PENDAHULUAN
Zakat adalah salah satu kewajiban bagi seluruh umat Islam baik yang tua
maupun yang muda, karena ketentuan untuk berzakat telah ditetapkan dalam al-
Qur’an dan merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan
sholat. Oleh karena itulah mengapa zakat merupakan hal wajib dan penting bagi umat
Islam. Selain itu zakat merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari rasa
kikir, pelit dan cinta harta, dan zakat merupakan instrumen sosial yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar fakir dan miskin.
Zakat dalam Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat
mal memilik beberapa turun yang disebut dengan sumber zakat, diantaranya adalah
zakat emas dan perak, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat
tabungan, dan zakat pendapatan. Zakat hanya dapat diterima oleh mereka yang
tergolong kedalam delapan golongan yang berhak mendapatkan zakat. Besaran zakat
yang dikeluarkan oleh seseorang akan dihitung dengan cara-cara yang sesuai dengan
hukum Islam. Pada makalah kali ini tim penyusun akan membahas segala hal
mengenai Sumber Zakat, Mustahik Zakat, dan Kalkulator Zakat secara lebih lanjut.
1
B. PEMBAHASAN
1. Sumber Zakat
Secara umum dan global Al-Quran sudah menyatakan bahwa sejatinya
Zakat itu diambil dari setiap harta yang kita miliki seperti dalam surah At-
Taubah ayat 103 berikut ini:
ُخ ْذ ِم ْن َأْم َٰو ِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِهم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِه ْم ۖ ِإَّن َص َلٰو َتَك َس َكٌن َّلُهْم ۗ َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم
Artinya: "Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan
menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah 9: Ayat 103).
َو ٱَّلِذ يَن َيْك ِنُز وَن ٱلَّذ َهَب َو ٱْلِفَّض َة َو اَل ُينِفُقوَنَها ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َفَبِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب َأِليٍم
2
perak dan tidak mengelurkan infaknya, mereka adalah orang-orang
yang enggan berzakat. Lebih jelasnya ayat diatas menjelaskan tentang
maqashid diwajibkannya zakat, yakni harta harus dikelola supaya harta
tersebut bisa menghasilkan. Jika harta tersebut hanya didiamkan saja,
hal itu akan melanggar tujuan dari harta tersebut.3
b) Zakat Pertanian
Zakat pertanian atau zakat hasil bumi wajib dikeluarkan setiap
kali panen dan tidak harus menunggu sampai “haul” atau satu tahun
dimiliki4. Hal ini sesuai dengan Firman Allah didalam Al-Quran pada
surah Al-An’am ayat 141 berikut ini:
َو ُه َو ٱَّل ِذٓى َأنَش َأ َج َّٰن ٍت َّم ْعُروَٰش ٍت َو َغْي َر َم ْعُروَٰش ٍت َو ٱلَّنْخ َل َو ٱلَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًف ا ُأُك ُل ۥُه َو ٱلَّز ْيُت وَن
َو ٱلُّر َّم اَن ُم َتَٰش ِبًها َو َغْيَر ُم َتَٰش ِبٍهۚ ُك ُلو۟ا ِم ن َثَم ِرِهٓۦ ِإَذ ٓا َأْثَم َر َو َء اُتو۟ا َح َّق ۥُه َيْو َم َحَص اِدِهۦۖ َو اَل ُتْس ِرُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ۥُه
اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْس ِرِفيَن
Artinya: "Dan Dia-lah yang menjadikan tanaman-tanaman yang
merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang
beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik
hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan," (QS. Al-An'am 6:
141).
3
semua tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti
biji-bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
Sedangkan mazhab syafi’I menyebutkan hasil-hasil pertanian yang
dikenakan zakat adalah hasil pertanian yang dapat digunakan sebagai
makanan pokok, seperti gandum, padi, kedelai, jagung, dan kacang.
c) Zakat Perternakan
Ada beberapa jenis hewan ternak yang wajib dizakati
diantaranya adalah unta, kambing, dan sapi, karena hewan jenis ini
diternakan untuk dikembangkan (nama) melalui susu dan anaknya,
sehingga layak dikenakan beban tanggungan zakat. 6 Terdapat perbeda-
an di kalangan para ulama mengenai cara berternak yang dikenai zakat
dan tidak. Menurut Imam Malik dan al-Lays, al-Sawm tidak menjadi
syarat bagi wajibnya zakat ternak. Menurut mereka unta, lembu, dan
kambing wajib di zakati, baik digembalakan maupun diberi makan.
Sedangkan menurut Syafi’I dan jumhur ulama menjadikan al-sawm
sebagai syarat bagi wajibnya zakat hewan ternak. Jadi hewan ternak
yang tidak digembala dan diberi makan sepanjang tahun atau pada
sebagian besar darinya, tidak wajib dizakati sebab pemberian makan
seperti itu membutuhkan biaya besar.7
d) Zakat Perniagaan
5
Tika Widiastuti dkk, Hand Book Zakat, (Surabaya: Airlangga University Press, 2019), hlm 40.
6
Supani, Zakat Di Indonesia, (Jakarta: KENCANA, 2023) hlm 81.
7
Ibid, hlm 83.
4
Zakat perniagaan adalah zakat yang wajib dikeluarkan dari harta hasil
perniagaan atau perdagangan. Para pakar fiqih menyebutkan bahwa
harta perniagaan dengan sebutan “Urudh al-Tijarah”. Menurut
pengertian yang lebih rinci bahwa harta perniagaan merupakan segala
sesuatu yang dipersiapkan untuk di perjual belikan untuk mendapat
keuntungan.8 Hampir semua ulama setuju bahwa perdagangan atau
perniagaan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila telah mencapai
syarat wajib untuk mengeluarkan zakatnya. Dalam penentuan
syaratnya para ulama memiliki pendapat yang berbeda. Mazhab
Hambali men-yatakan dua syarat zakat perdagangan, yang pertama
barang dagangan tersebut dimilikinya melalui cara yang benar dan sah
seperti pembelian. Yang kedua ketika sudah memiliki hartanya, orang
tersebut berniat melakukan perdagangan.
8
Munawar Badruddin, “Reorientasi Tentang Zakat Perniagaan: Pengalaman Malaysia”, Media
Syariah, Vol. XII, No. 2, (2011), hlm 231.
5
perdagangan wajib dikeluarkan. Pendapat ini disampaikan oleh Abu
Hanafiah dan ashab nya.9
e) Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan memiliki sumber hukum yang sama
dengan zakat pertanian dan perdagangan yaitu Firman Allah pada
surah Al-baqarah ayat 265. Tambang merupakan lokasi atau tempat
dimana ditemukannya kekayaan bumi, yaitu hasil yang dikeruk dari
dalam perut bumi. Oleh karena itu harta yang diperoleh dari hasil
tambang wajib dikeluarkan zakatnya sama halnya dengan zakat
pertanian. Jika hasil tambang yang ditemukan berupa emas dan perak,
maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%). Namun jika hasil
tambang yang didapat batu bara, granit, belerang, minyak bumi, dan
sejenisnya maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%) dari
nilainya, jika nilai atau harganya sudah sama atau lebih dengan nishab
emas dan perak.11
f) Zakat Profesi
Zakat profesi tergolong kedalam salah satu kasus baru dalam
hukum Islam. Al-Quran dan Al-Sunnahtidak memuat aturan hukum
yang tegas mengenai zakat profesi ini. Begitu juga para ulama
mujtahid seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad bin Hanbal
tidak memuat tentang zakt profesi dalam kitab-kitab mereka. Hal ini
dikarenakan oleh terbatasnya jenis-jenis pekerjaan Masyarakat pada
masa Nabi dan Imam mujtahid. Zakat profesi adalah masalah baru dan
9
Ahmad Rofi’I Harahap, Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa, (Pekanbaru: Guepedia, 2020), hlm 58-
59.
10
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2020), hlm
103
11
Ahmad Rofi’I Harahap, Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa, (Pekanbaru: Guepedia, 2020), hlm 59-
60.
6
tidak pernah ada dalam Sejarah pada masa Rasulullah SAW hingga
tahun 60-an akhir pada abad ke -20 yang lalu. Penggagas zakat profesi
adalah Syeikh Yusuf Qaradhawi yang ditulisnya dalam kitab Fiqh Az
Zakah yang pertama kali terbit pada tahun 1969.
2. Mustahik Zakat
Islam telah mengatur siapa-siapa saja yang memiliki hak menerima
zakat. Golongan ini dikenal dengan istilah delapan asnaf, sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT pada QS. At-Taubah (9): 60 berikut ini:
ِإَّنَم ا ٱلَّصَد َٰق ُت ِلْلُفَقَر ٓاِء َو ٱْلَم َٰس ِكيِن َو ٱْلَٰع ِمِليَن َع َلْيَها َو ٱْلُم َؤ َّلَف ِة ُقُل وُبُهْم َوِفى ٱلِّر َق اِب َو ٱْلَٰغ ِرِم يَن َوِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل
َو ٱْبِن ٱلَّسِبيِل ۖ َفِريَض ًة ِّم َن ٱِهَّللۗ َو ٱُهَّلل َع ِليٌم َحِكيٌم
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 60).
12
Tira Nur Fitria, “Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum Islam)”, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, Vol. 01, No. 01, (2015), hlm 51-52.
7
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud ketika seorang laki-laki dating
meminta pembagian zakat lalu Rasulullah berkata:
13
Iin Mutmainnah, Fikih Zakat, (Parepare: DIRAH, 2020), hlm 20.
14
Makhda Intan Sanusi, “Skala Prioritas Penentuan Mustahiq Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Umat Sejahtera Ponorogo”, Lisyabab Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 2, No. 1, (2021), hlm 106.
8
sepenuhnya cukup, sehingga ia tetap mengalami kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan primernya. Orang yag miskin ialah orang yang
mempunyai pekerjaan yang dapat menutupi sebagian kebutuhannya
akan tetapi hasil dari pekerjaan tersebut tidak mencukupinya, seperti
orang yang memerlukan uang sepuluh ribu tetapi hanya mampu
memiliki tujuh ribu.
9
Ulama Hanafiah memberikan pengertian mengenai golongan
“al-muallafah qulûbuhum” atau muallaf adalah orang yang dibujuk
hatinya untuk memeluk Islam. Di masa khalifah Umar kelompok ini
tidak di beri lagi bagian zakat. Dalam pandangan Hasbi muallaf, adalah
golongan manusia yang diberikan bagian zakat dengan tujuan untuk
menjinakkan hatinya atau hati teman-temannya, ditarik simpatinya
kepada agama Islam atau untuk mengkokohkan hatinya dan
keimanannya di dalam Islam. Hasbi menambahkan, yang termasuk
kedalamnya adalah mereka yang perlu ditolak kejahatannya kepada
orang Islam, dan mereka yang diharapkan akan membela umat Islam.
Dalam pandangan Hasbi, muallaf terbagi kepada dua bagian, yaitu
yang masih kafir dan muslim. Terhadap yang masih kafir, Hasbi
berkata perlu diberikan hak muallaf (bagian zakat) kepadanya dengan
harapan: pertama, mereka akan beriman dan memeluk Islam,
sebagaimana yang dilakukan Nabi saw. terhadap Shafwan ibn
Umaiyah dengan memberi 100 ekor unta yang diperoleh nabi dari
rampasan perang Hunain, yang dengan perantara itu Shafwan masuk
Islam. kedua, untuk menghindari dan menolak kejahatannya terhadap
umat Islam.
e) Hamba Sahaya (Riqab)
Kata “riqab” merupakan kata jamak dari kata “raqabah” yang
menurut bahasa berarti: pangkal leher bagian belakang, atau tengku.
Menurut istilah syara’ “riqab”, berarti: budak atau hamba sahaya.
Budak dinamakan “raqaba atau riqab”, karena dia dikuasai sepenuhnya
oleh tuannya. Ketaatan mereka kepada majikannya, serupa dengan
hewan yang diikat lehernya, ke mana saja ditarik, ia harus ikut. Untuk
melepaskan ikatan budak itu dan membebaskannya dari kungkungan
perbudakan, dan mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba
Allah yang merdeka. Oleh karena itu budak diperbolehkan untuk
menerima bagian dari zakat, dan zakat tersebut digunakan untuk
menebus dirinya supaya menjadi orang yang merdeka. Adanya
perhatian terhadap pembebasan budak merupakan bukti nyata tentang
prinsip syari’at Islam yang sangat menentang budaya perbudakan.
10
Menurut Hasbi, riqab adalah mereka yang masih berada dalam
belenggu perbudakan, perbudakan yang dilakukan manusia oleh
manusia lain, maupun perbudakan suatu negara yang dijajah oleh
negara lain. Namun akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi perbudakan
yang terjadi, karena itu bagian zakat yang seharusnya dibagikan untuk
budak dapat digunakan untuk menebus tentara muslim yang ditawan
oleh musuh. Bagian ini juga dapat digunakan untuk membantu
perjuangan rakyat dari wilayah yang sebagian besar penduduknya
adalah muslim guna membebaskan diri mereka dari penindasan dan
penjajahan bangsa lain.17
f) Orang Yang Berhutng (Ghairmin)
Gharim adalah orang yang memiliki hutang. Hutang yang
dimaksud dalam kasus ini adalah hutang tersebut digunakan untuk
kepentingan dan bukan untu melakukan maksiat dan tidak sanggup
membayarnya. Dalam mendefinisikan al-gharim, terdapat perbedaan
pendapat dikalangan para ulama. Ada yang mengatakan bahwa al-
gharim adalah orang yang terlilit hutang, dan ada juga yang
menambahkan definisi ini dengan menyertakan penyebanya. Mujahid
mengatakan al-gharim adalah orang yang menanggung hutang karena
mengalami musibah seperti rumahnya terbakar, hartanya terseret
banjir, atau untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibnu Atsir
menambahkan al-gharim adalah orang yang menjamin pelunasan
hutang orang lain, atau orang yang bangkrut guna mencukupi
kebutuhan hidup, dan bukan untuk berbuat maksiat atau berlaku boros
(tabdzir).18
11
tidak termasuk kedalam golongan yang diprioritas kan untuk dibantu
kecuali dia benar-benar tidak dapat membayar hutangnya tersebut.
Melihat permasalahan yang dialami oleh gharimin, Lembaga zakat
tidak berdiam diri, melainkan membantunya dalam melepaskan diri
dari jeratan hutang dan melepaskan ketergantungan dari hutang
tersebut, walaupun hutang yang ada dalam jumlah yang besar, selama
yang melakukannya bukanlah orang yang berhutang untuk bermaksiat
di jalan Allah, maka lembaga zakat berkewajiban membantunya.19
g) Orang Yang Berjuang Dijalan Allah (Fisabilillah)
Secara harfiyah fisabilillah memiliki arti pada jalan menuju
(ridha) Allah. Dari definisi harfiyah fisabilillah memiliki cakupan yang
begitu luas, karena menyangkut semua perbuatan-perbuatan baik yang
disukai Allah SWT. Jumhur ulama memberikan pengertian fisabilillah
sebagai perang mempertahankan dan memperjuangkan agama Allah
yang meliputi pertahanan Islam dan kaum muslimin. Fisabilillah
merujuk para tentara islam yang mengikuti peperangan, dan mereka
tidak mendapat gaji dari negara, maka mereka berhak menerima
sebagian dana zakat untuk memenuhi kebutuhannya. Namun demikian,
ada diantara mufassirin yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum, seperti mendirikan
sekolah, rumah sakit, pos yandu, perpustakaan, dan lain-lain untuk
kepentingan bersama.
19
Ibid, hlm 28-29.
12
cenderung untuk memperluas maknanya, menjadi semua kepentingan
umat Islam secar umum.20
h) Orang Dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)
Jumhur ulama mengkiaskan ibnu sabil dengan musafir, yaitu
orang yang berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya yang
memiliki jarak yang jauh. As-sabil secara bahasa memiliki arti ath-
thariq atau jalan. Menurut imam syafi’i ibnu sabil adalah orang yang
tengah dalam perjalanannya lalu kehabisan perbekalan ataupun orang
yang melakukan perjalanan namun tidak menyiapkan perbekalan,
keduanya berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhannya,
karena melakukan perjalanan bukan untuk maksud maksiat. Sedangkan
menurut Yusuf Qardhawi, tidak setiap orang yang melakukan
perjalanan demi kebaikan diberi bagian zakat, meskipun perjalanan
tersebut dengan tujuan yang baik.
Ibnu sabil tidak selalu orang yang melakukan perjalanan, anak-
anak yang terlantar dijalanan juga termasuk kedalam golongan ibnu
sabil. Mereka yang tidak memiliki rumah dan menjadi gelandangan di
jalanan juga termasuk dalam golongan ibnu sabil. Oleh karena itu,
dana zakat untuk golongan ibnu sabil bisa digunakan untuk
menyekolahkan anak-anak yang terlantar dijalanan.21
3. Kalkulator Zakat
Apabila harta seseorang telah mencapai nisabnya, harta tersebut akan
dihitung untuk menentukan besaran zakat yang akan dikeluarkan. Berikut ini
adalah cara menghitung zakat sesuai dengan jenis zakat dan Nisab nya.
a) Perhitungan Zakat Emas dan Perak
Kadar sebesar 2,5% sudah ditentukan dalam zakat emas dan
perak, 2,5% itu akan diambil dari total semua aset emas dan perak
yang dimiliki, semakin tinggi nilai aset zakat beserta biayanya maka
semakin besar pula zakat yang dikeluarkan. Oleh karena itu, didalam
zakat, emas dan perak itu seperti pajak atas total emas dan perak
yang dimiliki oleh seseorang. Para ulama memang telah sepakat
bahwa jumlah yang harus dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%.
20
Ibid, hlm 35.
21
Firdanigsih dkk, “Delapan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks”, EQUILIBRIUM:
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 7, No. 2, (2019), hlm 329.
13
Namun, jika perhitungannya menggunakan tahun masehi, maka
kadarnya adalah 2,65%. Masa simpan atau haul emas dan perak
adalah satu tahun. Berikut ini adalah contoh menghitung zakat emas
dan perak.
Artinya: "Tidak wajib dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5
Ausuq.” (HR Muslim).
22
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2020), hlm
96-97.
14
Ausuq jamak dari wasaq; 1 wasaq = 60 sha', sedangkan 1 sha' =
2, 176 kg, maka 5 wasaq adalah 5 x 60 x 2,176 kg = 652,8 kg atau
jika diuangkan, sama dengan 653 kg beras. Besaran yang wajib
dikeluarkan dalam zakat pertanian adalah sebanyak 5% jika
pengairannya menggunakan biaya dan 10% jika pengairannya
menggunakan air hujan atau dengan kata lain tidak menggunakan
biaya. Zakat pertanian dikeluarkan setiap kali panen. Berikut ini
contoh perhitungan zakat pertanian.
Nisab Zakat
5-9 1 ekor kambing
10-14 2 ekor kambing
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing
23
Ibid, hlm 120-121.
15
25-35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
36-45 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
46-60 1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
61-75 1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih)
76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
Zakat Kambing
Nisab Zakat
40-120 1 ekor kambing
121-200 2 ekor kambing
201-300 3 ekor kambing
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing
Zakat Sapi24
Nisab Zakat
30-39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
40-59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
60-69 2 ekor anak sapi Jantan atau betina berumur 1 tahun
70-79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak
sapi Jantan berumur 1 tahun
16
2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)
Sifulan memiliki aset dagang atau bisnis sebesar
Rp.2.000.000.000,00 tetapi dia juga memiliki tanggungan berupa
hutang jangka pendek sebesar Rp.50.000.000,00. Jika pada saat itu
harga emas sebesar Rp.622.000,00/gram, maka nishab zakat senilai
Rp52.870.000,00. Sehingga Sifulan sudah wajib membayar zakat
atas harta perdagangannya itu sebesar 2,5% x (Rp.2.000.000.000,00
– Rp.500.000.000,00) = Rp.37.500.000,00. Jadi besaran zakat yang
harus dikeluarkan adalah sebesar Rp.37.500.000,00.25
e) Zakat Pertambangan
Nisab Zakat pertambangan ditentukan berdasarkan hasil
tambang tersebut. Jika hasil tambang yang ditemukan berupa emas
dan perak, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40 (2,5%). Namun
jika hasil tambang yang didapat batu bara, granit, belerang, minyak
bumi, dan sejenisnya maka zakat yang dikeluarkan sebesar 1/40
(2,5%) dari nilainya, jika nilai atau harganya sudah sama atau lebih
dengan nishab emas dan perak.26 Berikut ini adalah contoh cara
penghitungan zakat pertambangan.
17
Aset atau modal yang pak Budi miliki sebesar
Rp.1.000.000.000 kendaraan oprasional dan rumah dinas pegawai
tidak masuk dalam hitungan karena bukan aset yang digunakan
diperjual belikan, aset tersebut masuk kedalam aset pendukung.
Besaran Nisab zakat 85 gram emas dengan kadar 2,5%. Keuntungan
setiap bulan Rp. 110.000.000 x 12 bulan = Rp. 1.320.000.000.
Berikut rumus perhitungannya: (modal + keuntungan + simpanan +
piutang) – (hutang) x 2,5% = besaran zakat
(1.000.000.000,00 + 1.320.000.000 + 500.000.000 + 80.500.000) –
(250.000.000) x 2,5% = 66.262.500. Jadi besaran zakat yang di
keluarkan oleh pak budi adalah sebesar Rp.66.262.500,00.27
f) Zakat Profesi
Ada dua pendapat mengenai besaran nisab dan kadar zakat
yang harus dikeluarkan [ada zakat profesi. Pertama nisab zakat
profesi disamakan dengan nisab zakat pertanian ya itu senilai 5
Wasak atau sekitar 653 kg beras. Maka jika 1 kg beras seharga
Rp.10.000 maka nisab zakatnya sebesar Rp.6.530.000,- pendapat ini
diutarakan oleh Mustafa Ahzami Samiun, Hasanudin, dan Surahman
Hidayat. Meskipun zakat profesi diqiaskan dengan zakat pertanian
namun dalam praktik masyarakat muslim di Indonesia mereka umum
membayarnya 2,5% dari total pendapatan bersihnya. Inilah yang
dianggap oleh sebagian ulama sebagai ketidakkonsistenan sebab jika
konsisten mengikuti kadar zakat pertanian sebagai hukum ashal
maka kadar zakat profesi sebagai al-far’u juga harus menyesuaikan
yakni 5 atau 10%. Ada beberapa alasan kenapa akhirnya ditetapkan
2,5 % agar tidak memberatkan.28 Pembayaran zakat profesi boleh
dibayarkan setiap bulan agar si muzaki tidak merasa diberatkan
Berikut ini contoh perhitungan zakat profesi
18
kebutuhan pokok keluarganya yang berjumlah 5 orang sebesar
Rp.1.962.480,00. Jadi penghasilan bersihnya adalah Rp.5.037.520,00
kemudian dikalikan 2,5% maka zakat yang dikenakan kepada orang
tersebut adalah sebesar Rp.125.938,00/bulan.29
C. Kesimpulan
29
Ibid, hlm 104.
19
Secara umum dan global Al-Quran sudah menyatakan bahwa sejatinya Zakat
itu diambil dari setiap harta yang kita miliki dari hasil pekerjaan kita. Zakat akan
wajib dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Ada beberapa jenis zakat
yang harus dikeluarkan berdasarkan pekerjan atau harta yang dimiliki seperti, zakat
emas dan perak, zakat pertanian, zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat hasil
tambang dan zakat profesi.
DAFTAR PUSTAKA
20
Abbas, Ahmad Sudirman. (2017). Zakat: Ketentuan dan Pengelolaannya. Bogor: CV.
Anugrah Berkah Sentosa.
Hafidhuddin, Didin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Moderen. Jakarta: Gema Insani.
Harahap, Ahmad Rofi’I. (2020). Hukum Zakat Tanah Sewa Menyewa. Pekanbaru: Guepedia.
Ismail, Ahmad Satori dkk. (2018). Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil
Zakat Nasional.
Mutmainnah, Iin. (2020). Fikih Zakat. Parepare: DIRAH.
Sahroni, Oni dkk. (2020). Fikih Zakat Kontemporer. Depok: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Supani. (2023). Zakat Di Indonesia. Jakarta: KENCANA.
Widiastuti, Tika dkk. (2019). Hand Book Zakat. Surabaya: Airlangga University Press.
Badruddin, Munawar. (2011). Reorientasi Tentang Zakat Perniagaan: Pengalaman Malaysia.
Media Syariah. Vol. XII. No. 2.
Firdanigsih dkk. (2019). Delapan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks.
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 7. No. 2.
Fitria, Tira Nur. (2015). Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum Islam. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 01. No. 01.
Jamil, Syahril. (2015). Prioritas Mustahiq Zakat Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy. Istinbath. No. 16.
Sanusi, Makhda Intan. (2021). Skala Prioritas Penentuan Mustahiq Zakat di Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Umat Sejahtera Ponorogo. Lisyabab Jurnal Studi Islam dan Sosial. Vol.
2. No. 1.
Tho’in, Muhammad dkk. (2020). Pendampingan Pengelolaan dan Perhitungan Dana Zakat
Sesuai Syariat Islam Bagi Para Takmir Masjid. Jurnal BUDIMAS. Vol. 02. No. 01.
21