Al-Qur’an banyak menghubungkan fungsi shalat dan zakat dalam satu bingkai keserasian yang saling menguatkan. Jika ibadah shalat dipandang sebagai hubungan kepada sang Khaliq, zakat memiliki fungsi sosial (kemasyarakatan). Konteks filosofi inilah yang menegaskan bahwa ibadah bukan hanya untuk kepentingan spiritual, tetapi juga untuk kepentingan sosial. Islam datang membawa risalah persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia. Tiada yang membedakan antara yang kaya dan yang miskin, kecuali ketakwaannya. Tiada kemuliaan bagi orang kaya atas orang miskin, melainkan harus menunaikan zakatnya kepada yang berhak menerima sampai benar-benar tidak ada sekat antara yang kaya dan yang miskin. Inilah bukti keadilan yang diajarkan oleh Islam. Beberapa hikmah dan manfaat yang termaktub dalam perintah mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut: 1) Zakat sebagai wujud solidaritas bagi fakir miskin dan kaum lemah Dampak yang paling dahsyat yang mampu dirasakan pelaku zakat adalah wujud solidaritas sosial terhadap golongan mustadh’afin (orang lemah). Zakat mampu membantu meringankan beban kaum duafa (ekonomi lemah), seperti fakir, miskin, anak yatim, yang putus sekolah, anak jalanan, dan orang- orang jompo yang sudah tidak kuat bekerja. Jadi, konsep zakat adalah mengentaskan kemiskinan menuju perbaikan ekonomi umat. Wahbah Zuhaily menjelaskan bahwa hikmah zakat adalah menghilangkan kesenjangan penghasilan dan rezeki dikalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi. Hal ini memerlukan campur tangan Allah untuk mengaturnya. 2) Zakat adalah ekspresi syukur dan aktualisasi seorang hamba Selain berdimensi sosial, zakat juga mampu menumbuhkan akhlak mulia, menghilangkan sifat kikir, tamak, dan rakus matrialistik, menciptakan ketenangan hidup, serta membersihkan dan menumbuh kembangkan harta. Ekspresi syukur dengan zakat adalah aktualisasi firman Allah SWT berikut ini. َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َأْين َشَكْر ُتْم َأَلِزيَد َّنُك ْم َو َأْهَل َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِن لَلَقِد يُد “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Kuj maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
3) Dalam surat at-Taubah ayat-103 disebutkan bahwa zakat memiliki hikmah
bagi dari diri pelakunya, yaitu penyucian dan penyuburan. Allah SWT berfirman. ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقٌة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص َّل َع َلْيِهْم... “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka serta mendoalah untuk mereka...”(QS. At-Taubah: 103). Makna filosofi pembersihan dan penyucian pada ayat tersebut adalah penyucian karakter agar bebas dari sifat tamak, kikir, sombong, merasa lebih kaya, dan karakter negatif lainnya. Konsep psikologi zakat adalah upaya penyucian roh dan harta dari sifat-sifat sombong yang harus dihindari. 4) Zakat sebagai pembersih jiwa dan harta. Menyimpan harta ibarat menyimpan penyakit yang dapat mendatangkan bahaya, baik bagi diri maupun hartanya. Rasulullah saw bersabda, “Apabila kamu tunaikan zakat hartamu maka kamu telah menghilangkan kejelekannya.” (HR Hakim). Demikian juga dalam hadits “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan zakat, melainkan Hakim untuk membersihkan harta kekayaanmu.” (HR Abu Daud). 5) Kata zakat selalu disertai dengan perintah shalat Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an sebanyak 82 tempat. Hal ini menegaskan bahwa ibadah shalat adalah kontemplasi seorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah pelengkap shalat yang merekatkan hubungan antar sesama manusia. (MA Hasan, 2003:1) 6) Hikmah unik zakat adalah zakat mampu memelihara harta dari incaran perampok, pencuri, atau yang akan berbuat aniaya. Rasulullah saw. Bersabda, “Peliharalah harta-harta kalian melalui zakat, obatilah orang-orang sakit dengan sedekah, dan persiapkanlah doa untuk menghadapi malapetaka. “(HR Thabrani, Abu Nuaim, dan Abu Dawud) 7) Zakat sebagai wujud pembangunan dan pemberdayaan sosial. Beberapa ahli menyatakan bahwa zakat merupakan sarana perekonomian dan pemerataan pendapatan masyarakat (Economi with equity) (Ahmad Muflih, 1986:99). Berbagai macam sumber zakat diera modern memerlukan sistem yang baik dalam pengolahan harta zakat. Diantara sumber- sumber zakat yang berpotensi sebagai pemberdayaan adalah zakat perusahaan, zakat pabrik, dan zakat kantor. Beberapa lembaga amil zakat di Indonesia telah mampu memberikan sumbangsihnya terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, seperti memberikan pelatihan-pelatihan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi kelas bawah. Inilah makna terpenting yang termaktub dalam perintah zakat. B. Pengertian Infaq Infak dari akar kata: Nafaqa (Nun, Fa’. Dan Qaf), yang mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran Islam. Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya “Qaf”, oleh orang Indonesia dirubah menjadi huruf “ Kaf”, sehingga menjadi (infak). Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir pun meng”infak”kan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah. Sedangkan Infak secara istilah adalah mengeluarkan sebagian harta untuk sesuatu kepentingan yang oleh Allah SWT seperti: menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Infak sering digunakan oleh Al Qur’an dan Hadits Untuk beberapa hal, diantaranya: 1) Menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan, yaitu zakat. Infak dalam pengertian ini berarti zakat wajib. 2) Untuk menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan selain zakat, seperti kewajiban seorang suami memberikan nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Kata infak disini berubah menjadi nafkah atau nafaqah. 3) Untuk menunjukkan harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan, tetapi tidak sampai derajat wajib, seperti memberi uang untuk fakir miskin, menyumbang untuk pembangunan masjid atau menolong orang yang terkena musibah. Mengeluarkan harta untuk keperluan-keperluan di atas disebut juga dengan infak. C. Pengertian Sedekah “Sedekah” secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang terdiri dari tiga huruf Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah. Kata ‘sedekah’ dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Arab, ash-shadaqah. Asal kata ini adalah ash-shidq yang berarti ‘benar, karena sedekah menunjukkan kebenaran iman kepada Allah. Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran atas kebenaran iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut sedekah sebagai burhan (bukti), sebagaimana sahdanya: Dari Abu Malik Al harits bin Ashim Al as’ariy ra. Ia berkain: Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua yang ada diantara langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pegi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya” (HR. Muslim). D. Perintah Bersedekah dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi Bersedekah merupakan perbuatan mulia karena bisa mendatangkan kecintaan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Sedekah juga memiliki banyak manfaat dan keutamaan yang terkadang tidak terdapat dalam ibadah lainnya. Oleh karena itu, Allah dalam Al- Qur'an dan Rasulullah dalam hadits-haditsnya selalu menganjurkan umat Islam untuk gemar bersedekah. Banyak nash, baik dari Al-Qur'an maupun hadits, yang menunjukkan bahwa barangsiapa membelanjakan harta di jalan Allah, atau barangsiapa gemar bersedekah, sesungguhnya Allah akan mengganti harta yang disedekahkannya itu berlipat-lipat, tidak hanya kelak di akhirat, tapi juga ketika masih hidup di dunia. Di antara nash- nash itu, simaklah firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah berikut ini. 1) QS Al-Baqarah ayat 261 َم َثُل اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْم َو اَلُهْم ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َك َم َثِل َح َّبٍة َاْۢن َبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفْي ُك ِّل ُس ْۢن ُبَلٍة ِّم اَئُة َح َّبٍةۗ َو ُهّٰللا ُيٰض ِع ُف ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء ۗ َو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم Perumpamaan (sedekah/nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261). 2) QS Al-Baqarah ayat 245 ُۖط َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْقِر ُض َهّٰللا َقْر ًضا َحَس ًنا َفُيٰض ِع َفٗه َلٓٗه َاْض َع اًفا َك ِثْيَر ًةۗ َو ُهّٰللا َيْقِبُض َو َيْبُۣص َوِاَلْيِه ُتْر َج ُعْو َن Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan. (QS. Al-Baqarah: 245) 3) QS Ali-imran ayat 92 َلْن َتَناُلوا اْلِبَّر َح ّٰت ى ُتْنِفُقْو ا ِمَّم ا ُتِح ُّبْو َن ۗ َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن َش ْي ٍء َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َع ِلْيٌم Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali-Imran: 92) 4) HR Tirmidzi "Barangsiapa yang menafkahkan hartanya untuk membantu peperangan di jalan Allah, maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus.” (HR.Tirmidzi) 5) HR Bukhari "Barangsiapa yang bersedekah meskipun sebutir kurma tapi dari hasil yang baik, sesungguhnya Allah akan menerima kurma itu dengan "tangan kanan- Nya". Kemudian Dia akan menggandakannya untuk orang yang bersedekah itu sebagaimana salah seorang di antara kalian memelihara seekor anak kuda, sehingga sedekah kurma tersebut menjadi sebesar gunung." (HR. Bukhari) 6) HR Bukhari Tidak ada satu hari pun seorang hamba yang bangun kecuali dua malaikat turun (dari surga). Salah seorang dari malaikat itu berkata, "Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang menginfakkan apa yang dia infakkan." Dan malaikat yang satunya mengatakan, "Ya Allah, berilah seseorang yang menahan hartanya (tidak mau bersedekah) dengan kehancuran." (HR. Bukhari) E. Ancaman Bagi Orang yang Enggan Bersedekah Allah mencintai orang yang bersedekah dan akan mengganti harta yang disedekahkannya. Sebaliknya, Allah amat benci kepada seseorang yang enggan bersedekah dan akan menghancurkan harta yang ditahannya itu. Bakhil adalah sifat yang amat tercela karena menyebabkan seseorang menjadi egois, individualis, materialis, dan enggan bersedekah untuk membantu orang lain, Orang yang bakhil akan merasa harta yang dimilikinya adalah hasil jerih payahnya sendiri. Orang seperti ini biasanya tidak mengakui atau pura-pura tidak mendapatkan bantuan dari orang lain. Dan, yang lebih parah lagi, ia terkadang tidak merasa adanya Tuhan yang membantunya. Orang bakhil juga biasanya cepat hasud tatkala ada orang yang dia kenal lebih dari dirinya. Dan, hasudnya ini dia praktikkan dengan terus menerus mencari kelemahan-kelemahan orang yang dia hasudi. Penderita penyakit hasud biasanya berangan-angan agar nikmat yang ada pada orang lain berpindah kepadanya. Tak heran kalau bakhil adalah karakteristik yang sangat dibenci oleh banyak orang. Kita bisa lihat bagaimana kebanyakan orang enggan bergaul dengan orang bakhil. Begitu pula Tuhan. Sehingga, ada sebuah ungkapan, "Orang bakhil adalah musuh Allah." Rasulullah saw bersabda, "orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang bakhil jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah daripada orang pintar yang bakhil." (HR. Tirmidzi). Orang yang bakhil atau enggan bersedekah diancam oleh Allah dengan kehancuran dan kebangkrutan terhadap apa-apa yang dimilikinya. Contoh nyata orang bakhil yang dihancurkan Allah adalah Tsa'labah dan Qarun. Tsalabah pada mulanya a adalah shadaqa adalah orang miskin. Namun, setelah didoakan oleh Rasulullah, ia dikarunia rezeki yang berlimpah. Tsa'labah menjadi orang kaya. Sayangnya, setelah kaya, ia lupa dengan kewajiban agama. Makin bertambah kaya, Tsa'labah makin jauh dari masjid zakat. makin jarang bertemu dengan saudara-saudara, dan tidak mau membayar zakat kepada pemerintahan waktu itu. Sebuah ayat Al-Qur'an turun memberikan peringatan kepadanya. Keluarganya menangis karena tahu ayat itu ditujukan kepadanya Tsa'labah tak menghiraukannya. Ia mati tragis dalam kebakhilan. Orang-orang yang bakhil juga kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Allah SWT berfirman, “Sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan Kami kalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan, kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran: 180) F. Macam-macam Sedekah 1) Sedekah dengan harta Sedekah yang paling utama adalah dengan harta, baik dengan harta telah ada maupun dengan bekerja mencarinya terlebih dahulu. Islam menyuruh umatnya agar kaya raya supaya ia bisa bersedekah lebih banyak. Orang kaya memiliki kesempatan lebih banyak untuk bersedekah. Ia bisa mendekati Allah melalui harta yang dimilikinya, yakni dengan bersedekah. Jika Anda termasuk orang kaya, janganlah menikmati harta Anda sendirian, dan janganlah selalu merasa bingung dengan harta kekayaan yang Anda punya. Segeralah bersedekah sebelum saatnya harta kekayaan Anda hilang, tanpa Anda sempat bersedekah. Sisihkan sebagian harta yang Anda punya, yang sesungguhnya adalah hak orang lain yang dititipkan melalui tangan Anda, seperti orang-orang fakir-miskin, anak-anak yatim, janda-janda tua, panti-panti asuhan, para peminta-minta, lembaga- lembaga sosial, dan sebagainya. Merekalah ladang utama Anda untuk bersedekah dengan harta Anda. 2) Sedekah dengan tenaga dan pikiran Jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka bisa bersedekah dengan cara lain, yaitu melalui tenaga dan pikirannya. Tenaga Anda bisa disedekahkan untuk bekerja bakti, mengurus korban bencana, ronda menjaga keamanan kampung, menjadi pengurus masjid atau mushala, mengelola lembaga-lembaga sosial yang tidak ada bayarannya, dan sebagainya. Bila tenaga pun tak mampu, Anda bisa berbagi sumbangsih pemikiran. Gunakan kekuatan dan keajaiban otak Anda untuk membantu menyelesaikan persoalan orang lain. Sekarang ini, banyak orang yang memikirkan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Di situlah ladang Anda untuk bersedekah melalui pikiran yang Anda miliki. 3) Sedekah dengan ilmu Di tengah kondisi bangsa kita yang masih dililit kebodohan, Anda juga bisa memanfaatkan ilmu yang Anda miliki sebagai sedekah. Jangan pelit dengan ilmu dengan menyembunyikannya. Mengajarkan suatu ilmu kepada orang lain berarti Anda sedang bersedekah dengan ilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, Anda bisa membantu membimbing belajar anak-anak belajar Al- Qur’an di rumah Anda sendiri tanpa memungut bayaran dari mereka. Anda juga bisa memberikan tausiyah, mengisi pengajian, dan memberikan motivasi kepada orang lain untuk sukses. Semua itu merupakan bagian dari sedekah. Rasulullah bersabda, “Sedekah yang paling baik adalah jika seorang muslim mempelajari suatu ilmu, kemudian ia mengajarkan kepada saudaranya yang muslim.” (HR. Ibnu Majah) 4) Sedekah dengan perbuatan baik Banyak jalan menuju sedekah. Yang paling mudah adalah dengan berbuat baik sebanyak mungkin. Sebab, setiap perbuatan baik adalah sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Semua perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari). Oleh karena itu, janganlah meremehkan perbuatan baik sekecil apa pun. Dan, janganlah menyia-nyiakan peluang untuk berbuat baik. Prinsipnya, setiap perbuatan baik adalah sedekah. Berikut ini perbuatan- perbuatan baik yang dihitung sedekah. a) Dzikir dan shalat dhuha. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Setiap pagi pada mas tulang kalian terdapat sedekah. Setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (laa ilaaha illallah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, setiap kebaikan adalah sedekah, mencegah perkara yang munkar adalah sedekah, dan dua rakaat yang dikerjakan seseorang dalam shalat dhuha telah mencakup semuanya.” (HR. Muslim) b) Membuang kotoran atau duri dari jalan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Engkau membersihkan duri dari jalan (supaya orang lain tidak celaka), itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari) c) Banyak tersenyum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Semua kebaikan adalah sedekah, di antara kebakan itu adalah menemui saudaramu dengan wajah yang berseri (tersenyum).” (HR. Tirmidzi) d) Tidak berbuat jahat kepada orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Engkau mencegah kejahatanmu kepada orang lain, itu adalah sedekahmu terhadap dirimu.” (HR. Musim) e) Berkata baik. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Jagalah kamu dari api neraka walaupun hanya bersedekah dengan sebutir kurma. Kalau tidak punya, berkatalah dengan baik, itu pun termasuk sedekah.” (HR. Bukhari) f) Menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “....menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat termasuk sedekah dan menyingkirkan batu, duri dan tulang adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah) Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk bersedekah tidak harus menunggu kaya dan tidak melulu harus dengan harta. Banyak cara untuk melakukan sedekah. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan sedekah.