Anda di halaman 1dari 20

ZAKAT DAN KEBIJAKAN FISKAL

DISUSUN OLEH:

NurHasanah Harahap (2040100167)

Khoirunnisa Pardede (2040100189)

Nurintan (2040100184)

Munardi Siregar (2040100164)

Asri Sakinah Harahap (1940100175)

DOSEN PENGAMPU

Ferri Alfadri,S.E.I,.M.E.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PADANGSIDIMPUAN

T.A. 2021/2022

1
A. PENGERTIAN ZAKAT DALAM EKONOMI ISLAM
Dari segi bahasa kata zakat berarti keberkahan, perkembangan, pertumbuhan,
dan keberesan. Sedangkan dari segi istilah para ulama berpandangan berbeda di antara
satu dengan yang lainnya. Tetapi pada prinsipnya masih sama yaitu zakat sebagai
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu di mana AllahSWT mewajibkan kepada
pemiliknya dengan persyaratan tertentu pula. Zakat dalam pengertian lain adalah
salah satu ibadah yang pokok dan termasuk dalam Islam dan dalam bahas arab zakat
berasal dari kata zakat yang mengandung pengertian seperti membersihkan seperti
bertumbuh dan berkah. Hubungan pengertian zakat dengan pengertian zakat secara
istilah terlihat nyata dan jelas erat sekali bahwasanya harta yang dikeluarkan zakatnya
tumbuh dan berkembang, bertambah suci dan baik.
Sebagaimana yang telah tercantum dalam surah At-Taubah ayat 103 yang
berbunyi:
‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
‫َس ِم ْي ٌع َعلِيْم‬
artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu
dapat membersihkan dan membersihkan mereka dan berdoalah untuk mereka
sesungguhnya doa kamu itu menjadi tentram jiwa buat mereka Allah maha benar lagi
maha mengetahui. Terdapat beberapa kata dalam Al-quran yang meskipun memiliki
arti yang berbeda dengan zakat namun, kadang kala dipergunakan untuk menunjukkan
makna zakat yakni infak, sedekah dan hak.1
Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang ke 5 itu diartikan sebagai tumbuh
dan bertambah yang juga dapat diartikan sebagai berkah, bersih, suci, subur, dan
berkembang maju sehingga kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita sebagai umat
muslim diwajibkan oleh Allah SWT mengeluarkan zakat, sebagaimana dalam Qur’an
surah An-nur ayat 56 yang berbunyi:

1
Siti Aminah Chaniago “ Pemberdayaan Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan” Jurnal Hukum Islam,
Vol, 13 No. 1, Juni 2015, hlm 36

2
‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم ْون‬

artinya “dan dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul
agar kamu diberi rahmat”.2
1. DASAR HUKUM ZAKAT
Zakat sebagai salah satu rukun Islam mempunyai landasan yang kuat berujuk
kepada Al-qur’an dan As-Sunnah, berikut adalah di antara dalil-dalil yang
memperkuat kedudukan zakat.

1. Al-Qur’an
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para Muallaf yang dibujuk hatinya
(memerdekakan) budak orang-orang yang berutang untuk jalan Allah untuk mereka
yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan
Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.”(Q.S.At-taubah,9:60)
“ Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain mereka menyuruh
(mengerjakan) yang Ma’ruf , mencegah bagi yang mungkin mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan rasulnya. Mereka itu akan diberi
rahmat oleh Allah Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi maha bijaksana.”(Q.S
At-taubah,9:71) “Ambillah zakat dari sebagian harta merek dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka
sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ke tentraman jiwa bagi mereka dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui.” (Q.S At-Taubah 9:103).
2. “Dari Abdullah bin Musa ra berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan menceritakan
kepada kamu dari Ikrimah bin Khalid dari ibnu Umar r.a, ia berkata: Rasullah SAW
bersabda: Islam didirikan atas lima dasar yaitu :
a. Per saksian bahwa tiada Tuhan selain Allah
b. Menegakkan Shalat
c. Membayar zakat
d. Menjalankan puasa ramadhan
e. Melaksanakan ibadah haji bagi yang berkemampuan.

2
Ibid hlm, 38

3
Apabila mereka telah men-taati engkau, maka hendaklah kau melindungi harta
mereka. Hendaklah engkau takut dan berhati-hati terhadap doa orang yang
teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doa orang yang teraniaya dengan
Allah.
3. Ijma
Sepeninggal nabi Muhammad SAW dan tampuk pemerintahan dipegang oleh
Abu Bakar timbul kemelut seputar keengganan dalam membayar zakat sehingga
terjadi peristiwa “ perang Riddah”. Tekat Abu Bakar yang bulat sebagai khalifah
terhadap penetapan kewajiban zakat didorong penuh oleh para sahabat yang
kemudian menjadi Ijma.3
2. MACAM-MACAM ZAKAT
1. Zakat fitrah
Pengertian fitrah adalah sifat asal bakat perasaan keagamaan dan perangai
sedangkan untuk zakat fitrah sendiri adalah zakat yang fungsinya mengembalikan
manusia muslim dalam keadaan fitrahnya, dengan men-sucikan jiwa mereka dari
kotoran atau dosa-dosa yang disebabkan oleh pergaulan dan sebagainya. Zakat
fitrah ialah sejumlah harta yang dapat dikeluarkan oleh setiap mukallaf dan setiap
orang yang nafkahnya ditanggung olehnya dengan beberapa syarat tertentu
maupun perempuan, besar kecil, merdeka maupun hamba sahaya.
2. Zakat mal (harta)
Mal dalam bahasa arab artinya harta maka zakat mal adalah zakat kekayaan
yang mesti dikeluarkan dalam jangka waktu satu tahun sekali yang telah memenuhi
Nishaf mencakup hasil pertaniaan, perniagaan ,pertambahan ,hasil laut, hasil
ternak, emas dan perak serta hasil kerja profesi atau ketetapan masing-masing
tipe /jenis mempunyai perhitungannya sendiri-sendiri sebagaimana Islam telah
mensyariatkan wajib nya zakat pada emas dan perak dan juga sesuatu yang
mengaitkan keduanya yaitu uang. Menurut Abu Zahrah harus dizakati dan dinilai
dengan uang. Harta yang dalam keadaan digadaikan zakatnya dipungut. Zakat
fitrah ditunaikan oleh setiap Umat Islam yang hidup sebagian bulan Ramadhan

3. FUNGSI DAN TUJUAN ZAKAT

3
Nurul Wahida Aprilia “ Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurrasyidin” Jurnal Studi Islam Vol.1, No. 1,
2020) hlm, 95

4
Fungsi zakat:
1. Zakat berfungsi mengurangi tingkat pendapatan yang siap dikonsumsi oleh orang
kaya ( Mudzakkir ).
2. Sebagai transfer pendapatan sehingga daya beli orang miskin meningkat.
3. Dapat membersihkan harta yang telah kita dapatkan.
4. Menjauhkan dari perbuatan dosa
5. Menjauhkan dari bakhil dan kikir
Tujuan zakat antara lain :
a. Mengangkat derajat fakir miskin sekaligus membantunya keluar dari kesulitan
hidup dan penderitaan.
b. Membentuk dan membina tali persaudaraan agar saling tolong-menolong
dalam kebaikan.
c. Menghilangkan sifat iri, kikir, dengki dari pemilik harta.
d. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin di antara
masyarakat.
e. Agar mendidik manusia untuk mendisiplinkan diri menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain kepadanya.4
B. KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
1. DEFENISI DAN KONSEP KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal adalah suatu kegiatan untuk memberikan arah petunjuk agar
perekonomian dalam suatu negara itu tetap stabil dan berjalan dengan baik dan
benar tanpa mengubah apapun keterkaitan ataupun kontraktif kebijakan fiskal
dengan kebijakan pemerintah di namakan dengan pelaku sektor.
Kebijakan fiskal tersebut sangat menentukan di dalam perekonomian suatu
negara. Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang penerimaan dan
pengeluaran pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Kebijakan fiskal
juga suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran.
Kebijakan fiskal juga dapat dikatakan sebagai salah satu kebijakan ekonomi
makro yang sangat penting dalam rangka :
a. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha.
b. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan kerja
yang tinggi.
4
Amir Syarifuddin, “ Garis-Garis Besar Fiqh”, ( Bogor :Kencana, 2003 ), hlm, 37

5
c. Membebaskan dari inflasi yang tinggi dan bergejolak. Pada dasarnya
pemerintah harus menjadi panutan bagi masyarakat. Pemerintah seharusnya
berbelanja yang sesuai dengan pendapatan keadaan ini yang dinamakan dengan
anggaran belanja berimbang. Bila belanja pemerintah melebihi konsep
kebijakan fiskal dapat dipahami sebagai suatu kebijakan penyesuaian dibidang
pengeluaran dan penerimaan pemerintah dalam perbaikan kondisi ekonomi
negara tersebut.

Kebijakan fiskal dalam suatu negara ialah sebagai langkah-langkah yang


dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan dengan cara mengelola pengeluaran dan
perpajakan atau penggunaan instrumen fiskal untuk mempengaruhi kinerja sistem
ekonomi sehingga dapat memaksimalkan kesejahteraan ekonomi negara tersebut.

Kebijakan fiskal itu termasuk salah satu kebijakan untuk mengendalikan


keseimbangan ekonomi makro. Kebijakan ekonomi terkait fiskal ini berhubungan
dengan upaya untuk mengarahkan kondisi perekonomian negara untuk lebih baik
dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah pendapat lain
mengenai pengertian kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan yang dilakukan
pemerintah terkait pengaturan kinerja ekonomi melalui penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.

Pengaturan dalam kebijakan fiskal itu menyangkut pengeluaran pemerintah


dan perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan total sekaligus
harga barang, sehingga pada akhirnya bisa menekan terjadinya inflasi penerimaan,
sehingga mengharuskan pemerintah untuk meminjam dari masyarakatnya atau
dengan cara mencetak uang baru. Tentu saja tindakan ini sangat lah tidak bijak.
Zaman sekarang pemerintah di kebanyakan negara selalu berusaha agar belanjanya
dalam keadaan seimbang. 5

Apabila tingkat kegiatan ekonomi rendah dan banyak pengangguran,


kemiskinan, musibah dan lain sebagainya, pemerintah akan belanja yang melebihi
pendapatannya. Dari situasi inilah dapat mengakibatkan defisit anggaran. Akan
tetapi apabila perekonomian baik, kesempatan kerja tercapai, kenaikan harga
seimbang, belanja daerah dapat di hemat sehingga pemerintah bisa melakukan

5
Ayief Fathurrahman “ Kebijakan Fiskal Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi Islam” Jurnal Ekonomi Dan
Studi Pembangunan, Vol. 13, No. 1, April, 2012, hlm, 72

6
Saving terhadap pendapatannya. Kondisi inilah yang dinamakan dengan anggaran
belanja surplus.

Kebijakan fiskal dalam suatu negara merupakan cara-cara pemerintah yang


dilakukan dengan jalan mengelola pengeluaran dan perpajakan atau pemakaian
instrumen-instrumen fiskal untuk mempengaruhi kinerja sistem ekonomi sehingga
dapat memaksimalkan kesejahteraan ekonomi negara tersebut. Kebijakan fiskal
adalah salah satu kebijakan dalam rangka mengendalikan keseimbangan makro
ekonomi kebijakan ekonomi. Akan tetapi harus disadari dengan adanya kebijakan
fiskal ini seharusnya pemerintah dapat mencegah hal-hak buruk yang akan terjadi
pada perekonomian. Ada beberapa analisis yang digunakan pada kebijakan fiskal
yakni :

a. Analisis kebijakan fiskal pada sistem perpajakan dengan sederhana


Dari perlakuan ini masyarakat akan lega karena konsumsi sudah tidak
ditentukan melalui pendapatan nasionalnya akan tetapi dengan tinggi
rendahnya uang yang akan siap dibelanjakan.
b. Analisis kebijakan fiskal sistm pajak yang Built-in Flexibel
Perpajakan ini merupakan perpajakan yang penghimpunannya seberapa
banyaknya pendapatan atau pajak yang dibayarkan sama dengan pendapatan
agar tidak mengganggu kesenjangan sosialnya.6
2. KEBIJAKAN FISKAL PADA MASA RASULULLAH
Dari awal masa pemerintahan Rasulullah negara tidak memiliki kekayaan apa
pun karena sumber penerimaan hampir tidak ada. Dengan adanya perang badar
abad ke-2 Hijriah, negara sudah mulai mempunyai pendapatan dari seperlima
rampasan perang yang disebut dengan khums, sesuai dengan firman Allah Q.S Al-
Anfal ayat 41 yang artinya”. Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah ,rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil, jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami
( Muhammad ) di hari furqan, yaitu hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah maha
kuasa atas segala sesuatu.

6
Darwis Harahap dan Ferri Alfadri “ Pengantar Ekonomi Makro Kajian Integratif “ ( Jakarta : Kencana, 2020),
hlm, 179

7
Dari ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwasanya bagian seperlima
adalah hak Allah, rasul, dan kerabatnya, golongan anak yatim, golongan miskin
dan ibnu sabil. Sedangkan empat perlima sisanya adalah milik para pejuang yang
berhak dari rampasan dari perang tersebut. Dengan demikian, bagian yang
seperlima dibagi menjadi lima bagian yaitu: bagian untuk Allah, pada fakir, para
miskin, dan bagi ibnu sabil. Hal ini berlangsung selama masa Rasulullah,
sedangkan setelah Rasulullah wafat maka Khulafaurrasyidin membaginya bagian
yang seperlima itu menjadi tiga bagian dengan menghapuskan saham Rasulullah
dan kerabatnya. Selain Khums, akibat dari peperangan tersebut diperoleh juga
pendapatan dari tebusan tawanan perang bagi yang ditebus ( rata-rata 4000 dirham
untuk tiap tawanan ).
Akan tetapi untuk yang tidak ditebus diwajibkan untuk mengajar membaca
masing-masing sepuluh orang muslim. Pada masa Rasulullah juga telah terdapat
Jizyah yaitu pajak yang harus dibayarkan oleh orang non muslim khususnya orang
ahli kitab untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-nilai
dan tidak wajib militer. 7
Besarnya jizyah satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu
membayarnya. Tujuan utama yaitu kebersamaan untuk menanggung beban negara
untuk memberikan perlindungan, keamanan, dan tempat tinggal bagi mereka dan
juga untuk mendorong kepada kaum kafir untuk masuk Islam. Jizyah diambil dari
orang-orang kafir laki-laki yang telah Baligh dan berakal sehat. Namun Jizyah
tidak wajib atas wanita, anak-anak, dan orang gila. Jizyah akan berhenti dipungut
oleh negara apabila orang kafir tersebut telah masuk Islam. Jizyah juga tidak wajib
bagi orang kafir yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk
membayarnya. Perintah Jizyah tercantum dalam Q.S At-Taubah ayat 29 yang
berbunyi :
ٗ‫قَاتِلُوا الَّ ِذ ۡينَ اَل ي ُۡؤ ِمنُ ۡونَ بِاهّٰلل ِ َواَل بِ ۡاليَ ۡو ِم ااۡل ٰ ِخ ِر َواَل ي َُح ِّر ُم ۡونَ َما َح َّر َم هّٰللا ُ َو َرس ُۡولُه‬
ُ‫ب َح ٰتّى ي ُۡعطُوا ۡال ِج ۡزيَةَ ع َۡن يَّ ٍد َّوه‬ َ ‫ق ِمنَ الَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡالـ ِك ٰت‬ ِّ ‫َواَل يَ ِد ۡينُ ۡونَ ِد ۡينَ ۡال َحـ‬
ٰ
َ‫ص ِغر ُۡون‬

artinya “ Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
7
Mike Oktavia “ Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah Dan Khulafaurrasyidin” Nazrahat, Vol. 26, No. 1,
Juni 2020

8
diharamkan oleh Allah dan Rasulnya dan tidak beragama dengan agama yang
benar ( agama Allah), yaitu orang-orang yang diberikan Al-kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk”.
Sumber lainnya berasal dari Kharaj ( pajak tanah ) yang dipungut kepada non
muslim ketika Khaibar ditaklukkan jumlah Kharaj dari tanah ini tetap yaitu
setengah dari hasil produksi. Jadi Kharaj dikatakan sebagai kebijakan fiskal yang
diwajibkan atas tanah pertanian di negara-negara Islam yang baru berdiri. Para
fukaha menetapkan bahwa Kharaj adalah rezeki yang diberikan oleh Allah kepada
kaum muslimin karena dengan kemenangan mereka atas musuh-musuh mereka,
kewajiban Kharaj dilakukan setiap tahu sekali. Sedangkan Ushr adalah biaya impor
yang kenakan kepada semua pedagang dibayar hanya sekali dalam setahun dan
hanya berlaku bagi barang nilainya 200 dirham jadi, Ushr ini diwajibkan kepada
komoditas perdagangan yang di ekspor maupun diimpor dalam sebuah negara
Islam. Ushr juga dipungut terhadap pedagang kafir Zimmi yang melewati
perbatasan disebabkan adanya perjanjian damai antara kaum muslimin dengan
mereka salah satu poinnya mengatakan tentang Ushr ini. 8
Zakat dan Ushr merupakan pendapatan yang paling utama untuk negara pada
masa Rasulullah hidup. Kedua jenis ini sangat berbeda dengan pajak dan tidak
digunakan seperti pajak. Penetapan tingkat pembayaran zakat dilakukan pada saat
abad ke-2 H oleh Rasulullah sekaligus menjelaskan pula ada beberapa harta yang
wajib di zakati antara lain emas, perak, perniagaan, peternakan, tanaman dan
barang-barang temuan ( Rikaz ). Sedangkan pengeluaran zakat sebagaimana yang
tertera dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60 :

ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤلَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى الرِّ قَا‬
‫ب‬ ُ ‫صد َٰق‬
َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َار ِم ْينَ َوفِ ْي َسبِي ِْل ِ َواب ِْن ال َّسبِ ْي ۗ ِل فَ ِر ْي‬ ِ ‫َو ْالغ‬

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk di jalan Allah dan

8
Ibnu Hasan Karbila dan Abdul Helim “ Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah dan Sekarang” Al-
Muqayyad, Vol. 3 No. 2, 2020 hlm, 75

9
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam sangat Concern
kepada kaum yang berhak menerima zakat. Selain dari pada itu masih ada yang
disebut dengan Amwal Fadhla yakni harta benda kaum muslimin yang meninggal
dunia tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negerinya. 9
3. KEBIJAKAN FISKAL PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Sistem Ekonomi dan Kebijakan Fiskal pada Masa Pemerintahan Al-Khulafa
Ar-Rasyidin Al-Khulafa Ar-Rasyidin dikenal sebagai khalifah yang tak asing lagi
di kalangan kaum muslim saat ini, yaitu Abu Bakar Al-Siddiq, Umar Bin Khattab,
Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abu Thalib. Berikut Pemerintah ekonomi dan
kebijakan fiskal pada masa Khulafaurrasyidin :
a. Sistem Ekonomi dan Fiskal Pemerintahan Khalifah Abu-Bakar As-Siddiq
Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar As-Siddiq terpilih sebagai
khalifah Islam yang pertama. Ia merupakan pemimpin agama sekaligus kepala
negara kaum muslimin. Abu Bakar As-Siddiq memimpin kaum muslimin
selama dua Tahun dengan menghadapi banyak persoalan dalam negeri yang
berasal dari kelompok murtad, nabi palsu dan pembangkang zakat. Pada saat
itu Abu Bakar pernah berkata “seluruh kaum muslimin telah mengetahui
bahwa hasil perdaganganku tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga,
namun sekarang aku diperkerjakan untuk mengurus kaum muslimin”.
Keluarga Abu Bakar diurus dengan menggunakan harta Baitul Mal, menurut
riwayat diperbolehkan mengambil dua setengah atau tiga perempat dirham
setiap harinya dari Baitul mal dan tambahan makanan, berupa daging domba
dan pakaian.
Khalifah Abu-Bakar As-Siddiq dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan umat Islam melakukan berbagai suatu kebijakan ekonomi yang
pada umumnya masih sama pada zaman Rasulullah saw. Beliau sangat
memperhatikan keakuratan perhitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan
maupun kekurangan pembayarannya. Hasil pengumpulan zakat sebagai
sumber pendapatan negara dan yang akan disimpan ke dalam Baitul Mal untuk
langsung distribusikan seluruhnya secara merata kepada kaum muslimin
9
Ibid hlm, 77

10
sampai tidak ada sisanya. Seperti halnya Rasulullah SAW, Abu Bakar As-
Siddiq juga melakukan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan yang
sebagian diberikan kepada kaum muslimin dan sebagian yang lain tetap
menjadi tanggungan negara.
Langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar As-Siddiq dalam
manajemen fiskal antara lain :
1. Perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat.
2. Pengembangan pembangunan Baitul Mal dan penanggung jawab Baitul
Mal.
3. Pada Baitul Mal diterapkan konsep Balance Budget yang mana pendapatan
langsung di distribusikan tanpa ada cadangan. Oleh karena itu pada saat
beliau wafat hanya satu dirham yang tersisa dalam per bendahara an negara
4. Menegakkan secara hukum atas pihak yang menolak membayar zakat dan
pajak pemerintah.
5. Secara individu Abu Bakar dikenal sebagai seorang praktisi akad-akad
perdagangan .10
b. Sistem Ekonomi dan Fiskal Pemerintahan Khalifah Umar Ibn Al- Khattab.
Pada masa pemerintahnya yang berlangsung kurun waktu selama 10
tahun , Umar Ibn Al- Khattab banyak melakukan ekspansi hingga wilayah
Islam meliputi jazirah arab, sebagian kekuasaan romawi ( Suriah, Palestina,
dan Mesir ), serta seluruh wilayah kekuasaan kerajaan Persia termasuk Irak.
Karena dengan perluasan daerah yang begitu cepat, Umar Ibn Al- Khattab
segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh Persia. Beberapa
kebijakan yang telah dilakukan Umar dimasa pemerintahnya meliputi :
1. Reorganisasi Baitul Mal
Menjadikan Baitul Mal sebagai lembaga resmi negara yang dikenal
dengan Al-Diwan ( Sebuah kantor tempat membayar tunjangan-tunjangan
angkatan perang dan pensiun serta tunjangan-tunjangan lain ), di mana
semua karyawan digaji sesuai standar penggajian pada masa tersebut serta
adanya pengeluaran dana pensiun bagi mereka yang ikut dalam
kemiliteran.
2. Diberlakukan sistem cadangan dana darurat

10
Ahmad Musyaddad “ Kebijakan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq” Al-Infaq Vol. 4,
No. 2, September 2013

11
Yang mana dari sumber penerimaan yang ada di distribusikan seluruhnya
untuk membiayai angkatan perang juga kebutuhan darurat untuk Ummat.
3. Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan minimum
makanan dan pakaian kepada warga negaranya.
4. Diferifikasi terhadap objek zakat di mana objek yang dapat dikenakan
objek zakat baru, dalam bahasa fiskal saat ini biasa disebut dengan
ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan negara.
5. Pengembangan Ushr (pajak pertanian).
6. UUD perubahan pemilikan tanah ( land reform ), di mana tanah yang tidak
produktif dikuasai negara untuk dapat diolah masyarakat dan masyarakat
membayar Kharaj atas tanah yang sudah diolah tersebut.
7. Pengklasifikasian pendapatan negara pada masa Umar terbagi ke dalam
empat bagian.11
Kelebihan Kebijakan Fiskal Pada Masa Umar Bin Al-Khattab
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Al –Khattab, beliau banyak
membuat kebijakan-kebijakan ekonomi, salah satunya dalam hal kebijakan
fiskal. Adapun beberapa kelebihan kebijakan fiskal pada masa Umar Bin
Khattab, yaitu :
a. Pada masa itu sangat jarang terjadi defisit bahkan hanya sekali yaitu
pada tahun “ Ramadah’’ atau kira-kira tahun ke-18 H. Pada saat itu
terjadi kekeringan di sebagian negara Islam, akan tetapi dapat diatasi
dengan memberikan bantuan makanan dari wilayah lain.
b. Sistem pajak yang digunakan sangat proporsional. Umar Bin Khattab
memungut pajak dari warga Syam dan Mesir yang kaya sejumlah 4
dinar dan untuk yang kehidupannya menengah sebesar 2 dinar dan
untuk mereka yang miskin tetapi berpenghasilan sebesar 1 dirham.
c. Besarnya Kharaj pajak tanah ) ditententukan berdasarkan produktifitas
lahan tersebut bukan berdasarkan zona. Produktifitas itu diukur dari
tingkat kesuburan lahan dan irigasi.
d. Pengenaan regresive rate untuk hewan ternak. Yaitu jumlah pajak akan
menurun apabila jumlah ternak bertamba. Dengan hal ini orang-orang

11
Nurma Sari ” Zakat Sebagai Kebijakan Fiskal Pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab” Jurnal EkonomI
Perpektif Darussalam, Vol.1, No. 2, September 2015 hlm, 86

12
akan berbondong-bondong memperbanyak hewan ternaknya agar
pajaknya menurun.
Kelemahan Kebijakn Fiskal Pada Masa Umar Bin Khattab
Pada dasarnya kelemahan kebijakan fiskal pada masa Umar Bin Khattab
hampir tidak ada hal ini dapat di lihat dari kemajuan negara dan kesejahteraan
rakyat pada masa itu. Akan tetapi, pada masa Umar Bin Khattab pernah
mengalami krisis ekonomi sekali yaitu pada tahun ke-18 H. Pada saat itu di
beberapa daerah banyak mengalami kekeringan dampaknya banyak orang dan
binatang yang mati karena kekeringan tersebut. Orang-orang pada saat itu
menggali lubang tikus berharap menemukan makanan di lubang itu. Tahun
inilah yang di namakan dengan tahun “ Ramadah”12
c. sistem Ekonomi dan Fiskal Pemerintahan Khalifah Utsman Ibn Affan
Dalam kurun waktu selama 12 tahun pada masa pemerintahannya
khalifah Utsman Ibn Affan berhasil melakukan ekspansi ke wilayah Armenia,
Tunisia, Siprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, perang
Transoxania dan Tabaristan. Ia juga berhasil menumpas pemberontakan yang
ada didaerah Kurasan dan Iskandariah. Pada enam tahun pertama dimasa
pemerintahannya khalifah Ustman Ibn Affan melakukan penataan baru dengan
mengikuti kebijakan dari Umar Ibn Al-Khattab. Untuk pengembangan sumber
daya alam ia melakukan pembuatan saluran air, pembangunan jalan-jalan, dan
pembentukan satuan organisasi kepolisian yang permanen untuk
mengamankan jalur perdagangan.
Dalam pemerintahan khalifah Utsman Ibn Affan, ia tidak pernah
mengambil upah dari kantornya, ia ingin meringankan beban pemerintahan
dalam hal-hal yang serius, bahkan ia menyimpan uangnya di bendahara
Negara. Perkara ini meninggalkan adanya kesalah fahaman yang terjadi
dengan Abdullah Ibn Irqam seorang bendahara Baitul Mal. Adanya konflik ini
Abdullah menolak upah dari pekerjanya, Namun dia juga menolak hadir pada
setiap pertemuan publik yang dihadiri oleh khalifah ditambah dengan berbagai
pertanyaan kontroversi semakin mempersulit permasalahan menjadi rumit.
d. Sistem Ekonomi dan Pemerintahan Ali bin Abu Thalib
Selama enam tahun pada masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib tak
lepas dari adanya ketidakstabilan kehidupan politik. Ali harus menghadapi
12
Ibid hlm, 89

13
pemberontakan Thalhah, Zubair Ibn Al-Awwan dan Aisyah yang menuntut
kematian Utsman Ibn Affan. Kebijakan tegas yang dibuatnya menimbulkan
api permusuhan dengan keluarga bani Umayyah yang diketuai oleh Muawiyah
Ibn Abi Sofyan. Meskipun demikian Ali Ibn Abi Thalib tetap berusaha
membuat kebijakan dan melaksanakannya untuk mendorong peningkatan
kesejahteraan umat Islam. Dalam suatu riwayat ia secara suka rela menarik
diri dari daftar penerima dana sukarela dan dana bantuan Baitul Mal, dalam
riwayat lain juga menjelaskan bahwa ali memberikan sumbangan sebesar 5000
dirham setiap tahunnya. Bagaimanapun kebenarannya, kehidupan ali sangat
sederhana dan ketat dalam membelanjakan keuangan Negara.
Ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa saudaranya yang
bernama Aqil pernah mendatangi Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk meminta
bantuan keuangan dari dana Baitul Mal. Namun ali menolak permintaan itu.
Dalam riwayat lain juga menjelaskan bahwa khalifah Ali dikabarkan pernah
memenjarakan Gubernur Ray yang dianggap telah melakukan tindak pidana
korupsi. Selama pemerintahan Ali, ia menetapkan pajak kepada para pemilik
hutang sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibn Abbas, Gubernur Kufah,
memungut zakat terhadap sayuran segar yang digunakan sebagai bumbu
masakan.13
Pada masa pemerintahannya prinsip utama dari pemerataan distribusi
uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk
pertama kalinya diadopsi pada hari kamis yaitu hari diselesaikannya semua
perhitungan dan perhitungan baru dimulai pada hari sabtu. Cara ini dapat
diharapkan sebagai solusi terbaik dari segi hukum dan kondisi negara dimasa
transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan bagi para pengikutnya yang
ada di Irak. Alokasi pengeluaran pada masa pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib
dengan masa pemerintahan Umar Ibn Khattab pada hakikatnya kurang lebih
masih sama. Pengeluaran untuk angkatan laut yang jumlahnya ditambah pada
masa Utsman Ibn Affan hampir seluruhnya dihilangkan, sebab sepanjang garis
pantai Suriah, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawwiyah.
Penjaga malam dan patrol yang sudah terbentuk sejak masa pemerintahan
Umar Ibn Al-Khattab, Ali membentuk polisi yang terorganisir resmi yang

13
Nurul Wahida Aprilia “ Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurrasyidin” Jurnal Studi Islam Vol.1, No. 1,
2020

14
dikenal sebagai syuthah dan pemimpinnya disebut sebagai Shahihus
Shurthah.14
4. SISTEM EKONOMI ISLAM
Dalam agama Islam, walaupun anggaran negara hampir sama dengan
perekonomian konvensional, akan tetapi pengambilan dana berdasarkan syariat
Islam. Pada pendapatan publik, Rasulullah merupakan orang yang pertama kali
memperkenalkan konsep baru pada bidang keuangan negara pada abad ke-7 yaitu
segala hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan dahulu kemudian
dibelanjakan yang sesuai dengan kebutuhan negara. Status harta itu merupakan
harta negara dan bukan milik individu.
Adanya sistem ekonomi Islam dilandaskan pada pemikiran bahwasanya
sebagai agama yang sempurna, Islam bukan hanya memberikan penganutnya
peraturan tentang ketuhanan dan iman, akan tetapi juga menjawab persoalan yang
dialami manusia termasuk ekonomi. Tujuan adanya ekonomi Islam ini adalah agar
tercapai sukses atau falah ( kebahagiaan ) manusia di dunia dan di akhirat.
a. Tujuan Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karena itu merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam berbagai aspek dari agama Islam.
Islam merupakan way of life yang mana Islam membuat aturan yang lengkap
untuk kehidupan manusia termasuk ekonomi. Islam tidak hanya
berkesinambungan dengan spiritualitas atau ritualitas akan tetapi jauh lebih luas
daripada itu. Islam merupakan serangkaian peraturan dan tuntunan moral bagi
kehidupan manusia sehingga akan mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun
di akhirat.
Di dalam ajaran Islam disebut dengan istilah falah ataupun kebahagiaan yang
berasal dari bahasa arab yang berarti kesuksesan, kemuliaan, dan kemenangan.
Untuk kehidupan dunia falah mencakup tiga pengertian yakni kelangsungan
hidup, kebebasan berkeinginan dan kekuatan dan kehormatan. Falah merupakan
konsep yang multidimensi yang pengaplikasiannya pada perilaku manusia
dalam konsep mikro maupun makro.

14
Azis Akbar dan Arif Rahman “Sistem Ekonomi dan Fiskal Pada Masa Khulafaurrasyidin” , Dalwa Islamic
Ekonomic Studies, Vol. 01, No. 01 2021, hlm, 59

15
Sejalan dengan pemikiran Arif tujuan yang ingin dicapai pada sistem ekonomi
Islam berdasarkan konsep dasar Islam yaitu tauhid yang berlandaskan Al-
Qur’an dan Hadist yakni :
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan pangan, sandang,
papan, kesehatan, dan juga pendidik untuk masyarakat.
2) Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua manusia.
3) Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan
dana distribusi pendapatan dan kekayaan pada masyarakat.
4) Memastikan kepada setiap individu kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai
moral.
5) Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.15
5. PERANAN DAN TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
Kebijakan fiskal merupakan komponen yang sangat penting untuk kebijakan
publik. Kebijakan publik merupakan alat untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Peranan kebijakan fiskal itu ditentukan oleh keikutsertaan pemerintah dalam
aktivitas ekonomi. Di dalam Islam, makna dari kesejahteraan itu luas yang meliputi
kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Kebijakan fiskal pada ekonomi
kapitalis berperan sebagai :
a. Alokasi Sumber Daya
Di dalam hal pengalokasian yaitu digunakan apa saja sumber-sumber
keuangan negara. Pengalokasian sumber daya yang merupakan pada tujuan
kebijakan fiskal tidak boleh digunakan sebagaimana pada sumber pendapatan
lain. Tidak diperbolehkan pengalokasian dan untuk pengeluaran israf, yaitu
kebijakan yang tidak untuk kepentingan rakyat.
b. Stabilitas Ekonomi
Dengan stabilitas inilah bagaimana suatu negara menciptakan
perekonomian negaranya itu tetap stabil. Pada negara-negara berkembang
kebijakan fiskal lebih di fokuskan kepada pembentukan modal daripada laju
pertumbuhan. Karena tingkat tabungan di negara maju itu lebih tinggi sehingga
modal dari masyarakat bisa terpakai dalam jumlah yang cukup tinggi juga. Pada
negara berkembang tingkat tabungan lebih rendah daripada tingkat
konsumsinya.

15
Risanda Alirastra Budiantoro dan Tika Budi Astuti “ Sistem Ekonomi Islam Dan Pelarangan Riba Dalam
Perspektof Historis” , Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 4 No. 1, 2018, hlm, 25

16
c. Distribusi Pendapatan
Konsep distribusi mempunyai tujuan yaitu untuk meratakan kebijakan
pemerataan pendapatan yang tidak diizinkan hanya untuk semata-mata untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi. Distribusi menjelaskan bagaimana kebijakan
suatu negara mengelola pengeluarannya untuk mencapai mekanisme distribusi
ekonomi yang adil di masyarakat. Cukup banyak kesalahan perencanaan
pembangunan pada negara berkembang yang bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan dan penghapusan kemiskinan, akan tetapi lebih terfokus kepada
upaya peningkatan Gross National Bruto. Hal ini yang mengakibatkan kebijakan
fiskal dalam distribusi, kebijakan pemerintah hanya berpihak kepada
sekelompok orang yang kaya dan kuat. Hasil dari pembangunan itu hanya bisa
dinikmati oleh lapisan tertentu saja, hal inilah yang mengakibatkan kesenjangan
sosial. Pada kebijakan yang berpijak pada pertumbuhan ekonomi yang dapat
membatasi peredaran harta di sekelompok orang kaya saja. Hal ini sudah tegas
Allah SWT melarang peredaran harta dengan cara seperti ini. Sistem ekonomi
Islam dalam menyelesaikan kemiskinan sangalah bertolak belakang dengan
kebijakan ekonomi kapitalis yang berlandaskan pada konsep pertumbuhan
ekonomi seperti yang diterapkan pemerintah sekarang ini. Kebijakan ekonomi
Islam memuliakan manusia sebagai “ manusia “ yang memang harus hidup
layak dengan pemenuhan kebutuhan pokoknya.
.16
Dalam sejarah Islam, kebijakan fiskal menempati posisi strategis dalam
rangka membangun keuangan negara secara terencana dan terarah.
Adiwarman Azwar Karim dalam bukunya , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
menyebutkan bahwa setidaknya kebijakan fiskal yang terekam di awal
pemerintahan Islam yakni :
1) Peningkatan Pendapatan Nasional dan Tingkat Partisipasi Kerja.
Sebagai pimpinan Rasulullah telah merencanakan langkah-langkah untuk
memulai pembangunan masyarakat. Ukuwah Islamiyah antara golongan
Muhajirin dan golongan Anshor dijadikan kunci oleh Rasulullah untuk
meningkatkan pendapatan nasional. Hal ini menyebabkan terjadinya ditribusi
pendapatan dan peningkatan permintaan total di Madinah.

16
Desi Isnaini “ Peranan Kebijakan Fiskal Dalam Sebuah Negara “ Al- Intaj , Vol. 3, No. 1, Maret 2017 hlm,
109

17
2) Kebijakan Pajak.
Pada penerapan pajak yang dilakukan oleh Rasulullah seperti Kharaj, Jizyah,
Khums dan zakat dapet mencipatakan kestabilan harga dan mengurangi
tingkat inflasi. Khususnya Khums mendorong stabilitas pendapatan dan
produksi total pada saat terjadi stagnasi dan penurunan permintaan dan
penawaran. Akan tetapi kebijakan ini tidak menyebabkan penurunan harga
dan jumlah produksi.
3) Anggaran.
Di dalam menyusun anggaran yang selalu di prioritaskan untuk
pembelanjaan yang mengarah kepada kepentingan masyarakat seperti
pembangunan indfrastruktur. Sehingga dapat menciptakan pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi masyarakat. Dengan demikian pada masa Rasulullah
pengaturan APBN dilakukan secara cermat, dam efesien yang menghasilkan
jarang terjadi defisit anggaran meskipun sering terjadi peperangan.
4) Kebijakan Fiskal Khusus.
Dalam penerapan kebijakan fiskal secara khusus Rasulullah melakukannya
dengan cara sistem kekeluargaan. Intrumen kebijakan yang di terapkan
yaitu : Pertama, memberikan bantuan kepada kaum muslimin yang
kekurangan secara suka rela. Kedua, meminjam peralatan kaum non-muslim
dengan memberikan jaminan pengembalian barang dan ganti rugi apabila
terjadi kerusakan. Ketiga, meminjam uang tertentu dan diberikan kepada
mua’allaf.17
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sanya kebijakan fiskal
merupakan langkah-langkah langkah-langlah pemerintah untuk melakukan
perubahan pada sistem pajak atau perbelanjaannya yang mempunyai tujuan untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi. Perbedaan yang mendasar kebijakan fiskal
Islam dengan konvensional atau modern adalah mengenai kesejahteraan yang di
capai. Dimana konsep kesejahteraan yang diharapkan kebijakan fiskal modern
ataupun konvensional adalah untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa mementingkan kebutuhan spiritual manusia, sementara dalam konsep Islam

17
Ihdi Aini “Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, Vol. 17, No. 2, 2019
hlm, 45

18
kesejahteraan itu meliputi kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat serta
peningkatan spiritual lebih di dalamkan daripada material.
Anggaran penerimaan negara dalam kebijakan fiskal Islam diperoleh dari
zakat, Kharaj ( pajak tanah ), Jizyah ( pajak perorangan ), Khums ( pajak harta
rampasan perang ), Usyur ( pajak perdagangan ), Kaffarat ( denda ), hibah dan
pendapatan lain yang sumbernya dari pendapatan yang halal.
Terkait pada anggaran pembelanjaan negara terdapat suatu perbedaan yang
sangat mendasar mengenai sistem anggaran belanja Islam dengan modern atau
konvensional. Di dalam Islam menitik beratkan pada masalah pelayanan terhadap
urusan umat yang telah di berikah oleh syara’ dan telah ditetapkan sesuai dengan
apa yang menjadi pandangan bagi Islam. Sangat berbeda dengan anggaran belanja
modern lebih memfokuskan pada sesuatu yang rumit antara rencana dan proyek.
Kebijakan fiskal merupakan suatu komponen kebijakan publik, di mana
tindakan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah yang berkaitan dengan
pendapatan dan pengeluaran uang yang dapat meningkatkan kesejahteraan umum.
Kebijakan fiskal memiliki peran penting dalam sebuah negara yang dapat
menjunjung stabilitas ekonomi, alokasi sumber daya serta distribusi pendapatan
suatu negara. Kebijakan-kebijakan fiskal yang sesuai dengan prinsip ekonomi
Islam dalam pengoperasiannya yang tetap berlandaskan pada syariah.
Dapat diketahui selama masa Islam dini sumber pendapatan pokok Islam
adalah dari sedekah dan zakat. Di zaman modern ini tidak dapat memenuhi
persyaratan anggaran yang berorientasikan pertumbuhan modern dalam suatu
negara Islam. Di perlukan untuk mengenakan pajak baru terutama untuk orang-
orang kaya dalam kepentingan kajuan dan keadilan sosial

DAFTAR PUSTAKA

Aminah siti Chaniago “ Pemberdayaaan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan”


Jurnal Hukum Islam Vol. 13, No. 1, Juni 2015
Aini Ihdi “ Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum,
Vol. 17, No. 2, 2019
Alirastra Risandi “ Sistem Ekonomi Islam Dan Pelarangan Riba Dalam Perspektif
Historis” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 4, No. 1, 2018

19
Akbar Azis “ Sistem Ekonomi Dan Fiskal Pada Masa Khulafaurrasyidin” Dalwa
Islamic Economic Studies, Vol. 1, No. 1, 2021
Fathurrahman Ayief “ Kebijakan Fiskal Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi Islam”
Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan, Vol. 13, No. 1, April, 2012
Ibnu Hasan Karbila dan Abdul Helim “ Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah dan
Sekarang” Al- Muqayyad, Vol. 3 No. 2, 2020
Isnaini Desi “ Peranan Kebijkan Fiskal Dalam Sebuah Negara” Al-Intaj Vol. 3, No. 1,
Maret 2017
Karbila Hasan “ Kebijakan Fiskla Pada Masa Rasulullah Dan Sekarang” Al-Muqayyad,
Vol. 3 No. 1, 2020
Harahap Darwis dan Ferri Alfadri “ Pengantar Ekonomi Makro Kajian Integratif”
( Jakarta : Kencana, 2020 )
Mahmud Al-Hamid Abdul “ Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter Dan Keuangan
Syariah” ( Jakatra : PT Raja Grafindo Persada 2006 )
Nurul Wahida Aprilia “ Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurrasyidin” Jurnal
Studi Islam Vol.1, No. 1, 2020
Oktavia Mike “ Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah Dan Khulafaurrasyidin”
Nazrahat, Vol. 26, No. 1, Juni 2020
Risanda Alirastra Budiantoro dan Tika Budi Astuti “ Sistem Ekonomi Islam Dan
Pelarangan Riba Dalam Perspektof Historis” , Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol.
4 No. 1, 2018
Syarifuddin Amir “ Garis-Garis Besar Fiqh”, ( Bogor, Kencana, 2003 )

20

Anda mungkin juga menyukai