ZAKAT HARTA
FAKULTAS TARBIYAH
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita
Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Zakat Harta” guna memenuhi tugas dari Mata Kuliah Fiqih. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Beserta Keluarga, Sahabat, dan
para pengikut-pengikutnya yang kita nanti-nantikan Syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti
Aamiin.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memahami secara keseluruhan
tentang materi tersebut. Kami selaku penyusun makalah mengucapkan banyak terimakasih
kepada Bapak Dosen Drs.H. Abd Hamid As’ad , M.Pd.I. yang sudah membimbing kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang
telah mendukung dan mendorong kelancaran baik dalam penyusunan maupun dalam proses
lainnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas
kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki banyak sekali kekurangan. Kami
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Sehingga
kedepannya kami dapat memperbaikinya dengan sebaik mungkin. Terimakasih.
Curup, Mei 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua tempat Allah
menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan
shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah
maliyah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. oleh sebab
itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat, haji, dan
puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan al-Quran dan as-sunnah,
sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia. seluruh ulama menetapkan
bahwa mengingkari hukum zakat yakni mengingkari wajibnya menyebabkan dihukum
kubur, karena itu kita harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus
dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara pelaksanaan zakat dan berbagai macam
zakat akan dibahas dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat harta?
2. Harta benda apa saja yang wajib dikeluarkan zakatnya?
3. Siapa saja mustahik zakat?
4. Apa hikmah dari zakat?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian zakat
2. Mengetahui harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya
3. Mengetahui mustahik zakat
4. Mengetahui hikmah dari zakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Harta
Kalimat "zakat" merupakan mashdar dari "zaka". Secara etimologi berarti
berkah, tumbuh, bersih, suci dan baik. Sesuatu dikatakan "zaka" jika dia tumbuh dan
berkembang. Bagi orang yang mengeluarkan zakat, hati dan jiwanya akan menjadi
bersih. Zakat dimaksudkan untuk membersihkan harta benda milik orang lain, yang
dengan sengaja atau tidak sengaja, telah termasuk ke dalam harta benda kita.
Adapun pengertian zakat secara terminologis yaitu sebagian dari harta orang kaya
yang telah ditentukan kadarnya oleh agama pada sebagian jenis harta dan telah
ditentukan nisabnya pada sebagian jenis harta yang lain. Dapat disimpulkan bahwa
zakat adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai nishab yang diwajibkan
Allah swt. untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Zakat Harta (Zakat Maal), yang dimaksud dengan maal atau harta adalah segala
sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk memilikinya, memanfaatkan dan
menyimpannya, seperti rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, dan segala
macam perhiasan. Sedangkan yang dimaksud dengan zakat maal adalah zakat dari
harta secara keseluruhan. Menunaikan zakat maal hukumnya wajib 'ain, yaitu suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Dasar dari kewajiban zakat
maal tersebut adalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah Swt surat At Taubah/9
:103
.… ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم َ ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم
َ ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو
Artinya : "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka …"
Dari ayat tersebut dipahami bahwa setiap harta yang dimiliki apabila mencapai
nishab dan haul wajib dizakati, dengan tujuan untuk membersihkan harta itu sendiri
dari milik orang lain, dalam hal ini fakir dan miskin. Ayat ini berlaku umum untuk
setiap jenis harta.
4.Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, harta atau aset yang
diperjualbelikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian dalam
harta niaga harus ada 2 motivasi: Motivasi untuk Berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi
mendapatkan keuntungan.
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari aset lancar usaha dikurangi utang
jangka pendek (utang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika imbalan dari aset lancar dan
utang tersebut sudah nisab, maka wajib bertemu zakatnya.
Cara menghitung zakat maal:
Nisab zakat maal : 85 gram emas
Kadar zakat maal : 2,5%
C. Mustahik Zakat
Mustahik Zakat atau golongan orang yang berhak menerima zakat ada 8 golongan yakni
fakir, miskin, 'amil, muallaf qulubuhum (orang yang baru masuk islam), riqab (orang yang
telah memerdekakan budak), ghorim (orang yang berhutang), fisabilillah (orang yang
berjihad dijalan Allah) dan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan).
Adapun fungsi dan tujuan zakat bagi penerimanya antara lain:
1. Zakat dapat membebaskan si penerimanya dari kesulitan dan kekurangan, sehingga
dapat sedikit memenuhi kebutuhannya.
2. Zakat menghilangkan sifat dengki dan iri.
3. Menumbuhkembangkan semangat persaudaraan, kebersamaan, persatuan, senasib dan
sepenanggungan.
4. Menyempurnakan kemerdekaan hidup dan membangkitkan semangat pribadi manusia
dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Adapun orang yang berhak menerima zakat antara lain :
1. Al-Fuqara (Fakir)
Orang-orang fakir atau melarat adalah orang yang hidupnya amat sengsara, tidak memiliki
harta dan tidak memiliki tenaga untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya.
Seseorang disebut fakir ketika yang bersangkutan membutuhkan Rp 100.000 rupiah untuk
mencukupi kebutuhan hariannya, namun hanya mampu mengumpulkan Rp 25.000 per
harinya. Oleh karena itu, golongan orang seperti ini disebut sebagai mustahiq zakat dan
berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
2. Al-Masakin (Miskin)
Orang miskin berbeda dengan orang fakir. Dalam keadaan miskin, orang masih memiliki
penghasilan dan pekerjaan tetap, namun dalam keadaan serba kekurangan untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. Dalam Islam, orang miskin juga masuk dalam salah satu mustahiq
zakat yang wajib dibantu agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan lebih baik.
3. Al-Amilin (Panitia Zakat)
Al’Amilin atau amil zakat merupakan orang yang bertugas mengumpulkan serta membagikan
zakat kepada golongan yang berhak menerimanya. Karenanya, Al-Amilin juga termasuk
sebagai mustahiq zakat sehingga berhak menerima pembagian zakat yang dipilih terlebih
dahulu oleh imam masjid. Panitia zakat sendiri memiliki beberapa syarat agar terpilih sebagai
amil zakat, antara lain merdeka (tercukupi), adil, akil dan baligh, seorang muslim, mampu
melihat, seorang laki-laki dan mengerti tentang dasar hukum agama Islam dan zakat
khususnya.
4. Mualaf
Istilah mualaf merujuk pada orang yang baru masuk Islam dan belum mantap dari segi iman
dan taqwa. Mualaf sendiri terbagi atas tiga bagian antara lain: Orang yang masuk Islam dan
hatinya masih bimbang, maka harus diberikan saran dan masukan agar mendapatkan zakat.
Lalu, ada orang yang masuk Islam agar diberikan zakat bila bersungguh-sungguh belajar dan
menjauhi larangan, dan yang terakhir mualaf yang adil dan perlu bimbingan.
5. Dzur Riqab (Budak)
Para penerima zakat berikutnya adalah hamba sahaya atau budak yang ingin memerdekakan
dirinya dari majikan dan membutuhkan tebusan uang. Zakat bagi Dzur riqab juga mencakup
pembebasan seorang muslim yang ditawan oleh orang-orang jahat, atau membebaskan
seorang muslim dari penjara karena tidak mampu membayar denda atau diat.
6. Algharim (Berutang)
Istilah ini merujuk pada orang yang berutang dan tidak sanggup membayar. Namun, perlu
diingat bahwa utang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk
kebutuhan maksiat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhamamd SAW dalam H.R. Abu
Daud: “Zakat tidak halal bila diberikan kepada orang kaya, kecuali lima sebab: Berperang di
jalan Allah, pengurus sedekah, orang yang berutang atau yang membeli sedekah dengan
hartanya, atau orang kaya yang mendapat hadiah dari orang miskin dari hasil sedekah.”
7. Fisabilillah Al-Muhajidin (Pejuang Islam)
Fisabilillah atau Al-Muhajidin merupakan orang yang berjuang di jalan Allah (sabilillah)
tanpa upah dan imbalan demi membela dan mempertahankan Islam dan kaum muslimin
untuk mendapatkan hak beribadah, hak asasi manusia serta memperjuangkan kebebasan
beribadah bagi seluruh umat Muslim.
8. Ibnu Sabil
Mustahiq zakat yang terakhir adalah musafir atao orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu
sabil) yang bertujuan untuk mencari akidah, ilmu dan ridha Allah SWT.
D. Hikmah Zakat
1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa (orang yang lemah secara ekonomi)
maupun mustahiq lainnya ke arah kehidupannya yang lebih baik dan lebih sejahtera.
3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan
oleh ummat Islam.
4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta, sehingga
diharapkan akan lahir masyarakat makmur dan saling mencintai (marhammah) di atas
prinsip ukhuwah Islamiyyah dan takaful ijtima’i.
5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar.
6. Menghilangkan kebencian, iri, dan dengki dari orang-orang sekitarnya kepada yang
hidup berkecukupan, apalagi kaya raya serta hidup dalam kemewahan. Sementara,
mereka tidak memiliki apa-apa, sedang tidak ada uluran tangan dari orang kaya
kepadanya.
7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, di mana hubungan seseorang dengan
yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan
situasi yang aman, tentram lahir batin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat maal (Zakat harta) adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam
jangka satu tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta
hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari
itu penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yangmembangun penulis demi sempurnanya makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Abdul, 2012. Fikih Zakat, Cetakan Pertama, LP2 STAIN CURUP, Rejang
Lebong
Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah), 2009. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Achmad Sunarto dan Syamsuddin Noor, 2005. Himpunan Hadits Shahih Bukhari,
Hasbi Ash-Shiddieqy, 2002. Mutiara Hadits, Jilid IV, Cetakan kedua, Bulan Bintang,
Al-Zuhayly Wahbah, Kajian Ilmu Fiqih. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997