Anda di halaman 1dari 6

ZAKAT MAL

Makalah ini  disusun untuk memenuhi salah  satu tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah pada


semester II Tahun Akademik 2016/2017
Prodi: Hukum Pidana Islam (HPI) / II A

Dosen : Drs. Didi Sumardi, M.Ag

Disusun Oleh :
Elsa Farian Sisilia                                (1153060015)
Elsa Herpiani                                       (1153060016)
                       

HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang


telah menciptakan kitadalam keadaan mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah Fiqh Ibadah mengenai “Zakat
Mal”.
            Tidak akan terbentuk suatu Makalah yang baik dan benar jika tidak ada orang-orang
yang demikian sabar membantu dan membimbing kami, maka dari itu kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1.     Bapak dosen Drs. Didi Sumardi, M.Ag., selaku dosen mata kuliah Fiqh Ibadah.
2.      Berbagai pihak yang telah membantu menyusun makalah ini yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu dengan tidak mengurangi rasa hormat dan terimakasih.

Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan seperti
yang diinginkan dan diharapkan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran dari para
pembaca dan pemakai makalah ini untuk menyempurnakan segala kekurangan tersebut.
Dengan mengharapkan Ridho dari Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan bagi kami khususnya. Akhirnya, mudah-mudahan upaya kami
dalam membuat makalah ini dicatat oleh Allah Ta’ala sebagai amal yang shaleh. Amin.

Bandung, Februari 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Islam adalah agama yang kaffah, dimana dari hal yang kecil dalam kehidupan diatur
oleh islam, setiap persoalan dunia dan akhirat sudah diatur oleh Allah dalam al-Qur’an dan
Hadits. Selain itu, sempurnanya seorang muslim apabila telah memenuhi syarat dalam rukun
Islam, salah satunya zakat. Dalam Islam zakat terbagi dua, yakni zakat fitrah dan zakat mal.
Islam saat ini mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi, selain berdagang dan
berniaga, zakat juga berpengaruh dalam kemajuan ekonomi Islam. apabila semua muslim
sadar akan kewajibannya dalam membayar zakat, yaitu 2.5% dari hartanya. Maka, semua
umat muslim akan terbantu dalam perekonomiannya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sangat pentingnya memahami zakat sehingga
bisa lancar dalam pelaksanannya. Maka dari itu kami akan mengajak teman-teman untuk
lebih dalam memahami tentang zakat mal.

1.2              Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian zakat mal ?
b.      Bagaimana pelaksanaan zakat mal ?
c.       Apa dasar hukum zakat mal ?
d.      Apa fungsi dan tujuan zakat mal ?

1.3              Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian zakat mal.
b.      Untuk mengetahui pelaksanaan zakat mal.
c.       Untuk mengetahui dasar hukum zakat mal.
d.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan zakat mal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Zakat Mal
Zakat menurut bahasa berarti bertambah, berkembang. Zakat menurut syara atau
istilah adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu
dengan syarat-syarat tertentu.
                                    Dinamakan zakat karena harta itu akan bertambah disebabkan berkah
dikeluarkan zakatnya dan do’a dari orang yang menerimanya. Zakat dalam al-Qur’an dan
Hadits kadang-kadang disebut dengan sedekah seperti firman Allah SWT yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka sesungguhnya do’a kamu itu menjadi
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S
At-Taubah: 103)
                                                Zakat mal adalah kegiatan mengeluarkan sebagian harta kekayaan
berupa binatang ternak, hasil tanaman, emas dan perak, harta perdagangan dan sebagainya.
            Syarat seseorang wajib mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut:
1.      Islam
2.      Merdeka
3.      Berakal dan baligh
4.      Memiliki nishab
Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan mengeluarkan
zakat.
2.      Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila diusahakan.
3.      Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan
untuk berinfak atau bersedekah.
4.      Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan minimal/pokok
untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu.
5.      Bebas dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta yang
dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nisab, dan akan dibayar pada waktu yang sama
maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.
6.      Berlalu Satu Tahun (Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun khusus
untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz
(barang temuan) tidak memiliki syarat haul.
Rukun zakat mal:
a. Niat mengeluarkakn zakat
b. Orang yang berzakat
c. Orang yang menerima zakat
d. Barang yang dizakatkan.
Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat, diantaranya:
1.      Fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk
memenuhi penghidupannya.
2.      Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh tidak dapat
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
3.      Amil (panitia zakat) adalah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan
zakat.
4.      Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5.      Riqab (hamba sahaya) adalah hamba sahaya yang dijanjikan oleh tuannya untuk
dimerdekakan dengan tebusan atau bayaran.
6.      Gharim (orang berhutang) adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
7.      Jihad fii sabilillah adalah orang yang berjuang atau usaha menegakkan agama Allah.
Misalnya: mendirikan masjid, madrasah/sekolah, penyebar agama Islam.
8.      Ibnu sabil (Musafir) adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya karena kehabisan bekal.

2.2       Pelaksanaan Zakat Mal


1)  Emas
Nishab emas sebanyak 20 dinar. Dinar yang dimaksud adalah dinar Islam.
1 dinar = 4,25 gr emas
Jadi, 20 dinar = 85 gr emas murni.
Dalil nishab ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun yaitu dalam emas sampai memiliki 20 dinar.
Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, maka terdapat padanya zakat ½
dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada zakat pada harta, kecuali
setelah satu haul.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi)
Dari nishab tersebut, diambil 2,5% atau 1/40. Dan jika lebih dari nishab dan belum sampai
pada ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nishab awal. Demikian
menurut pendapat yang paling kuat.
Contoh:
Seseorang memiliki 87 gr emas yang disimpan. Maka, jika telah sampai haulnya, wajib
atasnya untuk mengeluarkan zakatnya, yaitu 1/40 x 87gr = 2,175 gr atau uang seharga
tersebut.
2)  Perak
Nishab perak adalah 200 dirham. Setara dengan 595 gr, sebagaimana hitungan Syaikh
Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104 dan diambil darinya 2,5%
dengan perhitungan sama dengan emas.
3)  Binatang Ternak
Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu
binatanngya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada dicarikan
makanan.
“Dan dalam zakat kambing yang digembalakan di luar, kalau sampai 40 ekor sampai 120
ekor…” (HR. Bukhari)
Sedangkan ukuran nishab dan yang dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut:
a.       Onta
Nishab onta adalah 5 ekor. Dengan pertimbangan di negara kita tidak ada yang memiliki
ternak onta, maka nishab onta tidak kami jabarkan secara rinci.

b.      Sapi
Nishab sapi adalah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Sapi Jumlah yang dikeluarkan
30-39 ekor 1 ekor tabi’ atau tabi’ah
40-59 ekor 1 ekor musinah
60 ekor 2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah
70 ekor 1 ekor tabi dan 1 ekor musinnah
80 ekor 2 ekor musinnah
90 ekor 3 ekor tabi’
100 ekor 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah

Keterangan:
1.      Tabi’ dan tabi’ah adalah sapi jantan dan betina yang berusia setahun.
2.      Musinnah adalah sapi betina yang berusia 2 tahun.
3.      Setiap 30 ekor sapi, zakatnya adalah 1 ekor tabi’ dan setiap 40 ekor sapi, zakatnya adalah 1
ekor musinnah.
c.       Kambing
Nishab kambing adalah 40 ekor. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Kambing Jumlah yang dikeluarkan
40 ekor 1 ekor kambing
120 ekor 2 ekor kambing
201 – 300 ekor 3 ekor kambing
> 300 ekor setiap 100, 1 ekor kambing

4)      Hasil Pertanian
Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam dengan dasar firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-An’am:
141)
Adapun nishabnya ialah 5 wasaq, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Zakat itu tidak ada yang kurang dari 5 wasaq.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Satu wasaq setara dengan 60 sha’ (menurut kesepakatan ulama, silakan lihat penjelasan Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari 3/364). Sedangkan 1 sha’ setara dengan 2,175 kg atau 3 kg.
Demikian menurut takaaran Lajnah Daimah li Al Fatwa wa Al Buhuts Al Islamiyah (Komite
Tetap Fatwa dan Penelitian Islam Saudi Arabia). Berdasarkan fatwa dan ketentuan resmi
yang berlaku di Saudi Arabia, maka nishab zakat hasil pertanian adalah 300 sha’ x 3 kg = 900
kg. Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan
(atau menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%). Dan jika
pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%). Ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami
dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20).” (HR. Muslim 2/673)
Misalnya: Seorang petani berhasil menuai hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka ukuran
zakat yang dikeluarkan bila dengan pengairan (alat siram tanaman) adalah 1000 x 1/20 = 50
kg. Bila tadah hujan, sebanyak 1000 x 1/10 = 100 kg
5)      Barang Dagangan
Pensyariatan zakat barang dagangan masih diperselisihkan para ulama. Menurut pendapat
yang mewajibkan zakat perdagangan, nishab dan ukuran zakatnya sama dengan nishab dan
ukuran zakat emas.
Adapun syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan sama dengan syarat-syarat yang ada
pada zakat yang lain, dan ditambah dengan 3 syarat lainnya:
a. Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti dengan membeli, menerima hadiah, dan yang
sejenisnya.
b. Memilikinya dengan niat untuk perdagangan.
c. Nilainya telah sampai nishab.
Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan dengan harga asli (beli),
lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang.
Misalnya: Seorang pedagang menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun dengan
jumlah total sebesar Rp. 200.000.000 dan laba bersih sebesar Rp. 50.000.000. Sementara itu,
ia memiliki hutang sebanyak Rp. 100.000.000. Maka perhitungannya sebagai berikut:
Modal – Hutang:
Rp. 200.000.000 – Rp. 100.000.000 = Rp. 100.000.000
Jadi jumlah harta zakat adalah:
Rp. 100.000.000 + Rp. 50.000.000 = Rp. 150.000.000
Zakat yang harus dibayarkan:
Rp. 150.000.000 x 2,5 % = Rp. 3.750.000
6)      Harta Karun
Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa mensyaratkan nishab dan
haul, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dalam harta temuan terdapat seperlima (1/5) zakatnya.” (HR. Muttafaqun alaihi)

2.3       Dasar Hukum Zakat Mal


Mengeluarkan Zakat Mal hukumnya fardu ain, yaitu wajib atas setiap orang Islam yang
mampu dan telah memenuhi syarat-syaratnya.
Allah berfirman :

ÇÊÉÈ ......... 4 no4qŸ2¨“9$# (#qè?#uäur no4qn=¢Á9$# (#qßJŠÏ%r‫وا‬
            Artinya : “Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat...” (Al-Baqarah:110)

            ÇÊÉÌÈ .3 $pkÍ5 NÍkŽjÏ.t“è?ur öNèdãdÎgsÜè? Zps%y‰|¹ 
öNÏlÎ;ºuqøBr& ô`ÏB õ‹è{
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka.” (QS. At Taubah: 103)

2.4       Manfaat atau Hikmah Zakat Mal


            1)         Bagi yang Berzakat ( Muzakki)
Manfaat yang diperoleh bagi orang yang berzakat antara lain adalah:
a. Sebagai tanda syukur kepada Allah swt
b. Melaksannankan kewajiban agama.
c. Untuk mensucikan harta yang dimiliki.
d. Mendidik agar bersifat mulia dan pemurah.
e. Membersihkan diri dari sifat kikir dan tamak.

2)         Bagi yang menerima zakat (Mustahik)


Manfaat yang diperoleh bagi orang yang menerima zakat antara lain adalah:
a. Mempererat tali persaudaraan.
b. Memperingankan beban kesulitan.
c. Dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
d. Mengurangi timbulnya kejahatan.
e. Memberi ketenteraman bagi orang yang baru masuk Islam.

Anda mungkin juga menyukai