Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADITS TUJUAN DASAR ZAKAT

Dosen pembimbing: Ulil Amri, M.si

Mata kuliah: Syarah hadits zakat dan wakaf

Nama kelompok:

1.Nopita sari

2.Lana alfiana (2020604075)

3.Nabila rachel (2020604062)

4.Iqbal fibri (2020604066)

Kelas: Manajemen Zakat dan wakaf ²

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN RADEN FATAH PALEMBANG

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang marilah kita panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ hadits tujuan dasar zakat“ ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata Bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalh kami.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

Pendahuluan

1.latar belakang

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat. Tujuan dari berzakat bukan sekadar menunaikan
kewajiban, tapi juga untuk membersihkan harta, mensucikan diri, serta berbagi dengan orang-orang
yang membutuhkan. Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan
lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Jenis Zakat ada dua yakni zakat fitrah, zakat maal atau zakat harta dan zakat penghasilan. Kewajiban
berzakat telah diatur dalam Alquran di beberapa surat di dalamnya. Sebab umat Islam tidak boleh acuh
terhadap saudaranya yang kekurangan. Umat Islam harus saling membantu, salahsatunya dengan
berzakat. Manfaat zakat bukan hanya untuk pribadi umat muslim yang ingin meningkatkan
ketaqwaannya pada Allah SWT. Tapi juga bermanfaat bagi kesejahteraan umat. Umat Islam diwajibkan
untuk peduli kepada sesamanya. Maka dengan berzakat mereka sudah membantu sesamanya.

Manfaat zakat dari berbagai aspek diantaranya;

1. Aspek Keagamaan

– Zakat termasuk rukun Islam yang harus senantiasa dikerjakan yang menjadikan seseorang merasakan
kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat kelak.

– Zakat adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bisa meningkatkan keimanan dan
ketaatan kepada Allah SWT.

– Zakat memasukkan muzakki ke dalam golongan orang dermawan yang mempunyai sifat mulia berupa
kedermawanan dan rasa toleransi yang tinggi.

– Zakat bisa meningkatkan rasa kasih sayang dan juga simpati pada diri muzakki terhadap para
saudaranya yang sedang kekurangan. Allah sangat mencintai orang-orang yang mencintai saudaranya
yang sedang dilanda kekurangan.

– Pengorbanan raga dan juga harta bagi kaum muslimin bisa menjadikan seseorang lapang dada dan
melegakan jiwa. Selain itu bisa menjadikan seseorang lebih dicintai orang lain, karena yang diberikan
kepada para saudaranya menimbulkan manfaat besar.

– Zakat mampu memperbaiki akhlak seseorang yang dengan ikhlas menunaikannya. Sifat pelit dan bakhil
bisa hilang dari dirinya.

2. Aspek Sosial

– Zakat bisa membantu fakir miskin dalam memenuhi kebutuhannya.


– Zakat mampu memperkuat tali persaudaraan dan ukhuwah islamiyah.

– Mengurangi sifat iri di hati manusia. Dengan berzakat rasa iri hati dan dengki yang bersemayam di
dada para fakir miskin hilang karena saudaranya sungguh peduli padanya.

– Zakat akan memperluas peredaran harta. Hal ini karena dengan membayar zakat maka harta tidak
berhenti pada satu titik, tapi bisa menyebar ke banyak orang.

Selain sebagai bentuk amalan dan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, zakat memiliki banyak hikmah
dalam pelaksanaannya antara lain: Mengurangi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Membersihkan harta dari bagian yang bukan hak kita. Mengikis akhlak yang buruk.
BAB 2

Pembahasan

1. Pengertian Zakat

Zakat secara harfiah berarti berkah, bersih, baik dan meningkat. Zakat juga berarti pembersihan diri
yang didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar zakat.30 Oleh karena itu, harta benda yang
di keluarkan untuk zakat akan membantu mensucikan jiwa manusia dari sifat mementingkan diri sendiri,
kikir dan cinta harta. Dalam istilah fikih, zakat adalah sejumlah harta yang di keluarkan dari jenis harta
tertentu yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat yang telah di
tentukan. Beberapa ahli fikih mendefinisikan zakat sebagai berikut:

1. Menurut Abi Syuja’.


“Zakat adalah suatu nama tertentu yang di ambil dari harta tertentu dan di
berikan kepada golongan tertentu”.

2. Menurut Sayyid Sabig.

“Zakat adalah nama suatu hak Allah SWT yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin, dan
dinamakan zakat karena ada harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan tambahnya
beberapa kebaikan”.

3. Menurut Yusuf Qardhawi.


“Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT dan diserahkan kepada orang-orang
yang berhak”.
4. Menurut Didin Hafidhuddin.
Zakat adalah harta yang telah memenuhi syarat tertentu yang dikeluarkan oleh pemiliknya kepada orang
yang berhak menerimanya.

5. Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999.


Zakat adalah harta yang wajib di sisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Adapun tujuan zakat antara lain sebagai berikut:
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan,
melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan.
2. Membentangkan dan membina tali persaudaraan, gotong-royong, tolong menolong dalam kebaikan.
3. Menghilangkan sifat kikir, dengki, iri hati dari pemilik harta.

4. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin diantara masyarakat.

2.Dalil Disyariatkannya Zakat


Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriah. Kewajibannya terjadi setelah
kewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para Nabi. Pendapat
yang terakhir ini disepakati para ulama karna zakat dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang
yang berdosa, sedangkan para Nabi terbebas dari hal yang demikian. Lagi pula mereka mengemban
titipan Allah SWT; disamping itu mereka tidak memiliki harta, dan tidak diwarisi.Dalam al-Quran, zakat
digandengakan dengan kata “sholat” dalam delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukan bahwa
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Zakat diwajibkan dalam al-Quran, sunnah, ijma’ ulama.
Dalil-
dali yang terdapat dalam al-Quran adalah sebagai berikut :

88
yang diam

KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang agung berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda:

‫ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع‬
ِ ‫وم َر َمضَانَ َو َح ِّج البَ ْي‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫ شَها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقا َ ِم ال‬: ‫س‬
َ ‫صالَ ِة وَِإيْتا َ ِء ال َّزكَا ِة َو‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى خَ ْم‬
َ
‫ِإل ْي ِه َسبِيْأل‬

Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji
ke Baitullah bagi siapa yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah melaksanakan shalat
di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.[1] Ini menunjukkan betapa urgen dan tinggi
kedudukannya dalam Islam. Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân
terkadang disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-tiganya
disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang merupakan perbuatan hati adalah
dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran
iman. Amal perbuatan pertama yang dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang merupakan
ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat yang merupakan ibadah harta. Oleh
karena itu, setelah ajakan kepada iman didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam
lainnya. Ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau
bersabda kepadanya:

َ ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬


‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ِ‫ة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوكَ لِذل‬Iِ ‫لى شَها َ َد‬ ِ ‫ِإنَّكَ تَأتِي قَوْ ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا‬
َ ‫ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإ‬
‫ص َدقَةً تُْؤ َخ ُذ ِم ْن َأ ْغنِياَِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد عَل َى فُقَ َراِئ ِه ْم‬ َ ‫ت فِي ُك ِّل يَوْ ٍم َوليَ ْل ٍة فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوكَ لِذلِكَ فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ ٍ ‫صلوا‬ َ ‫س‬ َ ‫خَ ْم‬

Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab, ajaklah mereka kepada syahadat
bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi
ajakanmu, maka katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima waktu
dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan kepada mereka bahwa Allâh
mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang
miskin dari mereka [2] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat (dalam
hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan keduanya didahulukan sbelumnya
selainnya dalam berdakwah kepada Islam. Juga dalam rangka mengikuti prinsip at-tadarruj (bertahap
fase demi fase) dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.[3]

Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari al-Qur’an maupun al-hadits yang menunjukkan kedudukan zakat
yang tinggi dalam Islam.

TUJUAN-TUJUAN SYAR’I DIBALIK KEWAJIBAN ZAKAT[4]

Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukunnya serta
memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam pelaksanaan dan penerapannya
mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia
dan akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan Menjalankan Perintah-Nya.

Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini, sebagaimana
Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّزكَاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”
[al-Baqarah/2:43]

Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat kaum Mukminin yang
taat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ ‫ش ِإاَّل هَّللا َ ۖ فَ َع َس ٰى ُأو ٰلَِئ‬


َ‫ك َأ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين‬ َّ ‫اج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوَأقَا َم ال‬
َ ‫صاَل ةَ َوآتَى ال َّزكَاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬ ِ ‫ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم َس‬

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari
akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allâh, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. [at-Taubah/9:18] Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan
menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan syari’at.
Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla yang dilakukan oleh
seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :

ٌ ْ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّزكَاةَ لَهُ ْم َأجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل َخو‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُون‬ َّ ‫ت َوَأقَا ُموا ال‬
Iِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].

Juga firman-Nya.

ِ ‫صاَل ةَ ۚ َو ْال ُمْؤ تُونَ ال َّزكَاةَ َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ َ ِ‫ك َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبل‬
َّ ‫ك ۚ َو ْال ُمقِي ِمينَ ال‬ ِ ‫ٰلَ ِك ِن الر‬
َ ‫َّاس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم ِم ْنهُ ْم َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ يُْؤ ِمنُونَ بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
‫ك َسنُْؤ تِي ِه ْم َأجْ رًا َع ِظي ًما‬ ٰ
َ ‫َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ُأولَِئ‬

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang Mukmin, mereka
beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Quran), dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada
Allâh dan hari Kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang
besar.” [an-Nisa`/4:162]

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah Allâh Azza wa Jalla Limpahkan
Sebagai Karunia Kepada Manusia.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫َوِإ ْذ َتَأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih.” [Ibrâhim/14:7] Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim, dengannya
nikmat akan langgeng dan bertambah. Imam as-Subki rahimahullah mengatakan, “Diantara makna yang
terkandung dalam zakat adalah mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ini berlaku umum pada
seluruh taklief (beban) agama, baik yang berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allâh Azza wa
Jalla telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta. Mereka wajib mensyukuri
nikmat-nikmat tersebut, mensyukuri nikmat badan dan nikmat harta. Hanya saja, meski sudah kita tahu
itu merupakan wujud syukur atas nikmat badan atau nikmat harta, namun terkadang kita masih
bimbang. Zakat masuk kategori ini.” [5] Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh,
mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan ketaatan kepada Allâh Azza
wa Jalla .

3.Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ك َسك ٌَن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allâh Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103]. Imam Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya kewajiban membayar zakat dalam ayat di atas berkaitan dengan hikmah
pembersihan dari dosa-dosa.”[6] Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam
hadits Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

ْ ‫طفُِئ ال َخ ِطيَْئةَ َك َما ي‬


‫ُطفِئ ُال َما ُء النَّا َر‬ ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬
َّ ‫ال‬

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.”[HR. Ahmad 5/231 dan
at-tirmidzi no. 2616 dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi] Ayat di atas
mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan
dan hikmah-hikmah itu terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.”

4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.

Al-Kâsâni rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya zakat membersihkan jiwa orang yang


menunaikannya dari kotoran dosa dan menghiasi akhlaknya dengan sifat dermawan dan pemurah. Juga
membuang kekikiran dan kebakhilan, karena tabiat jiwa sangat menyukai harta benda. Zakat dapat
membiasakan orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan menyampaikan hak-hak
kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم ِبهَا َو‬
‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka.[7]
Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia berupaya untuk selalu
mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan suka menumpuk harta. Sifat ini akan
menumbuhkan sikap monopoli terhadap semua. Tentang hakikat ini, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫َو َكانَ اِإْل ْن َسانُ قَتُورًا‬

Dan manusia itu sangat kikir. [al-Isrâ`/17:100]Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ت اَأْل ْنفُسُ ال ُّش َّح‬ ِ ْ‫َوُأح‬


ِ ‫ض َر‬

Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. [an-Nisâ`/4:128] Sifat kikir ini merupakan faktor terbesar
yang menyebabkan manusia sangat tergantung kepada dunia dan berpaling dari akhirat. Sifat ini
menjadi sebab kesengsaraan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

َ َ‫ك فَالَ ْانَتق‬


‫ش‬ َ ‫س َوا ْنتَك‬
َ ‫َس َوِإ َذا ِش ْي‬ ِ ‫ْص ِة ِإ ْن ُأ ْع ِط َي َر‬
َ ‫ض َي وَِإ ْن لَ ْم يُ ْعطَ َس ِخطَ تَ ِع‬ َ ‫َار َو َع ْب ُد الدِّرْ ه َِم َو َع ْب ُد الخَ ِمي‬
ِ ‫س َع ْب ُد الدِّين‬
َ ‫ت َِع‬

Sengsara hamba dinar, sengsara hamba dirham, sengsara hamba khamishah ! Bila dia diberi maka dia
rela, bila tidak maka dia murka, sengsara dan tersungkurlah dia, bila dia tertusuk duri maka dia tidak
akan mencabutnya. [8] Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan. Bila
seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia akan sukses, sebagaimana
firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang orang yang beruntung.” [al-Hasyr/59:9]

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,

‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ يَ ْب َخلُونَ بِ َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه هُ َو َخ ْيرًا لَهُ ْم ۖ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَهُ ْم ۖ َسيُطَ َّوقُونَ َما بَ ِخلُوا بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allâh berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk
bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali
Imrân/3:180]

al-Fakhrurrazi rahimahullah berkata, “Kecintaan mendalam terhadap harta bisa melalaikan jiwa dari
kecintaan kepada Allâh dan persiapan menghadapi kehidupan akhirat. Hikmah Allâh Azza wa Jalla
menuntut agr pemilik harta mengeluarkan sebagian harta yang dipegangnya; Agar apa yang dikeluarkan
itu menjadi alat penghancur ketamakan terhadap harta, pencegah agar jiwa tidak berpaling kepada
harta secara total dan sebagai pengingat agar jiwa sadar bahwa kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai
dengan sibuk menumpuk harta. Akan tetapi kebahagian itu akan terwujud dengan menginfakkan harta
untuk mencari ridha Allâh Azza wa Jalla . Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk
melenyapkan kecintaan kepada dunia dari hati. Allâh Azza wa Jalla mewajibkan zakat untuk hikmah
mulia ini. Inilah yang dimaksud oleh firman-Nya, yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.”
Yakni membersihkan dan mensucikan mereka dari sikap berlebih-lebihan dalam menuntut dunia.” [9]

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.

Karena harta yang masih ada keterkaitan dengan hak orang lain berarti masih kotor dan keruh. Jika hak-
hak orang itu sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan. Permasalahan ini diisyaratkan oleh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan
kepada keluarga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.

6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang Kaya.

Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang melimpah sementara dia
sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad,
dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu
melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan.

Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat dan
mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan bahayanya dan
dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-
penyakit tersebut dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat. [10]
Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan ditinggikan derajatnya. Ini termasuk
tujuan syar’i yang penting. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

‫ء ۗ َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬Iُ ‫اعفُ لِ َم ْن َيشَا‬


ِ ‫ض‬ ْ ‫يل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ْنبَت‬
َ ُ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِماَئةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي‬ ِ ِ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allâh
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allâh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allâh Maha luas (karunia-Nya) lagi
Maha mengetahui.” [al-Baqarah/2:261]

7. Menghibur Dan Membantu Orang Miskin.

Al-Kâsâni rahimahullah berkata, “Pembayaran zakat termasuk bantuan kepada orang lemah dan
pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Zakat membuat orang lemah menjadi mampu dan kuat
untuk melaksanakan tauhid dan ibadah yang Allâh wajibkan, sementara sarana menuju pelaksanaan
kewajiban adalah wajib.” [11]
8. Pertumbuhan Harta Yang Dizakati.

Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa Arab adalah pertumbuhan.
Kemudian syariat telah menetapkan makna ini dan menetapkannya pada kewajiban zakat. Allâh Azza wa
Jalla berfirman :

‫ار َأثِ ٍيم‬


ٍ َّ‫ت ۗ َوهَّللا ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫ق هَّللا ُ الرِّ بَا َويُرْ بِي ال‬
Iِ ‫ص َدقَا‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

Allâh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allâh tidak menyukai setiap orang yang tetap
dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (al-Baqarah/2:276). Yakni menumbuhkan dan
memperbanyak. [12]

Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allâh akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” (Saba`/34:39). Yakni Allâh menggantinya
di dunia dengan yang semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan. [13]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

ً ‫َان يَ ْن ِزالَ ِن فَيَقُو ُل َأ َح ُدهُ َما اَللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْنفِقا ً َخلَفا ً َويَقُو ُل اآل َخ ُر اللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْم ِسكا ً تَلَفا‬
ِ ‫َما ِم ْن يَوْ ٍم يُصْ بِ ُح ال ِعبَا ُد ِإالَّ َو َملك‬

Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua malaikat turun, salah
satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak.’ Sedangkan
yang lainnya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan.” [Muttafaqun
‘alaihi]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda :

‫ص َدقَةٌ ِم ْن َما ٍل‬ ْ ‫ص‬


َ ‫ت‬ َ َ‫ما نَق‬

Sedekah tidak mengurangi harta. [HR Muslim]

9. Mewujudkan Solidaritas Dan Kesetiakawanan Sosial.

Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan kebutuhan
dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan),
terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka,
membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam Islam. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

‫اح ِد ِإ َذا ا ْشتَكَى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َساِئ ُر ال َج َس ِد باِل َسه ِْر َوال ُح َّمى‬ َ ‫َمثَ ُل ال ُمْؤ ِمنِينَ فِي ت ََوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َك َمثَ ِل‬
ِ ‫الج َس ِد ال َو‬
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling menyayangi, mengasihi dan melindungi adalah
seperti jasad yang satu, bila ada satu anggota jasad yang sakit maka anggota lainnya akan ikut
merasakannya dengan tidak tidur dan demam. [HR Muslim]

10. Menumbuhkan Perekonomian Islam.

Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda perekonomian
Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan
kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat. Sebagaimana juga zakat dapat menghalangi
penumpukan harta di tangan orang-orang kaya saja. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh amat keras hukumanNya.” [al-Hasyr/59:7]

Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat mendorong pemiliknya untuk membeli
keperluan hidup, sehingga daya beli terhadap barang meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan
produksi yang menyerap tenaga kerja dan membunuh pengangguran. [14]

Anda mungkin juga menyukai