Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu pilar agama, yang tertera dalam rukun islam yang
ketiga dan juga dalam Al-Qur’an Allah swt menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan shalat. oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas muslim yang
telah memenuhi syarat syarat tertentu dengan demikian, ibadah ini memiliki peran yang
sangat penting. akan tetapi, realita di lapangan menunjukan masih banyak umat islam
yang belum memahami konsep zakat secara utuh tidak sedikit dari mereka memandang
zakat hanyalah zakat fitrah yang dikeluarkan pada malam idul fitri.
Seluruh ulama salaf dan khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat
yakni mengingkari wajibnya menyebabkan dihukum kufur. Oleh karena itu betapa
pentingnya kita harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan,
nishab-nishab zakat, tata cara pelaksanaan zakat dan berbagai macam zakat .
Dan zakat merupakan salah satu ajaran islam yang belum ditangani secara serius
padahal zakat sangat berperan penting dalam penanggulangan kemiskinan bisa dikatakan
dapat mengurangi kemiskinan yang cukup luas asalkan kita bisa mengoptimalkan
pengumpulan dan pengolahan baik itu zakat, infaq dan shadaqah tentu bisa kita
bayangkan berapa banyak orang miskin yang akan terbantu dengan zakat dan semoga
indonesia mampu menerapkan dan mengoptimalkan zakat agar angka kemiskinan
menurun dinegara tercinta kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat?
2. Apa saja hikmah dan manfaat zakat?
3. Apa saja macam-macam zakat?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Di tinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu
“keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath-thaharatu “kesucian”,
dan ash-shalahu “kebesaran”.1 Sedangkan menurut istilah, yaitu bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang Allah swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.2
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian
menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan
zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres
(baik).
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata, yang walaupun mempunyai arti yang
berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala dipergunakan untuk menunjukkan makna zakat,
yaitu infak, sedekah, dan hak. Sebagaimana dinyatakan dalam surah at-Taubah : 34 dan
60 serta surah al-An’aam : 141,
Yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang


alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,” (QS.
At-taubah:34)

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-taubah:60)

1
Majma Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Daar el-Ma’arif, 1972), Juz 1 hlm 396
2
Ibid, hlm 396

2
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-
an’aam:141)

Zakat disebut infak di dalam surah (at-Taubah:34) karena hakikatnya zakat itu
adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah SWT.
Disebut sedekah di dalam surah (at-Taubah:60 dan 103) karena memang salah satu tujuan
utama zakat adalah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Zakat disebut
hak, oleh karena memang zakat itu merupakan ketetapan yang bersifat pasti dari Allah
SWT. yang harus diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik).
B. Hikmah dan Manfaat Zakat
Hikmah dan manfaat zakat antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT. mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan
hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang
kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar
memenuhi kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat
konsumtif daalam waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan
kesejahteraan kepada mereka, dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil
penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.3
3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan
hidupnya dan para mujtahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berijtihad di
jalan Allah SWT. yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu
dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan
3
Lihat berbagai pendapat ulama dalam Yusuf al-Qaradhawi, Fikih Zakat, op. cit., hlm 567

3
keluarganya. Disamping sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah
satu bentuk konkret dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran islam.
Melalui syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin, dan orang-orang
menderita lainnya, akan terperhatikan dengan baik.4
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan,
sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya
manusia muslim.5
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian hak orang lain
dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan Allah
SWT.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.6
7. Dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk
berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran islam mendorong
umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan
yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga
berlomba-lomba menjadi muzzaki dan munafik.7
C. Macam-macam Zakat
1. Zakat Fitrah
Pada setiap Hari Raya Idul Fitri, setiap orang islam, laki-laki dan
perempuan, besar kecil, merdeka dan hamba sahaya, diwajibkan membayar zakat
fitrah sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap
tempat (negeri)

4
Shahih Bukhari (Riyadh: Daar el-Salaam, 2000), hlm 3
5
Sayyid Sabiq, op. Cit., hlm 146
6
Ahmad Muflih Saefuddin, Pengelola Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi (Bontang Badan Dakwah Islamiyyah,
LNG, 1986), hlm 88
7
M. Zainal Muttaqin, “Kewajiban Menjadi Muzakki”, makalah pada seminar Zakat antara Cita dan fakta , Bogor,
Januari 1997

4
– ‫لم‬JJ‫ه وس‬JJ‫لى هللا علي‬JJ‫و ُل هَّللَا ِ – ص‬J‫ض َر ُس‬
َ ‫فَر‬ َ َ‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما ق‬
َ – :‫ال‬ ِ ‫ع َِن اِب ِْن ُع َم َر َر‬
َّ J‫ َوال‬,‫ ِّر‬J‫ ِد َو ْال ُح‬J ‫ َعلَى اَ ْل َع ْب‬:‫ير‬
,‫ذ َك ِر‬J َ ْ‫ َأو‬,‫ر‬J
ٍ ‫ ِع‬J ‫اعًا ِم ْن َش‬J ‫ص‬ ٍ J‫اعًا ِم ْن تَ ْم‬J ‫ص‬ َ ,‫ر‬J ْ ِ‫زَكَاةَ اَ ْلف‬
ِ J‫ط‬
‫ُأْل‬
‫اس ِإلَى‬ ِ ‫ ر‬J‫ َوَأ َم َر بِهَا َأ ْن تَُؤ َّدى قَ ْب َل ُخ‬, َ‫ ِمنَ اَ ْل ُم ْسلِ ِمين‬,‫ير‬
ِ َّ‫ُوج اَلن‬ ِ ِ‫ َو ْال َكب‬J,‫ير‬
ِ ‫ َوالص َِّغ‬,‫َوا ْنثَى‬
ٌ َ‫صاَل ِة – ُمتَّف‬
ِ ‫ق َعلَيْه‬ َّ ‫اَل‬

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu
sho’ gandum bagi hamba dan yang merdeka, bagi laki-laki dan perempuan,
bagi anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan
agar zakat tersebut ditunaikan sebelum manusia berangkat menuju shalat ‘ied.”
Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984).

a. Syarat-syarat wajib zakat fitrah


a) Islam. Orang yang tidak beragama tidak wajib membayar akat fitrah.
b) Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan
ramadhan. Anak yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib
fitrah. Orang yang sudah kawin sesudah terbenam matahari tidak
wajib membayar fitrah istrinya yang baru dikawininya itu.
c) Ia mempunyai lebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya
sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya, baik manusia ataupun
binatang, pada malam hari raya dan siang harinya. Orang yang tidak
mempunayi lebihan harta tidak wajib membayar fitrah.
Harta yang terhitung disini ialah harta yng tidak perlu baginya sehari-
hari seperti rumah (tempat tinggal), perkakas rumah, pakaian sehari-
hari, kitab, dan ebagainya, tidak menjadi perhitungan; artinya barang-
barang tersebut tidak perlu dijual untuk membayar fitrah; dan jika ia
tidak mempunyai kelebihan yang lain, ia tidak wajib membayar
fitrah.8 Orang yang mencukupi syarat-syarat diatas wajib membayar
fitrah untuk dirinya sendiri, dan fitrah untuk orang yang wajib
dinafkahinya, seperti fitrah anaknya yang masih kecil, fitrah istrinya,
8
Ibid, hlm 207

5
fitrah ibu bapaknya yang sudah menjadi tanggungannya, dan lain-lain
yang wajib atasnya menanggung nafkah mereka.
b. Membayar fitrah sebelum waktu wajib
a. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari awal Ramadhan sampai hari
penghabisan Ramadhan.
b. Waktu wajib, yitu mulai terbenam matahari pengahabian Ramadahn.
c. Waktu yang lebih baik (sunah), yaitu dibayar sesudah sholat subh
sebelum pagi shalat hari raya.
d. Waktu makruh, yaitu membayar fitrah sesudah salat hari raya, tetapi
sebelum terbenam matahari pada hari raya.
e. Waktu haram lebih telat lagi, yaitu membayar sesudah terbenam
matahari pada hari raya.
c. Membayar fitrah dengan harganya
Berfitrah dengan uang seharga makanan, menurut mazhab syafii
tidk boleh, karena yang diwajibkan dalam hadis ialah sesuatu yang
mengenyangkan. Dlam mazhab Hanafi tidak ada halangan, karena fitrah
itu hak orang-orang miskin; untuk menutup hajat mereka, boleh dengan
makanan dan boleh dengan uang, tidak ada bedanya.9
d. Menta’khirkan Zakat
Apabila terlambat membayar zakat sesudah sampai tahunna dan
harta sudah di tangannya, begitu pun yang berhak menerima zakat sudah
da, maka jika barang itu hilang, ia wajib mengganti zakatnya karrena
kelalaiannya.
Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang
telah di tentukan oleh Allah, dalam Al-Qur’an. Mereka itu terdiri dari
delapan golongan

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekaan) budak, orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
9
Ibid, hlm 209

6
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” [At-Taubah: 60]
Orang-orang yang tidak berhak menerima akat ada lima golongan,
sebagaimana penjelasan berikut ini:
1) Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٍ ‫ َواَل لِقَ ِويٍّ ُم ْكت َِس‬،‫َواَل َحظَّ فِيهَا لِ َغنِ ٍّي‬


‫ب‬

“Tidak ada hak zakat untuk orang kaya, maupun orang yang masih
kuat bekerja..” (HR. Nasa’i 2598, Abu Daud 1633, dan dishahihkan
Al-Albani).
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan gani
(kaya) itu ialah orang yang mempunyai harta (usaha) mencukupi
untuk penghidupannya endiri serta orang yang dalam tanggungannya
sehari-hari, baik ia mempunyai satu nisab, kurang ataupun lebih.
2) Hamba Sahaya, karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka.
3) Keturunan Raulullah Saw.
4) Orang dalam tanggungan yang berzakat, artinya orang yang berzakat
tidak boleh memberikan zakatnaya kepada orang yang dalam
tanggungannya dengan nama fakir atau miskin, sedangkan mereka
mendapat nafkah yang mencukupi. Tetapi dengan nama lain, seperti
nama pengurus zakat atau bertanggungan, tidak ada halangan. Begitu
juga kalau mereka tidak mencukupi dari nafkah yang wajib.
5) Orang yang tidak beragama islam, karena pesan Rasuullah Saw.
Kepada Mua’az sewaktu dia diutus ke negeri yaman.10
2. Zakat maal (Harta benda)
a. Emas dan perak
1) Syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib dizakati :
a) Islam .
b) Merdeka.

10
Ibid, hlm 215

7
c) Milik yang sempurna.
d) Sampai satu nisab.
e) Sampai satu tahun disimpan.

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak di antara pendita-


pendita dan ahli-ahli agama (Yahudi dan Nasrani) memakan harta orang
ramai dengan cara yang salah, dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah (agama Islam). Dan (ingatlah) orang-orang yang menyimpan emas
dan perak serta tidak membelanjakannya pada jalan Allah, maka
khabarkanlah kepada mereka dengan (balasan) azab seksa yang tidak terperi
sakitnya.11
2) Nisab emas dan perak dan zakatnya
Emas dan perak wajib dizakati apabila yang bersihnya cukup satu
nisab.
 Nisab emas 20 misqal, berat timbangannya 93,6 gram ;zakatnya
1/40
 Nisab perak 200 dirham (624), zakatnya 1/40 =5 dirham
3. Zakat binatang ternak
Jenis binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, dan
kambing. Syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat tersebut adalah :
a) Islam. Orang non-islam, wlaupun mempunyai binatang tersebut ia tidak
wajib berzakat.
b) Merdeka. Seorang hamba tidak wajib berzakat.
c) Milik yang sempurna. Sesuatu yang belum sempurna dimiliki tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.

11
Ibid, hlm 195

8
d) Cukup satu nisab. (keterangan mengenai nisab ini akan dijelaskan satu
persatu)
e) Sampai satu tahun lamanya dipunyai.
f) Digembalakan di rumput mubah. Binatang yang diumpan (diambilkan
makanannnya) tidak wajib dizakat)12
a. Nisab dan zakat satu-persatunya

Nisab zakatnya
Bilangan dan jenis Umur
zakat
5-9 1 Ekor kambing 2
atau 1 ekor domba 1
10-14 2 ekor kambing 2
atau 2 ekor domba 1
15-19 3 ekor kambing 2
atau 3 ekor doma 1
20-24 4 ekor kambing 2
atau 4 ekor domba 1
25-35 1 ekor anak unta 1
36-45 1 ekor anak unta 2
46-60 1 ekor anak unta 3
61-75 1 ekor anak unta 4
76-90 2 ekor anak unta 2
91-120 2 ekor anak unta 3
121 3 ekor anak unta 2
b. Nisab zakat sapi dan kerbau

Nisab Zakatnya
Bilangan dan jenis zakat Umurnya
30-39 1 ekor anak sapi atau 2 thaun lebih

12
H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Jakarta: Sinar Baru Algensindo), hlm 193

9
seekor kerbau
40-59 1 ekor anak sapi atau 2 tahun lebih
seekor kerbau
60-69 2 ekor anak sapi atau 1 tahun lebih
seekor anak kerbau
70 1 ekor anak sapi atau 2 tahun lebih
seekor kerbau dan 1 ekor
anak sapi atau seekor
kerbau
c. Nisab zakat kambing 13

Nisab Zakatnya
Bilangan dan jenis zakat Umurnya
40-120 1 ekor kambing betina 2 tahun lebih
atau 1 ekor domba betina 1 tahun lebih
120-200 2 ekor kambing betina 2 tahun lebih
Atau 2 ekor domba 1 tahun lebih
betina
201-399 3 ekor kambing betina 2 tahun lebih
Atau 3 ekor domba 1 tahun lebih
betina
400 4 ekor kambing betina 2 tahun lebih
Atau 4 ekor domba 1 tahun lebih
betina
d. Binatang milik berserikat
Orang yang berserikat memiliki binatang ternak, baik dua orang atau
lebih, binatang mereka dalam urusan zakatnya dipandang sebagai harta
satu orang. Artinya, semua binatang milik kedua orang itu dikeluarkan
zakatnya seperti pengeluaran zakat satu orang. Maka kalau jumlah
kambing keduanya sama tapi satu nisab, tidak diwajibkan dizakati.
Dipandang sah apabila mencukupi syarat-syarat :
13
Ibid, hlm 200

10
a) Satu kandangnya.
b) Satu tempat menggembalakannya.
c) Satu jalan ke tempat menggembalakannya.
d) Satu tukang gembalanya.
e) Satu jantan bibitnya.
f) Satu tempat minumnya.
g) Satu tempat memerahnya dan orang yang memerahnya,begitupun
tempat susunya.

4. Zakat ziro’ah (pertanian atau segala macam hasil bumi)


a. Biji makanan yang mengenyangkan
Seperti beras, jagung, gandum, adas, dan sebagainya. Adapun biji makanan
yang tidak mengenyangkan seperti kacang tanah, kacang panjang, buncis,
tanaman muda, dan sebagainya tidak wajib dizakati.
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. AL
AN’AM :141)
Syarat bagi pemilik biji-biji makanan yang wajib dizakati tersebut yaitu:
a) Islam.
b) Merdeka.
c) Milik yang sempurna.
d) Sampai nisabnya.
e) Biji makanan itu ditanam oleh manusia.
f) Biji makanan itu mengenyangkan dan tanah disimpan lama.
b. Zakat paroan sawah

11
Diwajibkan atas orang yang punya benih sewaktu mulai bertanam. Jika yang
mengeluarkan benihnya dalah petani yang menegerjakan sawah itu, maka
zakat seluruh hasil sawah yang dikerjakannya itu wajib atas petani itu;karena
pada hakikatnya petanilah yang bertanam, pemilik tanah hanya mengambil
sewa tanhanya, dan penghasilan dari sewaan tidak dapat diakati.
Jika benih itu berasal dari yang punya tanah, maka zakat seluruh hasil sawah itu
wajib dibayar oleh pemiik sawah;karena pada hakikatnya dialah yang bertanam,
petani hanya mengambiil upah kerja. Penghasilan yang didapat dari upah tidak
wajib dizakati.14
c. Buah-buahan
Yang wajib dizakati hanya kurma dan anggur saja, sedangkan buah-buahan
yang lainnya tidak. Syarat bagi pemilik buah-buahan yang wajib dizakati itu
adalah:
a) Islam.
b) Merdeka.
c) Milik yang sempurna.
d) Nisab (sampai satu nisab).
Nisab biji makanan yang mengenyangkan dan buah-buahan adalah 300 sa’ (lebih
kurang 930 liter) bersih dari kulitnya.

ٍ JJJJJJJJ‫ةَ َأوْ ُس‬JJJJJJJJ‫ َغ َخ ْم َس‬JJJJJJJJُ‫ َدقَةٌ َحتَّى يَ ْبل‬JJJJJJJJ‫ص‬


‫ق‬ َ ‫مَر‬
ٍ َ‫ْس فِ ْي َحبٍّ َوالَ ث‬
َ ‫…لَي‬

“Tidak ada (kewajiban) zakat pada biji-bijian dan buah kurma hingga mencapai 5
ausâq (lima wasaq)” [HR Muslim]

Zakatnya, kalau yang diiri dengan air sungai atau air hujan adalah 1/10 (10%).
Tetapi kalau diairi dengan air kincir yang ditarik oleh binatang atau disiram
dangan alat yang memakai biaya, zakatnya adalah 1/20 (5%).

sabda beliau Saw.:

14
Ibid, 196

12
‫ت‬ َ ‫ فيم(ا‬: ‫َن النّ(ب ِّي ص(لّى هّللا ُ علي( ِه وس(لّ َم ق(ال‬
ِ ‫س( ْق‬ ِ ‫رض(ي هّللا ُ عنهم(ا ع‬
َ ‫ُمر‬
َ ‫عنْ ا ْب ِن ع‬
ُ ‫ص (فُ ا ْل ُع‬
‫ش ( ِر (روه‬ ْ ِ‫ح ن‬ ْ ّ‫س (قِ َي بِالن‬
ِ (‫ض‬ ُ ‫أو ك((ا ن َعثَ ِريَّا ا ْل ُع‬
ُ ‫ وم((ا‬,‫ش ( ُر‬ ْ ُ‫الس (ما ُء وال ُعيُ((ون‬
ّ
)‫البخرى‬
“Dari umar r.a dari Nabi Saw. Beliau bersabda:“ Tanaman yang di sirami
dengan hujan, dengan sumber air, atau tanahnya tadah hujan, maka zakatnya
adalah sepersepuluhn (sepuluh persen). Sedangkan tanaman yang di sirami
dengan penyedot air (timba), maka zakatnya adalah seperdua puluh (lima
persen).” (HR. Bukhari)
Selebihnya dari satu nisab (300 sa’) dihitung zakatnya menurut
perbandinagn yang tersebut di atas (10% atau 5%). Biaya mengurus biji dan buah-
buahan, misalnya biaya mengeringkn, membersihkan, membawanya, dan
sebagainya, semua itu wajib dipikul oleh yang punya (pemilik); berarti tidak
mengurangkan hitungan zakatnya.
5. Zakat profesi
a. Pengertian zakat profesi
Yusuf al-qaradhawi menyatakan bahwa di antara hal yang sangat pwnting
untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau
pendapatan yang di usahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang
dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama. Penghasilan atau
pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqih dikatakan sebagai al-maal al-
mustafaad. Sementara itu, menurut fatwa ulama yang dihasilkan pada waktu
muktamar internasional pertama tentang zakat di Kuwait pada tanggal 29
rajab 1404 H yang , menyatakan bahwa satu kegiatan yang menghasilkan
kekuatan bagi manusia sekarang adalah kegiatan profesi yang menghasilkan
amal bermanfaat, baik yang dilakukan sendiri atau berkelompok. Semua itu
menghasilkan pendapatan atau gaji. 15
b. Landasan hukum kewajiban zakat profesi
Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut, apabila telah
mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini sesuai dengan

15
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: gema insani, 2002), hlm 93

13
nash-nash yang ada di al qur'an surah at-taubah: 103 dan al-baqarah:267.
Dalam kedua surah ini menjelasakan bahwa seluruh hasil usaha manusia yang
baik dan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan dan kadar
sebagaimana diterangkan dalam sunnah Rasulullah saw. Berdasarkan nash-
nash dan hadist Rasul, maka suatu profesi atau keahlian yang bersikap baik
dan halal itu wajib dikeluarkan zakatnya .16
c. Nishab, waktu, kadar dan cara mengeluarkan zakat profesi
Terdapat beberapa kemungkinan untuk menetukan nisab, kadar dan waktu
mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sesuai dengan analogi yang dilakukan.
Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab, kadar dan
waktu mengeluarkannya sama dengan zakat dagangan dan sama juga dengan
zakat emas dan perak. Nishabnya senilai 85 gram emas , ladar zakatnya 2,5
persen dan waktu mengeluarkannya yaitu setahun sekali, setelah dikurangi
kebutuhan pokok.
Kedua, jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya senilai
653 kg padi atau gandum, kadar zakatnya sebesar 5 persen dan dikeluarkan
pada setiap mendapatkan gaji atau penghasilan.
Ketiga, jika dianalogikan pada zakat rikaz, maka zakatnya sebesar 20
persen tanpa ada nishab dan dikeluarkan pada saat menerima gaji atau
penghasilan.
6. Zakat perusahaan
a. Landasan hukum
Pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan dikelola tidak secara
individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan dan
organisasi dengan menajemen yang modern. Misalnya dalam bentuk PT, CV
atau KOPERASI.
Menurut jumhurul ulama' setiap perusahaan yang mencakup tiga hal yaitu,
perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu yang baik dan halal,
perusahaan yang bergerak di bidang jasa , seperti perusahaan akuntasi serta
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, seperti lembaga keuangan

16
Ibid, hlm 94

14
maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini dilandaskan pada al-qur’an surah al-
baqarah:267 dan at-taubah:103 serta hadist yang di riwayatkan imam bukhari
hadits ke 1448. Menurut hadist dan nash-nash al-qur’an, maka mengeluarkan
zakat perusahaan hukumnya wajib.17
b. Nishab, waktu,kadar dan cara mengeluarkan zakat perusahaan
Secara umum pembayaran dan penghitungan zakat perusahaan sama
dengab zakat pergadangan. Demikian pula nishabnya senilai 85 gram emas
dan perak. Dapat diketahui bahwa pola perhitungan zakat perusahaan
didasarkan pada laporan keuangan(neraca) dengan mengurangkan kewajiban
atas aktiva lancar. Atau seluruh harta (diluar sarana prasarana) ditambah
keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu
dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya .18
7. Zakat surat-surat berharga
a. Zakat Saham
Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan
kepemilikannya pada suatu perusahaan tertentu adalah saham. sedangkan
pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan, pada setiap akhir
tahun biasanya terjadi rapat umum pemegang saham (RUPS) pada saat itulah
dapat ditentukan kewajiban zakat terhadap saham . Yusuf al- Qaradhawi
mengemukan dua pendapat yang berkaitan dengan kewajiban zakat pada
saham tersebut.
Pertama, jika perusahaan itu merupakan perusahaan industri murni artinya
tidak melakukan kegiatan perdagangan, maka sahamnya tidaklah wajib
dizakati. Misalnya perusahaan hotel, biro perjalanan, dan angkutan
( darat,udara, dan laut). Alasannya adalah saham-saham itu terletak pada alat-
alat, perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan prasarana lainnya. Akan tetapi
keuntungan yang ada dimasukkan kedalam harta pemilik saham tersebut, lalu
zakatnya dikeluarkan bersama harta yang lainnya. Pendapat ini dikemukakan
juga oleh Syaikh Abdul Rahman Isa. Kedua jika perusahaan tersebut
17
Ibid, hlm 99
18
Ibid, hlm 101

15
merupakan perusahaan dagang murni yang membeli dan menjual barang-
barang tanpa melakukan kegiatan pengolahan, seperti perusahaan yang
menjual hasil-hasil industri, perusahaan dagang internasional, perusahaan
ekspor-impor, maka saham-saham atas perusahaan itu wajib dikeluarkan
zakatnya. Hal yang sama berlaku pada perusahaan industri dan dagang, seperti
perusahaan yang mengimpor bahan mentah, kemudian mengolah dan
menjualnya contohnya perusahaan minyak,perusahaan besi dan baja dan
sebagainya.19
Menurut Abdurrahman Isa kriteria wajib zakat atas saham-saham
perusahaan adalah perusahaan-perusahaan itu harus melakukan kegiatan
dagang baik disertai dengan kegiatan industri maupun tidak. Sementara
menurut beberapa ulama berpendapat bahwa saham dan juga obligasi adalah
harta yang dapat diperjualbelikan, karena itu pemiliknya mendapatkan
keuntungan dari hasil penjualannya, sama seperti barang dagangan lainnya
karenanya saham dan obligasi termasuk kedalam kategori objek zakat. Masih
banyak pendapat yang lainnya yang mengemukakan kewajiban terhadap zakat
saham meski dengan pendekatan yang berbeda.
Karena itu dari sudut hukum, saham termasuk kedalam harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya .kewajiban zakat ini akan lebih jelas apabila dikaitkan
dengan nash-nash yang bersifat umum seperti surah at-taubah : 103 dan al-
baqarah : 267 yang mewajibkan semua harta yang dimiliki untuk dikeluarkan
zakatnya. Zakat saham dianalogikan pada zakat perdagangan, baik nishab
maupun kadarnya, yaitu nishabnya senilai 85 gram emas dan kadarnya sebesar
2,5 persen dari 1.200 dinar atau 30 dinar.
b. Zakat Obligasi
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa obligasi adalah perjanjian tertulis
dari bank, perusahaan, atau pemerintah kepada pemegangnya untuk melunasi
sejumlah pinjaman dalam masa tertentu dengan bunga tertentu pula,
selanjutnya ia juga mengemukakan perbedaan antara saham dan dan obligasi
diantaranya : pertama, saham merupakan dari harta bank atau

19
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm, 103

16
perusahaan,sedangkan obligasi merupakan pinjaman kepada perusahaan,
bank, atau pemerintah.20
Kedua, saham memberikan keuntungan sesuai dengan keuntungan
perusahaan atau bank, yang besarnya tergantung pada keberhasilan
perusahaan atau bank itu tetapi juga menanggung kerugiannya. Sedangkan
obligasi memberikan keuntungan tertentu (bunga) atas pinjaman tanpa
bertambah atau berkurang.
Ketiga, pemilik saham adalah pemilik sebagian perusahaan dan bank itu
sebesar nilai sahamnya .sedangkan pemilik obligasi berarti pemberi utang atau
pinjaman kepada perusahaan, bank atau pemerintah. Keempat, deviden saham
hanya dibayar dari keuntungan bersih perusahaan, sedangkan bunga obligasi
dibayar setelah waktu tertentu yang ditetapkan.
Selama perusahaan tidak memproduksi barang-barang atau komoditas-
komoditas yang dilarang, maka saham menjadi salah satu sumber zakat,
sedangkan obligasi sangat tergantung kepada bunga yang termasuk kategori
riba yang dilarang secara tegas oleh ajaran islam. meskipun demikian
sebagian ulama yang menarik adalah bahwa sebagian ulama, walaupun
sepakat akan haramnya bunga, tetapi mereka tetap menyatakan bahwa obligasi
adalah satu obyek atau sumber zakat dalam perekonomian modern ini.
Muhamad Abu Zahra menyatakan bahwa jika obligasi itu dibebaskan dari
zakat, maka akibatnya orang lebih suka memanfaatkan obligasi daripada
saham.dengan demikian, orang akan terdorong untuk meninggalkan yang
halal dan melakukan yang haram. Dan juga bila ada harta haram, sedangkan
pemiliknya tidak diketahui, maka ia disalurkan pada sedekah.
Penulis berpendapat jika obligasi hanya tergantung pada bunga, maka
bukan merupakan objek atau sumber zakat, karena zakat hanya lah di ambil
dari harta yang jelas baik dan halal sedangkan bunga termasuk kategori riba,
dan riba itu sangat jelas keharamannya, baik dalam jumlah yang sedikit
maupun yang berlibat ganda hal ini sejalan dengan firman allah swt dalam
surat al-imran ayat 130 yang artinya “ hai orang-orang yang beriman

20
Ibid, hlm 104-106

17
janganlah kamu memakan riba, jangan berlibat ganda dan bertakwalah kamu
kepada allah supaya kamu dapat keberuntungan.
8. Zakat Harta perniagaan
Wajib dizakati, dengan syarat-syarat seperti yang telah disebutkan pada
zakat emas dan perak. Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Pada tiap-
tiap tahun perniagaan dihitunglah harta perniagaan itu;apabila cukup satu nisab,
maka wajib dibayarkn zakatnya, meskipun dipangkal tahun atau di tengah tahun
tidak cukup satu nisab. Sebaliknya kalau dipangkal than cuku satu nisab, tetapi
karena rugi di akhir tahun tidak cukup lagi satu nisab, tidak wjib zakat. Jadi,
perhitungan akhir tahun perniagaan itulah yang menjadi ukuran sampi atau
tidaknya satu nisab.21
9. Zakat Pakaian
Pakaian yang sifatnya mubah, seperti emas perhiasan perempuan, pakah
wajib dizakati atau tidak? Dalam hal ini ada dua pendapat ulama fiqih. Pendapat
pertama mengatakan tidak wajib, karena perhiasan itu sama dengan sapi yang
dipakai bekerja. Pendapat ini dikuatkan oleh mazhab syafii. Menurut pendapat
kedua, bahkan zakattnya wajib dibayar, walaupun belum satu tahun dan tidak
sampai satu nisab. Zakatnya dibayar satu nisab saja.22
10. Zakat Piutang
Orang yang mempunyai piutang banyaknya sampai satu nisab dan
masanya telah sampai satu tahun serta mencakupi syarat-syarat yang mewajibkan
zakat, juga keadaan piutang itu telah tetap, baik pitang itu dari jenis emas atau
perak maupun harta perniagaaan. Piutnag yang sperti itu wajib dizakati dan wajib
mengeluarkan zakatnya bila mungkin membayarnya.
11. Zakat Uang Kertas
Uang kertas itu adalah sebagai tanda bahwa yang memegngya berhak atas
emas atu perak sebanyak angkanya, tetapi sekarang uang kertas sudah laku
dipasar-pasar sebagaimana emas dan perak. Oleh karena itu, uang kertas wajib
dizakati apabila mencukupi syarat-saratt wajib zakat sebagai yang telah
diterangkan. Dalam praktiknya, emas dan perak sekarang sudah amat sedikit di
21
Ibid, hlm 197
22
Ibid, hlm 202

18
tangan orang banyak karena emas dan perak itu sudah dikuasai oleh bank Negara
diseluruh dunia, sedangkan segala keperluan dapat dijalankan dengan uang kertas
saja. Maka kalau tidak diwajibkan zakat pada uang kertas, sudah tentu akibatnya
akan mengurangi hak fakir miskin, bahkan bileh jadi beberapa hari lagi akan
hilang sama sekali bial uang, emas, dan perak terus menerus dikuasai oleh bank
dan pemerintah, sedangkan zakat itu disyariatkan guna menolong mereka yang
berhak menerima zakat, agar meraka dapat pula menjalankan kewajiban mereka
karena Allah dan kepada masyarakat.23
12. Zakat Hasil Tambang
Apabila sampai satu nisab, wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu
juga dengan tidak disyaratkan sampai waktu satu tahun, seperti pada biji-bijian
dan buah-buahan. Zakatnya adalah 1/40.

‫ رواه البخارى‬.‫فِى ال ِّرقَّ ِة فِى ِماَتَى ِدرْ هَ ٍم ُر ْب ُع ْال ُع ْش ِر‬


"Pada emas-perak, zakat keduanya seperempat puluh (2,5%)." (Riwayat
Bukhari).24
13. Zakat Rikaz (harta terpendam)
Rikaz adalah emas atau perak yang ditanam oleh kaum jahiliyah (sebelum
islam). Apabila kita mendapat emas atau perak yang ditanam oleh kaum jahiliyah
itu, wajib kita keluarkan zakat sebanyak 1/5 (20%)
Sabda Rasulullah SAW.:

‫ رواه البخارى ومسلم‬. ُ‫از ْال ُخ ُمس‬


ِ ‫ َوفِى ال ِّر َك‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ع َْن اَبِى هُ َري َْرةَ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬.
Dari Abu Hurairah: "Telah berkata Rasulullah SAW.: Zakat rikaz seperlima."
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
Rikaz itu menjadi kepunyaan yang mendapatkannya, dan ia wajib
membayar zakat apabila didapat dari tanah yang tidak dipunyai orang. Tetapi
kalau didapat dari tanah yang dipunyai orang, maka perlu ditanyakan kepada
semua orang yang telah memiliki tanah itu. Kalau tidak ada yang mengakuinya,
maka rikaz itu kepunyaan yang membuka, tanah itu.
23
Ibid, hlm 204
24
Ibid, hlm 205

19
20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
A. Pengertian Zakat
Di tinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu
“keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath-thaharatu
“kesucian”, dan ash-shalahu “kebesaran”. Sedangkan menurut istilah, yaitu bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah swt mewajibkan kepada
pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.
B. Hikmah dan Manfaat Zakat
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT.
2. Terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan
hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang
kaya yang memiliki harta cukup banyak.
3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan
hidupnya dan para mujtahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berijtihad di
jalan Allah SWT.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
yang harus dimiliki umat islam.
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian hak orang lain
dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan Allah
SWT.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan.
7. Dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk
berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran islam mendorong
umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan

21
yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga
berlomba-lomba menjadi muzzaki dan munafik.
C. Macam-macam Zakat
1. Zakat Fitrah
2. Zakat Maal (harta benda)
3. Zakat binatang ternak
4. Zakat Ziro’ah (pertanian atau segala macam hasil bumi)
5. Zakat Profesi
6. Zakat Perusahaan
7. Zakat Surat-surat Berharga
8. Zakat harta Perniagaan
9. Zakat Pakaian
10. Zakat Piutang
11. Zakat Uang Kertas
12. Zakat Hasil Tambang
13. Zakat Rikaz (harta terpendam)

22
Daftar Pustaka

Majma Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Daar el-Ma’arif, 1972)

Lihat berbagai pendapat ulama dalam Yusuf al-Qaradhawi, Fikih Zakat, op. cit
Shahih Bukhari (Riyadh: Daar el-Salaam, 2000)
Sayyid Sabiq, op. Cit.,
Ahmad Muflih Saefuddin, Pengelola Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi (Bontang Badan
Dakwah Islamiyyah, LNG, 1986)
M. Zainal Muttaqin, “Kewajiban Menjadi Muzakki”, makalah pada seminar Zakat antara Cita
dan fakta , Bogor, Januari 1997

H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Jakarta: Sinar Baru Algensindo)

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: gema insani, 2002)

23

Anda mungkin juga menyukai