir, atau untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibnu Atsir
menambahkan al-gharim adalah orang yang menjamin pelunasan
hutang orang lain, atau orang yang bangkrut guna mencukupi
kebutuhan hidup, dan bukan untuk berbuat maksiat atau berlaku boros
(tabdzir).18

Berikut ini beberapa kondisi yang mendapatkan prioritas untuk


mendapatkan zakat adalah orang yang berhutang untuk mengerjakan
suatu kebaikan dan pada saat itu ia pantas untuk diberikan zakat,
dengan tujuan agar lebih termotivasi untuk terus melakukan perbuatan
yang mulia. Mereka layak untuk diberikan zakat, walaupun mereka
mampu. Sedangkan orang yang berhutang karena penyebab lainnya, ia
17
Syahril Jamil, “Prioritas Mustahiq Zakat Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy”,
Istinbath, No. 16, (2015), hlm 152-153.
18
Iin Mutmainnah, Fikih Zakat, (Parepare: DIRAH, 2020), hlm 26

11
tidak termasuk kedalam golongan yang diprioritas kan untuk dibantu
kecuali dia benar-benar tidak dapat membayar hutangnya tersebut.
Melihat permasalahan yang dialami oleh gharimin, Lembaga zakat
tidak berdiam diri, melainkan membantunya dalam melepaskan diri
dari jeratan hutang dan melepaskan ketergantungan dari hutang
tersebut, walaupun hutang yang ada dalam jumlah yang besar, selama
yang melakukannya bukanlah orang yang berhutang untuk bermaksiat
di jalan Allah, maka lembaga zakat berkewajiban membantunya.19
g) Orang Yang Berjuang Dijalan Allah (Fisabilillah)
Secara harfiyah fisabilillah memiliki arti pada jalan menuju
(ridha) Allah. Dari definisi harfiyah fisabilillah memiliki cakupan yang
begitu luas, karena menyangkut semua perbuatan-perbuatan baik yang
disukai Allah SWT. Jumhur ulama memberikan pengertian fisabilillah
sebagai perang mempertahankan dan memperjuangkan agama Allah
yang meliputi pertahanan Islam dan kaum muslimin. Fisabilillah
merujuk para tentara islam yang mengikuti peperangan, dan mereka
tidak mendapat gaji dari negara, maka mereka berhak menerima
sebagian dana zakat untuk memenuhi kebutuhannya. Namun demikian,
ada diantara mufassirin yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum, seperti mendirikan
sekolah, rumah sakit, pos yandu, perpustakaan, dan lain-lain untuk
kepentingan bersama.

Para ulama memang berbeda pendapat tentang makna mustahiq


zakat yang satu ini, yaitu fisabilillah. Perbedaan ini berangkat dari
ijtihad mereka yang cenderung muwassain (meluaskan makna) dan
mudhayyiqin (menyempitkan makna). Sebagian ulama beraliran
mudhayyiqin bersikeras untuk tidak memperluas maknanya,
fisabilillah harus diberikan tetap seperti yang dijalankan di masa
Rasulullah SAW dan para shahabat, yaitu untuk para mujahidin yang
perang secara fisik. Sebagian ulama yang beraliran muwassa'in

19
Ibid, hlm 28-29.

12
cenderung untuk memperluas maknanya, menjadi semua kepentingan
umat Islam secar umum.20
h) Orang Dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)
Jumhur ulama mengkiaskan ibnu sabil dengan musafir, yaitu
orang yang berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya yang
memiliki jarak yang jauh. As-sabil secara bahasa memiliki arti ath-
thariq atau jalan. Menurut imam syafi’i ibnu sabil adalah orang yang
tengah dalam perjalanannya lalu kehabisan perbekalan ataupun orang
yang melakukan perjalanan namun tidak menyiapkan perbekalan,
keduanya berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhannya,
karena melakukan perjalanan bukan untuk maksud maksiat. Sedangkan
menurut Yusuf Qardhawi, tidak setiap orang yang melakukan
perjalanan demi kebaikan diberi bagian zakat, meskipun perjalanan
tersebut dengan tujuan yang baik.
Ibnu sabil tidak selalu orang yang melakukan perjalanan, anak-
anak yang terlantar dijalanan juga termasuk kedalam golongan ibnu
sabil. Mereka yang tidak memiliki rumah dan menjadi gelandangan di
jalanan juga termasuk dalam golongan ibnu sabil. Oleh karena itu,
dana zakat untuk golongan ibnu sabil bisa digunakan untuk
menyekolahkan anak-anak yang terlantar dijalanan.21
3. Kalkulator Zakat
Apabila harta seseorang telah mencapai nisabnya, harta tersebut akan
dihitung untuk menentukan besaran zakat yang akan dikeluarkan. Berikut ini
adalah cara menghitung zakat sesuai dengan jenis zakat dan Nisab nya.
a) Perhitungan Zakat Emas dan Perak
Kadar sebesar 2,5% sudah ditentukan dalam zakat emas dan
perak, 2,5% itu akan diambil dari total semua aset emas dan perak
yang dimiliki, semakin tinggi nilai aset zakat beserta biayanya maka
semakin besar pula zakat yang dikeluarkan. Oleh karena itu, didalam
zakat, emas dan perak itu seperti pajak atas total emas dan perak
yang dimiliki oleh seseorang. Para ulama memang telah sepakat
bahwa jumlah yang harus dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%.
20
Ibid, hlm 35.
21
Firdanigsih dkk, “Delapan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks”, EQUILIBRIUM:
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 7, No. 2, (2019), hlm 329.

13
Namun, jika perhitungannya menggunakan tahun masehi, maka
kadarnya adalah 2,65%. Masa simpan atau haul emas dan perak
adalah satu tahun. Berikut ini adalah contoh menghitung zakat emas
dan perak.

Ibu Fatma memiliki perhiasan emas sebanyak 150 gram dan


yang biasa digunakan adalah sebanyak 40 gram. Setelah berjalan I
tahun, berapa zakat yang harus dikeluarkannya?
Untuk menghitung besaran Zakatnya pertama-tama kita harus
menghitung besaran harta ibu fatma dulu perhatikan cara berikut ini.
1) Jumlah perhiasan emas 150 gram
2) Yang dipergunakan 40 gram
3) Emas yang disirnpan 150 - 40 = 110 gram
4) Nisab zakat emas adalah 85 gram
Perhiasan emas yang dimiliki oleh Ibu Fatma sudah wajib
dikeluarkan zakatnya karena sudah mencapai bahkan melebihi nishab
dan haulnya. Cara menghitungnya:
1) 110 gram x 2,5% = 2, 75 gram atau jika dinilai dengan uang
adalah sebagai berikut.
2) Jika harga 1 gram emas adalah Rp.500.000,00 maka 110
gram emas = Rp.55.000.000,00 maka besaran zakat yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp.55.000.000,00 x 2,5% =
Rp.l.375.000,00
3) Jadi, zakatnya adalah 2,75 gram atau Rp.l.375.000,00.22
b) Perhitungan Zakat Pertanian
Nisab zakat pertanian adalah 5 ausuq atau setara dengan 653 kg
beras, sebagaimana hadis dari jabir, Rasulullah Saw. bersabda,

Artinya: "Tidak wajib dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5
Ausuq.” (HR Muslim).

22
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2020), hlm
96-97.

14
Ausuq jamak dari wasaq; 1 wasaq = 60 sha', sedangkan 1 sha' =
2, 176 kg, maka 5 wasaq adalah 5 x 60 x 2,176 kg = 652,8 kg atau
jika diuangkan, sama dengan 653 kg beras. Besaran yang wajib
dikeluarkan dalam zakat pertanian adalah sebanyak 5% jika
pengairannya menggunakan biaya dan 10% jika pengairannya
menggunakan air hujan atau dengan kata lain tidak menggunakan
biaya. Zakat pertanian dikeluarkan setiap kali panen. Berikut ini
contoh perhitungan zakat pertanian.

Bapak Abdullah adalah seorang petani. Ia memiliki sawah yang


berukuran 2 ha yang ditanami padi. Selama pemeliharaan ia me-
ngeluarkan biaya sebesar Rp.500.000,00 dan ketika panen pak
Abdullah mendapatkan hasil sebanyak 10 ton beras. Berapa zakat
yang harus dikeluarkannya?

Jawab: Ketentuan zakat hasil tani: nishab 653 kg beras, tarifnya


5%, waktunya ketika menghasilkan (panen).
jadi, zakatnya: hasil panen 10 ton = 10.000 kg (melebihi nisab)
10.000 kg x 5% = 500 kg. Jika dirupiahkan: Jika harga jual beras
adalah Rp.l0.000,00, maka 10.000kg x Rp.l0.000,00 =
Rp.l00.000.000,00 x 5% = Rp.5.000.000,00. Jadi besaran zakat yang
dikeluarkan pak Abdullah sebesar Rp.5.000.000,00.23
c) Perhitungan zakat perternakan
Zakat hewan ternak hanya dihitung berdasarkan berapa banyak
hewan ternak yang sesorang miliki berikut ini adalah ketentuan
nisab zakat hewan peternakan.
Zakat Unta

Nisab Zakat
5-9 1 ekor kambing
10-14 2 ekor kambing
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing

23
Ibid, hlm 120-121.

15
25-35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
36-45 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
46-60 1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
61-75 1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih)
76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)

Zakat Kambing

Nisab Zakat
40-120 1 ekor kambing
121-200 2 ekor kambing
201-300 3 ekor kambing
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing

Zakat Sapi24

Nisab Zakat
30-39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
40-59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
60-69 2 ekor anak sapi Jantan atau betina berumur 1 tahun
70-79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak
sapi Jantan berumur 1 tahun

d) Perhitungan zakat perniagaan


Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset
lancar usaha dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang
jatuh tempo hanya satu tahun). Jika hasil pengurangan dari asset
lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib
dikeluarkan zakatnya. Nilai Nisab zakat perdagangan adalah sebesar
85 gram emas dengan tarif zakat sebesar 2,5% dan sudah mencapai
satu tahun (haul). Berikut contoh cara menghitung zakat
perdagangan:
24
Ibid, hlm 125.

16
2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)
Sifulan memiliki aset dagang atau bisnis sebesar
Rp.2.000.000.000,00 tetapi dia juga memiliki tanggungan berupa
hutang jangka pendek sebesar Rp.50.000.000,00. Jika pada saat itu
harga emas sebesar Rp.622.000,00/gram, maka nishab zakat senilai
Rp52.870.000,00. Sehingga Sifulan sudah wajib membayar zakat
atas harta perdagangannya itu sebesar 2,5% x (Rp.2.000.000.000,00
– Rp.500.000.000,00) = Rp.37.500.000,00. Jadi besaran zakat yang
harus dikeluarkan adalah sebesar Rp.37.500.000,00.25
e) Zakat Pertambangan
Nisab Zakat pertambangan ditentukan berdasarkan hasil
tambang tersebut. Jika hasil tambang yang ditemukan berupa emas
dan perak, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%). Namun
jika hasil tambang yang didapat batu bara, granit, belerang, minyak
bumi, dan sejenisnya maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40
(2,5%) dari nilainya, jika nilai atau harganya sudah sama atau lebih
dengan nishab emas dan perak.26 Berikut ini adalah contoh cara
penghitungan zakat pertambangan.

Bapak budi memiliki tambang batubara dan emas, ia memiliki


aset atau model sebanyak Rp.1.000.000.000,00. Dan disetiap
bulannya ia mendapatkan keuntungan sebesar
Rp.110.000.000,00./bulan, ia juga memiliki kendaraan operasional
seperti truk dan rumah dinas pegawai yang jika dinilai dengan uang
sebesar Rp.2.000.000.000,00. Usaha ini ia mulai pada tanggal 1
Ramadan 1438 H, setelah berjalan satu tahun ia mempunyai piutang
yang dapat dicairkan sebesar Rp.80.500.000,00. dan hutang yang
harus ia bayar pada bulan tersebut sebesar Rp.250.000.000,00 serta
memiliki simpanan di Bank yang akan ia gunakan sebagai modal jika
modal awal masih kurang sebesar Rp.500.000.000,00. Berapakah
zakat yang harus dikeluarkan oleh Pak Budi.
Jawab:
25
Muhammad Tho’in dkk, “Pendampingan Pengelolaan dan Perhitungan Dana Zakat Sesuai Syariat
Islam Bagi Para Takmir Masjid”, Jurnal BUDIMAS, Vol. 02, No. 01, (2020), hlm 60-61.
26
Ahmad Rofi’I Harahap, Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa, (Pekanbaru: Guepedia, 2020), hlm 60.

17
Aset atau modal yang pak Budi miliki sebesar
Rp.1.000.000.000 kendaraan oprasional dan rumah dinas pegawai
tidak masuk dalam hitungan karena bukan aset yang digunakan
diperjual belikan, aset tersebut masuk kedalam aset pendukung.
Besaran Nisab zakat 85 gram emas dengan kadar 2,5%. Keuntungan
setiap bulan Rp. 110.000.000 x 12 bulan = Rp. 1.320.000.000.
Berikut rumus perhitungannya: (modal + keuntungan + simpanan +
piutang) – (hutang) x 2,5% = besaran zakat
(1.000.000.000,00 + 1.320.000.000 + 500.000.000 + 80.500.000) –
(250.000.000) x 2,5% = 66.262.500. Jadi besaran zakat yang di
keluarkan oleh pak budi adalah sebesar Rp.66.262.500,00.27
f) Zakat Profesi
Ada dua pendapat mengenai besaran nisab dan kadar zakat
yang harus dikeluarkan [ada zakat profesi. Pertama nisab zakat
profesi disamakan dengan nisab zakat pertanian ya itu senilai 5
Wasak atau sekitar 653 kg beras. Maka jika 1 kg beras seharga
Rp.10.000 maka nisab zakatnya sebesar Rp.6.530.000,- pendapat ini
diutarakan oleh Mustafa Ahzami Samiun, Hasanudin, dan Surahman
Hidayat. Meskipun zakat profesi diqiaskan dengan zakat pertanian
namun dalam praktik masyarakat muslim di Indonesia mereka umum
membayarnya 2,5% dari total pendapatan bersihnya. Inilah yang
dianggap oleh sebagian ulama sebagai ketidakkonsistenan sebab jika
konsisten mengikuti kadar zakat pertanian sebagai hukum ashal
maka kadar zakat profesi sebagai al-far’u juga harus menyesuaikan
yakni 5 atau 10%. Ada beberapa alasan kenapa akhirnya ditetapkan
2,5 % agar tidak memberatkan.28 Pembayaran zakat profesi boleh
dibayarkan setiap bulan agar si muzaki tidak merasa diberatkan
Berikut ini contoh perhitungan zakat profesi

Misal seseorang memiliki gaji tetap Rp.5.000.000,00 dan


pendapatan lainnya sebesar Rp.2.000.000,00 maka total
pendapatannya adalah Rp.7.000.000,00. Kemudian dikurangi
27
Ahmad Satori Ismail dkk, Fikih Zakat Kontekstual Indonesia, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional,
2018), hlm 240-241.
28
Supani, Zakat Di Indonesia, (Jakarta: KENCANA, 2023) hlm 101.

18
kebutuhan pokok keluarganya yang berjumlah 5 orang sebesar
Rp.1.962.480,00. Jadi penghasilan bersihnya adalah Rp.5.037.520,00
kemudian dikalikan 2,5% maka zakat yang dikenakan kepada orang
tersebut adalah sebesar Rp.125.938,00/bulan.29

C. Kesimpulan

29
Ibid, hlm 104.

19
Secara umum dan global Al-Quran sudah menyatakan bahwa sejatinya Zakat
itu diambil dari setiap harta yang kita miliki dari hasil pekerjaan kita. Zakat akan
wajib dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Ada beberapa jenis zakat
yang harus dikeluarkan berdasarkan pekerjan atau harta yang dimiliki seperti, zakat
emas dan perak, zakat pertanian, zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat hasil
tambang dan zakat profesi.

Zakat-zakat tersebut didistribusikan kepada mereka-mereka yang berhak


menerimanya. Ada delapan golongan orang yang berhak menerima zakat atau Asnaf
yaitu, fakir, miskin, muallaf, hamba sahaya, fisabilillah, orang yang berhutang, orang
yang dalam perjalanan, dan Amil. Zakat tersebut akan dihutung terlebih dahulu unutk
menentukan besaran zakat yang dikeluarkan. Jika ingin menghitung zakat dengan cara
yang lebih mudah bisa mencari situs-situs badan amil zakat yang ada di internet.
Disitu kitab isa menghitung besaran zakat sesuai dengan jenis zakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

20
Abbas, Ahmad Sudirman. (2017). Zakat: Ketentuan dan Pengelolaannya. Bogor: CV.
Anugrah Berkah Sentosa.
Hafidhuddin, Didin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Moderen. Jakarta: Gema Insani.
Harahap, Ahmad Rofi’I. (2020). Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa. Pekanbaru: Guepedia.
Ismail, Ahmad Satori dkk. (2018). Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil
Zakat Nasional.
Mutmainnah, Iin. (2020). Fikih Zakat. Parepare: DIRAH.
Sahroni, Oni dkk. (2020). Fikih Zakat Kontemporer. Depok: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Supani. (2023). Zakat Di Indonesia. Jakarta: KENCANA.
Widiastuti, Tika dkk. (2019). Hand Book Zakat. Surabaya: Airlangga University Press.
Badruddin, Munawar. (2011). Reorientasi Tentang Zakat Perniagaan: Pengalaman Malaysia.
Media Syariah. Vol. XII. No. 2.
Firdanigsih dkk. (2019). Delapan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks.
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 7. No. 2.
Fitria, Tira Nur. (2015). Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum Islam. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 01. No. 01.
Jamil, Syahril. (2015). Prioritas Mustahiq Zakat Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy. Istinbath. No. 16.
Sanusi, Makhda Intan. (2021). Skala Prioritas Penentuan Mustahiq Zakat di Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Umat Sejahtera Ponorogo. Lisyabab Jurnal Studi Islam dan Sosial. Vol.
2. No. 1.
Tho’in, Muhammad dkk. (2020). Pendampingan Pengelolaan dan Perhitungan Dana Zakat
Sesuai Syariat Islam Bagi Para Takmir Masjid. Jurnal BUDIMAS. Vol. 02. No. 01.

21

Anda mungkin juga menyukai