Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan hadiah merupakan konsep-konsep
yang berkaitan erat dengan pemberian dalam agama Islam. Konsep-konsep
ini memiliki peranan penting dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi
masyarakat Muslim. Melalui pemahaman yang mendalam tentang zakat,
infaq, shadaqah, hibah, dan hadiah, masyarakat dapat meningkatkan
kesejahteraan sosial dan ekonomi dengan cara yang berkeadilan.
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dipenuhi
oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu. Zakat memiliki
tujuan utama untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, serta
memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat.
Selain zakat, infaq juga memiliki peranan penting dalam pemberdayaan
sosial dan ekonomi masyarakat. Infaq merupakan sumbangan sukarela yang
diberikan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan masjid,
pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.
Adapun Shadaqah, meskipun tidak diwajibkan seperti zakat, juga
memiliki peranan penting dalam memberikan bantuan sosial dan ekonomi
kepada mereka yang membutuhkan. Shadaqah dapat berupa sumbangan uang,
bahan makanan, pakaian, atau pelayanan lainnya.
Hibah dan hadiah merupakan bentuk pemberian yang lebih bersifat
sukarela. Hibah adalah pemberian harta secara cuma-cuma dari seseorang
kepada orang lain, sedangkan hadiah adalah pemberian yang dilakukan dalam
rangka hubungan personal atau merayakan suatu acara. Meskipun hibah dan
hadiah tidak memiliki kewajiban agama, tetapi mereka berperan dalam
memperkuat tali silaturahmi, membangun hubungan sosial, dan memberikan
manfaat ekonomi bagi penerima.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai zakat, infaq,
shadaqah, hibah, dan hadiah. Selain itu, akan dijelaskan juga tentang Muzakki
dan mustahid sebagai unsur zakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi Zakat?
2. Jelaskan Definisi Infaq?
3. Jelaskan Definisi Shadaqah?
4. Jelaskan Definisi Hibah ?
5. Jelaskan Definisi Hadiah?
6. Bagaimana Muzakki dan Mustahid Zakat sebagai unsur Zakat?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Definisi Zakat
2. Untuk mengetahui Definisi Infaq
3. Untuk mengetahui Definisi Shadaqah
4. Untuk mengetahui Definisi Hibah
5. Untuk mengetahui Definisi Hadiah
6. Untuk mengetahui Muzakki dan Mustahid Zakat sebagai unsur Zakat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zakat
Hubungan pengertian antara zakat menurut bahasa dan zakat menurut
istilah sangat nyata dan erat sekali ialah harta yang dikeluarkan zakatnya akan
menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci dan beres (baik)
sebagaimana dinyatakan dalam surat at Taubah: 103 dan surah ar-Ruum: 39.
Secara lisan Al Arab, zakat (Al Zakat) ditinjau dari sudut bahasa adalah
suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.1
Firman Allah SWT, "Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk
membersihkan mereka serta menghapuskan kesalahan mereka" (Q.S. At
Taubah [9]: 103).

‫ص ٰلوتَك َس َك ٌن‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
‫لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoa- lah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Zakat menurut istilah adalah nama suatu ibadah wajib yang
dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik
sendiri kepada orang yang berhak menerimanya menurut yang ditentukan
syariat Islam.
Makna zakat dalam syariah terkandung dua aspek di dalamnya.
Pertama, sebab dikeluarkan zakat itu karena adanya proses tumbuh kembang
pada harta itu sendiri atau tumbuh kembang pada aspek pahala yang menjadi
semakin banyak dan subur disebabkan mengeluarkan zakat. Atau keterkaitan
adanya zakat itu semata-mata karena memiliki sifat tumbuh kembang seperti
zakat tijarah dan ziraah. Kedua, pensucian karena zakat adalah pensucian atas
kerakusan, kebakhil- an jiwa, dan kotoran-kotoran lainnya, sekaligus
pensucian jiwa manusia dari dosa-dosanya. Firman Allah dalam QS. al-
Baqarah (2): 129:

1
Elsi kartika sari , pengantar hukum wakaf dan zakat (jakarta : PT Grasindo, 2006), 10

3
ۗ ‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُ َز ِّك ْي ِه ْم‬ َ ِ‫ث فِ ْي ِه ْم َرسُوْ اًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيت‬
َ ‫ك َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِك ٰت‬ ْ ‫ربَّنَا َوا ْب َع‬
‫اِنَّكَ اَ ْنتَ ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم‬
Artinya: Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al-kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah (As-
Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Zakat menurut istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Zakat Menurut mazhab Maliki yaitu mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nasab (batas
kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak
menerimanya (mustahik), kepemilikan itu penuh dan mencapai haul
(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian. Adapun menurut
mazhab Hanafi, zakat berarti menjadikan sebagian harta yang khusus dari
harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh
syariat karena Allah SWT.2
B. Definisi Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlalu
atau habis, baik dengan sebab dijual, dirusak, atau karena meninggal. Selain
itu, kata infaq terkadang berkaitan dengan sesuatu yang dilakukan secara
wajib atau sunnah.
Menurut terminologi syaraih, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperuntukkan ajaran Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal
nishab.
Zakat bukanlah hibah, derma atau anugerah dari orang-orang kaya
untuk orang-orang fakir, tetapi hak dan keutamaan yang besar bagi orang-
orang fakir atas orang-orang kaya, karena mereka adalah sebab pahala yang
di dapat oleh orang-orang kaya.

2
Nurul Huda, Zakat Perspektif Miko-Makro pendekatan riset et al (Jakarta: Kencana, 2015), 4.

4
Infaq bukan lagi merupakan kewajiban yang bersifat sunnah seperti
yang dipahami masyarakat secara luas, tetapi kewajiban yang bersifat fardlu
kifayah, karena harus dikeluarkan baik dalam keadaan ke- sempitan maupun
kelapangan.
Infaq, menurut istilah para ulama diartikan sebagai perbuatan atau
sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk menutupi kebutuh- an orang
lain, baik berupa makanan, minuman, dan sebagainya juga mendermakan atau
menberikan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena
Allah SWT semata.
Dalam pandangan syariat Islam orang yang berinfaq akan mem- peroleh
keberuntungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat sesuai
dalam surat Al Baqarah (2): 261-262, "Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya ke jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang me- numbuhkan tujuh batang dan
seratus butir, Allah melipat gandakan (pahala) setiap bagi siapa yang Dia
kehendaki....". Selain itu, orang yang berinfaq juga akan mendapatkan pahala
yang besar diakhirat nanti.3
Berinfaq amat dianjurkan dalam syariat Islam, dalam Al Quran terdapat lima
kali perintah berinfaq, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Surat Al Baqarah (2):2-3, "Orang yang berinfaq itu termasuk orang yang
bertaqwa kepada Allah SWT".
2. Surat Al Munafiqun (63):10, "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian...."
3. Surat Al Thaghabun (64):16, "...dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah
nafkah yang baik untuk dirimu....".
4. Surat at Thalaq (65): 7, "Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya...". Dalam hadis Rasulullah SAW antara lain bersabda bahwa
infaq yang paling baik adalah mengenyangkan perut orang yang lapar
(HR Al Baihaqi dari Anas bin Malik).

3
Elsi kartika sari , pengantar hukum wakaf dan zakat (jakarta : PT Grasindo, 2006), 7.

5
Ada tiga golongan yang diwajibkan mengeluarkan infaqnya adalah sebagai
berikut.
1. Mereka yang sedang dalam kesempitan juga diwajibkan untuk
mengeluarkan infaq, bagi golongan ini berlaku infaq minimal 10% dari
penghasilan.
2. Mereka yang dalam keadaan mampu atau dalam kelapangan, berlaku
minimal 20-35% dari penghasilan. 3. Mereka yang berlebih, terkena
infaq di atas 50% sampai dengan 100% Infaq harus dikeluarkan dari
rezeki setiap pribadi muslim ber- dasarkan ketentuan yang terdapat dalam
Al Quran dan As Sunnah.
Dalam Al Quran dinyatakan bahwa infaq harus dikeluarkan, antara lain
sebagai berikut.4
1. Infaq terhadap hasil usaha, Surat Al Baqarah (2):267, “Hai orang- orang
yang beriman nafkahkanlah sebagian daripada (hasil) usaha kamu yang
baik dan....".
2. Infaq dari yang dikeluarkan bumi, Surat Al Baqarah (2):267, "Hai orang-
orang yang beriman nafkahkanlah... sebagian daripada apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu". Surat Al An'Aam (6):141, "Makanlah
dari buahnya bila berbuah dan bayarlah haknya pada hari memetiknya".
3. Infaq terhadap harta (bagi mereka yang menumpuk harta belum sampai
haul/nishab), Surat Al Baqarah (2): 262, "...hendaklah memberi nafkah
dari harta Allah yang diberikan kepadanya". Surat An Nuur (24):33,
"Berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakanNya kepadamu. "Surat Al An'Aam (6):141, "Dan janganlah
kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan".
4. Infaq dari Infaq, Surat Al Baqarah (2): 270, "Dan apa saja yang kamu
nafkahkan dari suatu nafkah.... Maka sesungguhnya Allah menge-
tahuinya".

4
Elsi kartika sari , pengantar hukum wakaf dan zakat (jakarta : PT Grasindo, 2006), 8.

6
5. Infaq dari Rezeki, Surat Al Baqarah (2): 3, Al Anfaal (8):3, Ar Radu
(13)22, Ibrahim (14):31 dan As Sajdah (32): 16, "Menaf- kahkan
sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka".
6. Infaq dari harta yang dicintai, Surat Ali Imraan (3):92, “Kamu sekali-kali
tidak sampai kepada kemabruran yang sempurna sebelum kamu
menafkahkan sebagaian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".
7. Infaq dari harta apa saja, Surat Al Baqarah (2): 270, Surat Ali Imraan
(3):92, Al Anfaal (8):60, As Saba (34): 3, "Apa saja harta kamu
menafkahkan.... Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".
8. Infaq dari yang baik, Surat At Taghaabun (64):16, "...Dan infaqkanlah
infaq yang baik untuk dirimu".
Dalam hal waktu pengeluaran infaq terdapat suatu perbedaan dengan
pengeluaran zakat, berdasarkan
1. pada saat diperoleh rezeki, penghasilan atau harta, Surat Al Anaam
(6):141, "Makanlah dari buahnya bila berbuah dan bayarlah haknya pada
hari memetiknya".
2. Kapan saja baik pada waktu malam atau siang, Surat Al Baqarah (2):
274, "Orang-orang yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan
siang dengan sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya".
3. Pada saat Allah mengeluarkan sesuatu dari perut bumi, “Hai orang- orang
yang beriman infaqkanlah... sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu".5
C. Definisi Shadaqah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah adalah suatu
pemberian yang diberikan oleh se- seorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridha Allah Swt. dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di

5
Elsi kartika sari , pengantar hukum wakaf dan zakat (jakarta : PT Grasindo, 2006), 9.

7
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara
spontan dan sukarela).
Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum
Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang
dimaksud adalah QS. an-Nisaa [4]: 114:

ٍ ۢ ‫ف اَوْ اِصْ اَل‬


َ‫ح بَ ْين‬ ٍ ْ‫ص َدقَ ٍة اَوْ َم ْعرُو‬ َ ِ‫اَل خَ ي َْر فِ ْي َكثِي ٍْر ِّم ْن نَّجْ ٰوىهُ ْم اِاَّل َم ْن اَ َم َر ب‬
‫ت هّٰللا ِ فَ َسوْ فَ نُْؤ تِ ْي ِه اَجْ رًا َع ِظ ْي ًما‬ َ ْ‫اس َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذلِكَ ا ْبتِغ َۤا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ ِ ۗ َّ‫الن‬
Artinya: Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka,
kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah,
atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak
Kami akan memberinya pahala yang besar.6
Memberi sedekah hendaknya dilandasi rasa ikhlas karena Allah semata,
jangan sampai karena rasa riya' ataupun pamer. Dan janganlah mengungkit-
ungkit pemberian tersebut lebih-lebih dengan kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan penerimanya. Dengan mengungkit-ungkit pemberian
tersebut dapat menghapus pahala sedekah.
Bersedekah tidak harus menunggu sampai memiliki banyaknya harta,
cukup memberi sesuai kemampuan dengan dilandasi kerelaan dan keikhlasan
hati untuk membantu sesama. Tak ada batasan seberapa banyak yang harus
dikeluarkan untuk sedekah, yang penting diberikan dengan tulus dan semata-
mata mengharap Ridha Allah Swt. maka akan mendapat balasan pahala yang
berlipat ganda.7
D. Hibah
Secara bahasa kata hibah berasal dari bahasa Arab al-Hibah/ vang
berarti pemberian atau hadiah dan bangun (bangkit). Kata hibah terambil dari
kata "hubuubur riih artinya muruuruha (perjalanan angin) Kemudian,
dipakailah kata hibah dengan maksud memberikan kepada orang lain baik
berupa harta ataupun bukan. Kata hibah yang bentuk amr-nya hab terdapat
dalam al-Qur'an Ali-Imran ayat 38:
6
Qodariah Barkah, Fikih Zakat, Sedeqah, dan Waqaf et al (Jakarta: Prenada Media Group, 2020),
189.
7
M. Aliyul Wafa, Buku Ajar Fiqh et al (Jombang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2023), 4.

8
َ َّ‫ال َربِّ هَبْ لِ ْي ِم ْن لَّ ُد ْنكَ ُذ ِّريَّةً طَيِّبَةً ۚ اِن‬
‫ك َس ِم ْي ُع‬ َ َ‫ك َدعَا زَ َك ِريَّا َربَّهٗ ۚ ق‬ َ ِ‫هُنَال‬
‫ال ُّدع َۤا ِء‬
Artinya: Zakaria berkata, Ya Tuhan-ku berilah aku dari sisi engkanseorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mendengar doa.
Secara terminologi (vara jumhur ulama mendefinisikan hibah: "akad
yang mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan oleh
seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela”.
Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa hibah merupakan
pemberian harta kepada orang lain tanpa imbalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah di mana orang yang diberi bebas menggunakan harta tersebut.
Artinya, harta menjadi hak milik orang yang diberi. Jika orang yang
memberikan hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan tetapi tidak
sebagai hak milik maka itu disebut Taarah (pinjaman). Jika pemberian itu
disertai dengan imbalan maka yang seperti itu namanya jual beli.
Benda yang diberikan statusnya belum menjadi milik orang yang diberi
kecuali benda itu telah diterima, tidak dengan semata-mata akad. Nabi
Muhammad saw, pernah memberikan 30 buah kusturi kepada Najasyi
kemudian Najasyi, itu meninggal dan ia belum menerimanya lalu Nabi
mencabut kembali pemberiannya itu.8
E. Hadiah
Apakah kamu tau hadiah itu apa? Kamu juga pasti sering menerima
atau memberikan hadiah kepada temannu bukan? Hadiah adalah pemberian
sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk memuliakan atau
memberikan penghargaan atas suatu prestasi yang diraih.
Salah satu kemuliaan ajaran agama Islam adalah anjuran untuk saling
memberi hadiah. Hal ini akan menumbuhkan rasa cinta sesama muslim serta
dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan umat. Jika kita diberi
hadiah oleh seseorang maka harus menerimanya dengan senang hati. Selain
itu, agama kita juga mengajarkan kepada kita agar berusaha membalas hadiah
tersebut meskipun tidak langsung seketika.9
8
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat et al (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
157-158.
9
M. Aliyul Wafa, Buku Ajar Fiqh et al (Jombang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2023), 9-10.

9
F. Muzakki dan Mustahiq Zakat sebagai unsur Zakat
1. Muzakki
Muzakki adalah orang yang memberikan zakat, muzakki dalam
konteks ini hendaknya seorang muslim yang sudah mukallaf. Tidak ada
kewajiban bagi orang non Islam untuk berzakat, ini menunjukan keadilan
Islam, Islam tidak pernah membebani atau memaksakan syari'at kepada
orang non-Islam, tetapi dalam pemerintahan Islam kafir dzimni mendapat
satu kewajiban membayar jizyah (pajak) sebagai jaminan keamanan
mereka, membantu pencaharian mereka dan dana oprasional menjaga
mereka.
Syarat utama seorang muzakki adalah memiliki kekayaan.
Kekayaan dalam pandangan al-Qaradawi adalah amwâl, yang berarti "
segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia menyimpan atau
memilikinya. Ibnu Asyur mengatakan" ke- kayaan pada mulanya berarti
emas dan perak, tetapi kemudian berubah pengertianya menjadi barang
yang disimpan dan dimiliki. Dalam madzhab Hanafi kekayaan adalah
segala apa yang dapat dipunyai dan digunakan pada ghalibnya.
Sedangkan Imam Syafi'i dan Ahmad, Malik berpendapat bahwa
kekayaan adalah bukan hanya bersifat materi, tetapi sesuatu yang bisa
diambil manfaatnya, juga termasuk kekayaan. Seperti hak paten
pengarang, hak paten PPT dan yang lainya. Akan tetapi al Qaradawi
memilih pendapat Hanafi dalam mendefinisikan kekayaan yaitu yang
bersifat konkret dapat dimiliki dan membe- rikan manfaat, karena hal ini
mendekatkan kepada makna leksikal kebahasaan dan terminologi dalam
konteks zakat.10
a. Harta yang dikenai wajib zakat
Tidak semua harta yang dimiliki seseorang dihitung sebagai
kekayaan yang dikenai wajib zakat. Menyangkut hal ini ada beberapa
batasan dan ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa harta
yang diwajib- kan zakat itu adalah:
10
M. Samson Fajar, Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi ( Indramayu: CVm Adanu Abimata, 2023)
73-74.

10
1) Milik Penuh, artinya kekayaan itu berada di bawah kontrol dan
kekuasaan si pemilik, sehingga memungkinkannya untuk
mempergunakan dan mengambil seluruh manfaat harta itu.
2) Berkembang, artinya kekayaan itu dikembangkan dengan sengaja
atau mempunyai potensi untuk berkembang.
3) Cukup satu nisab, artinya harta itu mencukupi jumlah minimal
yang diwajibkan zakat padanya, misalnya 85 gram emas, 5 ekor
unta, 30 ekor sapi dan lain-lain.
4) Lebih dari kebutuhan pokok biasa, seperti untuk makan, pakaian,
tempat tinggal, kendaraan, sarana mencari nafkah dan lain-lain.
5) Bebas dari hutang, artinya harta yang sudah cukup senisab itu
harus dihitung di luar hutang. (6) Berlalu satu tahun (dua belas
bulan Qamariyah). Syarat satu tahun ini, tidak untuk semua
kekayaan yang wajib zakat, tetapi hanya untuk ternak, uang,
perdagangan/ perusahaan. Sedangkan zakat pertanian, harta
qarun, barang tambang, dan semua yang dikategorikan
pendapatan, tidaklah disyaratkan satu tahun.11
Beberapa ulama kontemporer (zaman sekarang), seperti Abu
Zahrah, Abdul Wahab Khallaf, dan Abdurrahman Hasan dengan
mengutip pen- dapat para ulama fikih terdahulu, mengelompokkan
harta/ kekayaan kepada tiga kategori, yaitu:
1) Kekayaan yang dimiliki untuk pribadi, misalnya rumah untuk
tempat tinggal pemiliknya, bahan makanan yang disimpan untuk
kebutuhan pemilik. Ini tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
2) Kekayaan yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan atau sifat
benda itu memberikan keuntungan. Kekayaan seperti ini wajib
dikeluarkan zakatnya menurut kesepakatan ulama.
3) Kekayaan yang tidak terlalu jelas fungsinya, apakah semata
sebagai kebutuhan ataukah untuk dikembangkan untuk
memperoleh keuntungan, seperti perhiasan dan ternak yang untuk
11
Isnawati Rais,”Muzakki dan Kriterianya Dalam Tinjaun Fiqih Zakat” AL-Iqtishad 1, no.1
(Januari,2009):101-102, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=muzakki+dan+kriteria&oq=muzakki+dan+krite#d=gs_qabs&t=169510
7021605&u=%23p%3D_hCLgg0rwxYJ

11
dipekerjakan sekaligus dikembang-biakkan. Dalam masalah ini
ulama berbeda pendapat.
b. Jenis harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya
Menurut Yusuf Qardhawi jenis kekayaan yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah:
1) Binatang ternak, yaitu unta, sapi, kambing, domba. Termasuk di
sini perbedaan pendapat tentang kuda yang digembalakan sengaja
untuk dikembang biakkan. Sedangkan kuda untuk
diperdagangkan disepakati kewajiban zakatnya.
2) Emas dan perak, termasuk di sini zakat uang, zakat perhiasan
dengan berbagai ketentuannya.
3) Perdagangan.
4) Pertanian.
5) Madu dan produksi hewani (sutera, susu, dan lain- lain).
6) Barang tambang dan hasil laut. Termasuk disini, ma’din, kanz dan
rikaz, mutiara dan lain-lain yang dieksploitasi dari laut.
7) Investasi, seperti pabrik, gedung dan lain-lain.
8) Pencarian dan profesi.
9) Saham dan obligasi.12
2. Mustahiq
Mustahiq merupakan bagian dari unsur-unsur pokok pelaksanaan
zakat. Keduanya memiliki kedudukan yang sangat penting mengingat
tanpa adanya salah satu dari keduanya, maka zakat tidak dapat
terlaksana. Oleh karena itu, keduanya memiliki peran, kewajiban dan hak
yang saling melengkapi untuk menyeimbangkan kehidupan beragama
maupun kehidupan sosial.
Pembahasan muzakki dan mustahiq dalam bidang keilmuwan terus
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dunia yang
semakin kompleks dan tak jarang menimbulkan beberapa pertanyaan
sehingga perlu adanya diskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut.
12
Isnawati Rais,”Muzakki dan Kriterianya Dalam Tinjaun Fiqih Zakat” AL-Iqtishad 1, no.1
(Januari,2009):104, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=muzakki+dan+kriteria&oq=muzakki+dan+krite#d=gs_qabs&t=169510
7021605&u=%23p%3D_hCLgg0rwxYJ

12
Keadaan tersebut juga berlaku di Indonesia di mana negara Indonesia
merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.
Mustahiq zakat adalah orang- orang yang berhak menerima harta zakat.13
Terdapat beberapa golongan penerima (mustahiq) zakat, yaitu
sebagai berikut:
1. Fakir
Imam abu Hanifah berpendapat orang fakir adalah orang yang
tidak memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Adapun menurut jumhur ulama fakir adalah orang-orang
yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala
keperluan pokok lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
2. Miskin
Menurut Imam Abu Hanifah, orang miskin adalah orang yang
memiliki pekerjaan tetap tetapi tiddak dapat mencukupi
kebutuhannya sehari-hari. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang
miskin adalah orang yang mempunyai harta atau penghasilan layak
untuk memenuhi kebutuhan diri dan tanggungannya, tetapi
penghasilan tersebut tidak mencukupi.
3. Amil
Amil adalah orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan zakat,
menyimpannya, membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan
pembukuannya.
4. Muallaf
Yaitu golongan yang diusahakan untuk dirangkul, ditarik, dan
dikukuhkan hatinya dalam keislaman disebabkan belum mantapnya
keimanan mereka atau untuk menolak bencana yang mungkin
mereka lakukan terhadap kaum muslimin dan mengambil
13
Andi Suryadi, “Mustahiq dan Harta yang Wajib di Zakati Menurut Kajian Para Ulama,”
TAZKIYA: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan Kebudayaan 19, no. 1 (Januari- Juni, 2018):
2,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mustahiq+dan+harta+yang+wajib+dizakati+menurut+kajian+para+ula
mak&btnG=#d=gs_qabs&t=1695131928469&u=%23p%3DENbDX14yX04J

13
keuntungan yang mungkin dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.
Kemudian menurut Umrotul Khasanah, yang dimaksud muallaf
disini ada 4 macam yaitu:
a. Muallaf muslim ialah orang yang sudah masuk islam tetapi
niatnya atau imannya masih lemah, maka diperkuat memberi
zakat.
b. Orang-orang yang masuk islam dan niatnya cukup kuat, dan ia
terkemuka di kalangan kaum nya, dia diberi zakat dengan
harapan kawan- kawannya akan tertarik masuk islam.
c. Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang kaum kafir
disampingnya.
d. Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang yang
membangkang membayar zakat.14
5. Fi Riqob (Memerdekakan Budak)
Fi Riqab (memerdekakan budak) menurut istilah syara’riqab
ialah budak atau hamba sahaya. Budak dinamakan raqaba atau riqab,
karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya sehingga dengan
diberikan bagian zakat tujuannya agar mereka dapat melepaskan diri
dari belenggu perbudakan. Zakat dapat digunakan untuk
membebaskan orang-orang yang sedang menjadi budak, yaitu
dengan:
a. Membantu para budak mukatab, yaitu budak yang sedang
menyicil pembayaran sejumlah tertentu untuk pembebasan
dirinya dari majikannya agar dapat hidup merdeka. Mereka
berhak mendapatkannya dari zakat.
b. Membeli budak kemudian dimerdekakan.

6. Gharim

14
Andi Suryadi, “Mustahiq dan Harta yang Wajib di Zakati Menurut Kajian Para Ulama,”
TAZKIYA: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan Kebudayaan 19, no. 1 (Januari- Juni, 2018):
4-7,https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mustahiq+dan+harta+yang+wajib+dizakati+menurut+kajian+para+ula
mak&btnG=#d=gs_qabs&t=1695131928469&u=%23p%3DENbDX14yX04J

14
Gharim adalah orang-orang yang terbebani oleh hutang. Ada
dua macam gharim yaitu orang yang terlilit hutang untuk
kemaslahatan pribadi yang dibolehkan oleh syara’ dan orang yang
terlilit hutang untuk kemaslahatan masyarakat seperti untuk
merukunkan dua pihak yang bermusuhan.
7. Fi sabilillah
a. Fisabilillah Menurut Ulama Mazhab
Menurut mazhab Hanafi adalah pejuang fakir yang terjun
dalam peperangan. Menurut mazhab Maliki adalah: "fisabilillah
adalah pejuang yang memiliki ikatan, diberikan untuk menjadi
kebutuhan mereka dalam peperangan baik keadaan mereka kaya
atau miskin.
Menurut mazhab Syafi`i sejalan dengan mazhab Maliki
dalam mengkhususkan sasaran zakat pada fisabilillah, dan
membolehkan memberi mujahid yang dapat menolongnya
dalam berjihad, walaupun kaya, serta boleh menyerahkan zakat
untuk memenuhi yang mutlak diperlukan, seperti senjata dan
perlengkapan lainnya. Akan tetapi dalam hal ini mazhab Syafi`i
berbeda pendapat dengan mazhab Maliki yaitu: mereka
mensyaratkan pejuang sukarelawan itu tidak mendapat bagian
atau gaji yang dianggarkan oleh negara.
Sedangkan pandangan Hanabilah terhadap sabilillah
banyak persamaan dengan yang dikemukakan Syafi`iyah, tetapi
mereka menambahkan bahwa cakupan yang dikehendaki dari
pengertian fisabilillah lebih luas.15
b. Fisabilillah Menurut Ulama Modern
Sayid Rasyid Ridha pengarang Tafsir al-Manar
mengemukakan pendapatnya dalam menafsirkan fisabilillah
yaitu: segala jalan (al-Thariq) yang digunakan dalam

15
Andi Suryadi, “Mustahiq dan Harta yang Wajib di Zakati Menurut Kajian Para Ulama,”
TAZKIYA: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan Kebudayaan 19, no. 1 (Januari- Juni, 2018):
7-8,https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mustahiq+dan+harta+yang+wajib+dizakati+menurut+kajian+para+ula
mak&btnG=#d=gs_qabs&t=1695131928469&u=%23p%3DENbDX14yX04J

15
mempertahankan keyakinan dan amal untuk mencapai keridhaan
dan balasan dari Allah.
Demikian pula Mahmud Syaltut dalam menafsirkan
fisabilillah dengan kemaslahatan umum yang bukan milik
perorangan, tidak hanya dimanfaatkan oleh seseorang,
pemiliknya hanya untuk Allah dan kemanfaatannya untuk
makhluk Allah, yang paling utama adalah untuk mempersiapkan
perang dalam rangka menolak orang-orang jahat, memelihara
kemuliaan agama.
Kemudian Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan dalam
“Fatwa-fatwa Kontemporer” bahwa kebutuhan untuk tentara dan
pertahanan pada masa sekarang ini menjadi tanggung jawab
umum.
8. Ibnu Sabil
Yang dimaksud dengan pos ini adalah pemberian harta zakat
kepada seseorang yang bepergian di daerah asing. Yusuf al-
Qardawi, setelah mendiskusikan beberapa ayat, mengatakan bahwa
Al- qur’an meneyebutkan yang disebut “perjalanan” yang disuruh
dan dirangsang oleh Allah SWT itu adalah:
a. Orang-orang yang melakukan perjalanan untuk mencari rezeki
(QS: 67: 15).
b. Para penuntut ilmu (QS: 29:20, 3:137, dan 22: 46).
c. Berjihad/perang dijalan Allah SWT (QS: 9: 41 – 42 dan 121).
d. Melaksanakan haji ke Baitullah (QS: 3:97 dan 22: 27 – 28).16

BAB III

16
Andi Suryadi, “Mustahiq dan Harta yang Wajib di Zakati Menurut Kajian Para Ulama,”
TAZKIYA: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan Kebudayaan 19, no. 1 (Januari- Juni, 2018):
9-10,https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mustahiq+dan+harta+yang+wajib+dizakati+menurut+kajian+para+ula
mak&btnG=#d=gs_qabs&t=1695131928469&u=%23p%3DENbDX14yX04J

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat menurut istilah adalah nama suatu ibadah wajib yang
dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik
sendiri kepada orang yang berhak menerimanya menurut yang ditentukan
syariat Islam. Infaq merupakan sebagai perbuatan atau sesuatu yang diberikan
oleh seseorang untuk menutupi kebutuh- an orang lain, baik berupa makanan,
minuman, dan sebagainya juga mendermakan atau menberikan sesuatu
kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah SWT semata.
Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh se- seorang sebagai
kebajikan yang mengharap ridha Allah Swt. dan pahala semata. Sedekah
dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at-
tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela). Hibah merupakan pemberian
harta kepada orang lain tanpa imbalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
di mana orang yang diberi bebas menggunakan harta tersebut. Hadiah adalah
pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk memuliakan atau
memberikan penghargaan atas suatu prestasi yang diraih.
Unsur-unsur zakat ialah muzakki dan mustahiq. Muzakki adalah orang
yang memberikan zakat, dan mustahiq ialah golongan penerima zakat.
Mustahiq diantaranya ialah fakir, miskin, amil, muallaf, fii riqob, gharim, fii
sabilillah, dan ibnu sabil.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik guna
perbaikan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

17
Barkah, Qodariah. dkk. Fikih Zakat, Sedeqah, dan Waqaf . Jakarta: Prenada
Media Group, 2020.

Fajar, M. Samson . Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi ( Indramayu: CVm Adanu


Abimata, 2023.

Ghazali, Abdul Rahman. dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.

Huda, Nurul. dkk. Zakat Perspektif Miko-Makro pendekatan riset. Jakarta:


Kencana, 2015.

Rais, Isnawati. Muzakki dan Kriterianya Dalam Tinjaun Fiqih Zakat, vol.1. AL-
Iqtishad 2009.

Suryadi, Andi. Mustahiq dan Harta yang Wajib di Zakati Menurut Kajian Para
Ulama, Vol,19 TAZKIYA: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan
Kebudayaan. 2018.

Wafa, M. Aliyul . Buku Ajar Fiqh et al. Jombang: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas KH. A. Wahab Hasbullah,
2023.

18

Anda mungkin juga menyukai