Fikih
Ekonomi[sembunyikan]
Zakat
Jizyah
Nisab
Khumus
Sedekah (Wakaf)
Baitul Mal
Perbankan syariah[tampilkan]
Waris[tampilkan]
Politik[tampilkan]
Nikah[tampilkan]
Seksual[tampilkan]
Kriminal[tampilkan]
Etika[tampilkan]
Teologi[tampilkan]
Higenitas[tampilkan]
Makanan & Minuman[tampilkan]
Militer[tampilkan]
Pendidikan Islam
l
b
s
Keutamaan sedekah[1]
1. Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di
shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa
yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat,
seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan
sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar
‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa
aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab
Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
ما نقصت صدقة من مال وما زاد هللا عبدا بعفو إَّل عزا
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan
Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An
Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2
hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta
menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan
kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut
‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat
banyaknya.”
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
ومن، فمن كان من أهل الصَلة دُعي من باب الصَلة: هذا خير، نودي في الجنة يا عبد هللا،من أنفق زوجين في سبيل هللا
ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة،كان من أهل الجهاد د ُعي من باب الجهاد
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh
salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”.
Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan dipanggil
dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad,
jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
(HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
والصدقة برهان
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al
Albani dalam Shahih At Targhib, 873)
فشوبوا بيعكم بالصدقة ! يا معشر التجار. إن الشيطان واإلثم يحضران البيع
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka
hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan
shahih”)
9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang
yang dermawan dengan orang yang pelit:
، فَل ينفق إَّل سبغت: فأما المنفق، من ثديهما إلى تراقيهما، عليهما جبتان من حديد، كمثل رجلين، مثل البخيل والمنفق
فهو، فَل يريد أن ينفق شيئا إَّل لزقت كل حلقة مكانها: وأما البخيل. وتعفو أثره، حتى تخفي بنانه، أو وفرت على جلده
يوسعها وَّل تتسع
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang
memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang
bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya.
Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada
kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju
besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR.
Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang
lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan
orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?
Pahala sedekah walaupun hanya sedikit itu akan terus berkembang pahalanya hingga menjadi
besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ير ِمثْ َل أ ُ ُحد ُُ ه
كما ي َُر ِبِّي أحد ُكم م، في َُر ِبِّيها ِِل َ َحدِكم، ويأخذُها بيمينِه، َإن هللاَ يقب ُل الصدقة ِ إن اللُّ ْق َمةَ لَت
ُ َص حتى ه، ْه َره
“sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-
Nya. Lalu Allah mengembangka
n pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor
anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar
gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata: “hasan shahih”)
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api
neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya,
maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016)
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka bersedekah,
ingin menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang terpuji. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
: ورج ٌل آتاه هللاُ الحكمةَ؛ فهو َيقضي بها ويُعل ُمها َّل حسدَ إَّل في اثنتين، ق َ ماَّل؛ فسله
ِ ِّ ط على َهلَ َك ِته في الح ً ُرج ٌل آتاه هللا
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah,
kemudia ia belanjakan di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan
ia mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)
Macam-macam sedekah
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid
2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
3. Hubungan intim suami istri
4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya
5. Membantu urusan orang lain
6. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
7. Menjenguk orang sakit
8. Berwajah manis atau memberikan senyuman
9. Berlomba-lomba dalam amalan baik sehari-hari
o Ibadah
o Fiqh
o Kumpulan Doa
o Fadhilah
Family
o Suami Istri
o Ibu & Anak
o Parenting
o Wanita
Kesehatan & Kecantikan
Serba-Serbi
Jendela Inspirasi
Tips & Trik
Kisah-Kisah
Nabi bersabda: “Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah
sedekah bagimu.”(HR. Bukhari).
Begitu banyak balasan yang Allah berikan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Untuk
mengetahui lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan keutamaan-keutamaan bersedekah.
Keutamaan Sedekah
Adapun keutamaan sedekah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits diantaranya:
Orang-orang yang bersedekah akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan yang artinya “Barang siapa berniat untuk bersedekah,
kecepatan Allah membalasnya lebih dari gerakan sedekahnya“.
“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“.(HR. At-
Tirmidzi).
Akan tetapi, bukan berarti dosa-dosa akan terhapuskan begitu saja tanpa disertai dengan
taubat dan perbuatan yang baik. Seperti halnya orang-orang yang mendapatkan hartanya dari
jalan yang salah atau diharamkan (tidak halal), harta yang diperoleh dari hasil riba ataupun
perbuatan ma’siat. Tentu tidak akan dapat menghapuskan dosa-dosa yang dimiliki.
“Bersedekahlah kamu sekalian, karena sesungguhnya sedekah itu pemisah dari neraka“.
Bersedekah itu tidak hanya harta, jika memiliki makanan, pakaian, atau hal apapun yang bisa
bermanfaat untuk orang lain juga termasuk sedekah.
Nabi bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma“. (Muttafaqun ‘alaih)
Salah satu jenis manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari akhir yakni orang yang
gemar bersedekah. Namun ia menyembunyikannya dari tangan kirinya. Nabi SAW bersabda:
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, maka ia menyembunyikan amalnya itu
sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya“.
(HR. Bukhari)
Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu benar-benar akan dapat memadamkan
panasnya alam kubur bagi penghuninya, dan orang mukmin akan bernaung dibawah
bayang-bayang sedekahnya“. (HR. At-Thabrani)
Sedekah merupakan salah satu amal yang tidak putus sampai mati
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila anak cucu Adam
itu mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu: Shodaqoh jariyah,
anak yang sholeh yang memohonkan ampunan untuknya (Ibu dan bapaknya) dan ilmu yang
berguna setelahnya“.
Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah
umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan
darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri“. (HR. Thabrani).
Jangan takut berkurang rezekinya karena bersedekah. Karena sedekah itu akan meluaskan ,
melapangkan dan membuka pintu rezeki. Nabi bersabda: “Tidak akan berkurang rezeki orang
yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah dan bertambah“.
Allah SWT berfirman dalam QS. Saba ayat 39: “Apapun harta yang kalian infakkan maka
Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki“.
Sedekah itu merupakan penolak bala’, penyubur pahala, menahan musibah dan kejahatan
serta rezeki yang dilipat gandakan oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: “Bersegeralah
untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah“.
Dari nabi SAW bersabda: “Asshodaqotu tasuddu sab’iina baaban minas suu-i” artinya:
“Shodaqoh itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan“.
Orang yang bersedekah akan melewati jembatan shiratal mustaqim dengan cepat
Jembatan shiratal mustaqim itu bagaikan rambut terbelah menjadi tujuh yang tajamnya
melebihi silet, lebih tajam dari pedang, licin dan berduri. Jembatan ini berujung pada surga
dan dibawahnya adalah neraka. Tidak sedikit manusia yang bisa melewatinya hanya dengan
kedipan mata, seperti halilintar yang menyambar. Oleh karenanya, perbanyaklah bersedekah
karena sedekah merupakan salah satu perbuatan dan amalan yang dapat menyelamatkan
manusia pada hari akhir.
Orang yang bersedekah akan dimasukkan kedalam surga tanpa hisab dan siksa
Sedekah yang dimaksud adalah sedekah yang penuh keikhlasan, tidak diumbar-umbar dengan
sifat kesombongan dan niatnya hanya karena Allah ta’ala. InsyaaAllah, akan membukakan
pintu surga bagi orang-orang yang gemar bersedekah karna Allah. Ada empat macam
pembalasan sedekah, yaitu:
1. Sedekah yang dibalas dengan sepuluh kali lipat ialah sedekah yang diberikan kepada
para fakir miskin;
2. Sedekah yang dibalas dengan tujuh puluh kali lipas ialah sedekah yang diberikan
kepada sanak famili;
3. Sedekah yang dibalas dengan tujuh ratus kali lipat ialah sedekah yang diberikan
kepada teman-teman;
4. Sedekah yang dibalas dengan seribu kali lipat ialah sedekah yang diberikan kepada
para penuntut ilmu.
16 Syarat Agar Amal Sedekah Kita
Diterima Allah SWT
Artikel Islami, Zakat - Amal - Sedekah
Blog Khusus Doa - Sedekah merupakan amal shaleh yang terbaik untuk mendekatkan diri
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bersedekah juga merupakan hal yang dapat melindungi
seseorang dari azab pada hari kiamat kelak. Sungguh besar sekali manfaat bersedekah apabila
melakukannya dengan berharap mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, bukan karena
mengharapkan pujian di mata manusia.
Supaya sedekah yang akan kita keluarkan tidak sia-sia dan mendapatkan berkah di mata
Allah SWT, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak bersedekah, di
antaranya:
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang pertama kali dipanaskan dengan (tubuh)
mereka api Neraka pada hari kiamat ada tiga golongan…” Kemudian beliau berkata,
”Dan dihadirkan orang yang bersedekah,” sampai dengan sabda Nabi, “Allah berkata:
‘Engkau berdusta. Sesungguhnya engkau bersedekah agar dikatakan dermawan.
Begitulah (kenyataan) yang telah dikatakan…,” (HR. Muslim (1095) dari Abu
Hurairah ra).
2. Mempelajari kewajiban-kewajiban dalam bersedekah
Seorang yang akan bersedekah harus mempelajari sedekah-sedekah yang diwajibkan
atas dirinya, mempelajari ukuran-ukurannya dan kepada siapa sedekah itu harus
diberikan, serta hal-hal yang akan meluruskan ibadahnya tersebut. Hal ini dilakukan
sebelum ia melakukan sedekah, walaupun ia harus bertanya kepada orang yang ahli
ilmu tersebut. Sebab, ia tidak akan terhitung melaksanakan kewajiban dalam ibadah
hingga ia melakukannya sesuai dengan yang disyari’atkan Allah SWT. Selain itu,
agar tidak mengeluarkan sesuatu jenis harta yang tidak wajib dikeluarkan zakatnya
atau ia tidak memberikannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya.
3. Tidak menunda-nunda sedekah yang wajib hingga keluar waktunya
Jika seorang Muslim sudah wajib mengeluarkan atas hartanya, tanamannya,
perniagaannya atau yang lainnya dari harta sedekah yang wajib, maka ia wajib
mengeluarkannya tepat pada waktunya. Tidak boleh menundanya tanpa adanya udzur
yang syar’i.
4. Mendahulukan sedekah yang wajib daripada yang Mustahab (sunnah)
Seorang Muslim harus mengeluarkan zakat yang wajib terlebih dahulu pada saat tiba
waktunya daripada sedekah yang mustahab (sunnah). Sebab, menunaikan sedekah
yang wajib termasuk rukun Islam. Allah SWT tidak akan menerima amalan-amalan
sunnah hingga ia mengamalkan amalan wajib. Amal yang disukai Allah untuk
mendekatkan diri kepada-Nya adalah dengan menunaikan kewajiban yang disebutkan
dalam hadits qudsi, “… dan tidakkah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada apa-apa yang telah aku wajibkan
atasnya…,” (telah disebutkan takhrij-nya).
5. Mengeluarkan zakat dari jenis-jenis harta yang telah ditentukan syari’at apabila
telah wajib atasnya
Apabila sudah jatuh kewajiban kepada seorang Muslim untuk mengeluarkan sedekah
(zakat) atas barang tertentu secara syar’i dan sesuai syari’at yang telah ditentukan.
Misalnya zakat fitrah yang telah diwajibkan oleh Rasulullah SAW yaitu satu sha’
gandum/burr atau satu sha’ kurma atau satu sha’ sya’ir (jewawut) atau sejenisnya,
maka seharusnya seorang Mukmin mengeluarkan zakat harta-harta yang telah
disebutkan oleh Rasulullah SAW atau hal-hal yang disebutkan dalam nash tersebut.
Jangan mengeluarkan pengganti selainnya atas dasar ijtihad sendiri.
Mengeluarkan jenis-jenis harta yang telah disebutkan dalam syari’at akan menjauhkan
seorang Muslim dari perselisihan-perselisihan pendapat fiqih tentang barang yang
digunakan sebagai penggantinya, apakah boleh atau tidak. Sebab, tidak ada orang
yang mengatakan bahwasanya jenis-jenis harta yang dikeluarkan menurut ketetapan
syari’at tidak sah. Namun, yang menjadi khilaf (perbedaan pendapat) adalah harta
jenis lain, apakah sah atau tidak.
Oleh karena itu, ‘Abdullah bin Uma ra, apabila datang kepada beliau seorang peminta-minta,
maka ia akan memerintahkan keluarganya untuk memberikannya gula karena ia menyukai
gula. Demikianlah, hendaklah orang-orang yang suka berbuat baik segera berlomba-lomba
melakukannya.
Tidak menggunakan sedekah dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang
menerima sedekah
Tidak boleh seseorang mengungkit-ungkit sedekah kepada orang yang menerimanya atau
merendahkannya dengan sedekah, atau menyebutkan kebaikan-kebaikan atau jasa-jasa yang
telah ia berikan kepadanya. Sebab, hal itu dapat melukai perasaan orang yang menerimanya
dan dapat menghapus (pahala) sedekah, sebagaimana firman Allah SWT:
Rasulullah SAW juga telah menjelaskan bahwa orang yang merahasiakan sedekahnya
termasuk orang-orang yang dinaungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan
Allah SWT.
Nabi SAW bersabda:
“Tujuh orang yang Allah naungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan Allah
SWT; … dan seorang yang bersedekah, ia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan
kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya,” (telah disebutkan takhrij-
nya)
Meskipun demikian, apabila terdapat kepentingan dan maslahat yang kuat untuk
menampakkannya, maka yang lebih baik adalah menampakkannya. Contohnya, orang yang
terhormat bersedekah kepada orang yang membutuhkan di hadapan khalayak agar mereka
mengikutinya untuk bersedekah. Dengan begitu, ia mencontohkan kepada mereka perbuatan
baik. Masih banyak lagi permasalahan lainnya. Hal itu semua dilakukan dengan tetap
menjaga diri dari riya dan tetap menjaga keihlasan kepada Allah SWT.
Tidak mengambil kembali sedekah
Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang bersedekah kemudian ia mengambil
kembali sedekahnya seperti anjing yang memuntahkan sesuatu kemudian ia menjilat
muntahnya untuk memakannya lagi,” (HR. Muslim (1622) dari Ibnu ‘Abbas ra).
Hadits tersebut menerangkan perumpamaan yang sangat jelek bagi orang yang mengambil
kembali sedekahnya. Maka dari itu, ketika seorang Muslim bersedekah maka keluarkan
sedekahnya dengan kemurahan hati dan tidak mengambil kembali apa yang telah
disedekahkan dengan alasan apapun.
Sedekah; Kerabat Dulu, Baru Orang Lain
Hari-hari Ramadhan berlalu begitu cepat. Perpindahan juz ke juz Al-Qur`an yang saya baca
tidak dapat mengimbangi perpindahan hari-hari Ramadhan yang telah berlalu. Lumayanlah
masih sempat membaca. Daripada tidak. Saya sih selalu mengedepankan kualitas daripada
kuantitas bacaan. Ngeles? Boleh dibilang begitu. Tetapi, saya tidak mau sekadar membaca
ayat-ayat Al-Qur`an, sedang saya tidak mengetahui arti dan maksudnya. Al-Qur`an untuk
saya baca dan untuk saya pahami. Paham terhadap isi Al-Qur`an merupakan jalan menuju
pengamalan terhadap firman Tuhan itu. Pendek kata, saya tidak mungkin dapat mengamalkan
isi Al-Qur`an, jika saya tidak dapat memahaminya!
Saya tidak mau membaca Al-Qur`an sebagai ritual belaka! Membaca Al-Qur`an bisa
memperoleh pahala, itu pasti. Tetapi, jika kita dapat membaca dan memahami, apalagi
mengamalkannya, tentu pahala yang kita dapatkan lebih afdhal!
Ketika bulan Ramadhan tahun ini memasuki sepuluh hari pertama, saya membaca suatu ayat
yang merupakan bagian surah kedua di dalam Al-Qur`an. Membaca ayat itu, membuat saya
memutuskan untuk tidak meneruskan bacaan saya ke ayat berikutnya. Saya memutuskan
untuk menutup bacaan saya pada hari itu di ayat ke-177. Saya lebih memilih membuka
sejumlah referensi yang saya baca, untuk menggali maksud yang sebenarnya dari ayat yang
ke-177 surah al-Baqarah itu.
Menurut versi Depag, edisi 2002, terjemahan ayat ke-177 itu adalah sebagai berikut.
"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan
itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang
yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan
dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa." (al-Baqarah [2]: 177)
Dalam ayat di atas, maksud yang belum saya pamahi dengan benar adalah penjelasan tentang
pemberian harta yang disenangi oleh seseorang kepada (1) kerabat, (2) anak yatim, (3) orang-
orang miskin, (4) orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), (5) peminta-minta, dan (6)
untuk memerdekakan hamba sahaya.
Selama ini, pertanyaan yang sering menghinggapi saya adalah apakah dalam memberikan
(baca: menyedekahkan) harta yang kita senangi, kita boleh menentukan sendiri pihak yang
akan menerima harta kita: (misalnya) boleh diberikan kepada orang-orang miksin, meskipun
masih ada anak yatim atau kerabat yang fakir? ataukah kita memberikan harta sesuai dengan
skala prioritas sesuai urutan penyebutan pihak penerima sedekah di dalam ayat di atas:
(misalnya) sebaiknya kita tidak menyalurkan harta kita kepada anak yatim selama masih ada
kerabat yang membutuhkan?
Dari sejumlah referensi, terutama kitab-kitab tafsir, yang saya baca terkait dengan ayat di
atas, saya dapat mencatat dua hal yang patut kita perhatikan dalam mengeluarkan harta kita.
Pertama, harta yang kita keluarkan adalah harta yang kita senangi. Penjelasan ini juga
dikuatkan dengan firman Allah swt. di dalam surah Âli 'Imrân, ayat 92.
Kedua, kita memberikan harta kepada golongan yang disebutkan di dalam ayat tersebut
sesuai dengan prioritas yang disebutkan di dalam ayat tersebut. Prioritas yang dimaksud
adalah sesuai dengan urutan penyebutan golongan tersebut. Kerabat lebih prioritas daripada
anak yatim. Anak yatim lebih prioritas dari pada orang-orang miskin. Orang-orang miskin
lebih prioritas daripada musafir. Dan begitu seterusnya. Karena itu, jika kita hendak
menyedahkan harta kita, sejatinya kita merangkingkan golongan yang berhak menerima
sedekah yang disebutkan di dalam ayat tersebut sebagai berikut.
Dalam menyalurkan harta, jika memang terbatas, sebaiknya diberikan kepada pihak penerima
nomor satu terlebih dahulu, sebelum diberikan kepada pihak penerima nomor dua. Jangan
dilongkap! Jika di antara kerabat kita masih ada yang membutuhkan bantuan finansial dari
kita, kita harus lebih memerhatikan mereka. Mereka lebih berhak untuk mendapat perhatian
dan menerima bantuan kita, daripada pihak penerima sedekah yang lain. Hal itu karena kita
yang lebih bertanggung jawab untuk mengayomi kerabat dan atau keluarga kita daripada
orang lain.
Kita berdosa dan akan dituntut di hari Kiamat kelak, jika kita mengurangi hak-hak atau
kesejahteraan kerabat atau keluarga kita demi mengalokasikan harta untuk diberikan kepada
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dengan kedok hendak mengayomi. Mengayomi anak
yatim itu baik, tetapi mengayomi dengan cara seperti itu tidak benar: baik belum tentu benar!
Di sisi lain, memberikan harta kepada kerabat memiliki keistimewaan daripada memberikan
harta kepada selain kerabat. Rasulullah saw. menegaskan bahwa ketika seorang muslim
memberikan sedekah kepada orang miskin, sedekah yang ia berikan hanya bernilai sedekah,
tetapi jika ia memberikan sedekah kepada keluarga atau kerabatnya, selain ia mendapat
pahala sedekah, ia juga mendapat pahala menyambung silaturahmi (shadaqatuka 'alal-miskîn
shadaqatun, wa 'alâ dzawî rahimika shadaqatun wa shilatun). Begitu hadits riwayat Baihaqi.
Dalam konteks perusahaan, posisi karyawan dalam sebuah perusahaan, menurut hemat saya,
sama dengan posisi kerabat. Ketika perusahaan memiliki alokasi dana untuk disedekahkan,
seyogianya dana itu disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerima sesuai
prioritasnya. Sebelum diberikan kepada anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-
minta, harus dipastikan terlebih dahulu apakah para karyawan dari perusahaan tersebut sudah
tidak ada yang membutuhkan bantuan untuk menutupi kebutuhan primernya?
Mengukur karyawan yang membutuhkan bantuan atau tidak, salah satunya, dapat dilakukan
dengan memerhatikan gajinya. Sudahkah gaji yang ia terima mengantarkannya pada level
kehidupan nyaman, ataukah gaji yang ia terima tidak dapat membuatnya keluar dari level
mencari aman, atau bahkan mencari selamat.
Hemat saya, sebuah perusahaan sudah layak menyalurkan sedekahnya kepada nonkaryawan,
seperti anak yatim dan orang-orang miskin, jika para karyawannya sudah berada di level
nyaman, lebih-lebih jika sudah berada di level senang dan bahagia.
Jika kita menggarisbawahi hadits riwayat Baihaqi di atas, dapat kita analogikan bahwa jika
perusahaan memberikan sedekah kepada nonkaryawan, perusahaan hanya akan mendapatkan
pahala sedekah. Akan tetapi, jika perusahaan menyalurkan sedekahnya kepada karyawan,
perusahaan akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala bersedekah dan pahala
menjalin tali silaturahmi. Menjalin tali silaturami dapat diartikan, antara lain, dapat
menumbuhkan sense of belonging dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Semoga kita dihindarkan dari perilaku menyalurkan sedekah hanya demi mencari prestise,
sementara orang-orang yang sebenarnya lebih berhak untuk menerima sedekah kita masih
meraung-raung kelaparan. Amin.
SEDEKAH ITU BOLEH, TAPI TAHUKAH SAHABAT??? SUDAH
TEPATKAH KEPADA SIAPA BERSEDEKAH?? Bagikan
Alloh sudah menjanjikan bahwa sedekah pasti akan berbalas hingga 700 kali
lipat, meskipun kenyataannya bahkan sampai ribuan kali lipat. Alloh tak
mungkin ingkar janji, hanya saja dalam implementasinya ada yang seketika,
bertahap, atau ditunda. Banyak kisah tentang orang yang mendapatkan
balasan berlipat dari sedekah pada anak yatim. Karena itu banyak pula yang
memfokuskan bersedekah pada anak yatim. Tetapi ada juga orang yang tidak
mendapatkan balasan apa-apa walaupun dia sudah bersedekah pada anak
yatim dan berusaha bersedekah dengan hati yang ikhlas, dengan hati yang
positif. Akhirnya untuk menghibur diri, dia hanya berkata, "Mungkin
rezekiku ditunda, dan akan dibalas pada saat yang tepat."
Mungkin itu benar, tapi mungkin juga karena prosedur sedekahnya kurang
tepat. Karena sedekah pun sebenarnya ada urutannya.
Urutan tersebut disebutkan dalam Quran, tepatnya dalam surat Al Baqarah
ayat 215 yang artinya:
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja
harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan.” dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. “
Terlepas dari orang tua kita mampu atau tidak mampu, kita wajib
mendahulukan mereka ketika bersedekah, karena sedekah tidak selalu harus
dengan harta.
Ada kisah tentang orang yang pemurah, selalu bersedekah pada siapapun
yang membutuhkan pertolongannya, tapi ketika dia terjerat hutang, sedekah
tidak menolongnya. Ketika ditanya apakah dia suka memberikan uang pada
orang tuanya, ternyata jawabannya "tidak pernah".
Jadi bagi yang sedekahnya belum pernah berbalas, atau hutangnya belum
lunas-lunas, atau yang merasa rezekinya terus seret, tanyakanlah pada diri
sendiri, apakah kita suka memberi pada orang tua sendiri? Ataukah lebih
murah hati pada teman daripada orang tua sendiri? Atau merasa orang tua
kita tidak membutuhkan apa-apa lagi karena merasa mereka sudah hidup
berkecukupan?
Pastikan orang tua kita tidak kekurangan, barulah kita perluas ruang
lingkup sedekah kita pada prioritas berikutnya.
Semoga catatan ini menjadi sebuah referensi sahabat - sahabatku yang gemar
bersedekah...
Dan semoga Allah memuliakan mereka dengan balasan yg jauh lebih baik
menurut Allah...Amiin!!!
Sedekah yang Paling Utama
By Konsultasi Syariah -
Dec 5, 2012
19000
Share on Facebook
Tweet on Twitter
Sedekah
Sedekah semuanya baik, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan
nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau
sasaran sedekah. Di antara sedekah yang utama menurut Islam adalah sbb:
1. Sedekah Sirriyyah
Sedekah sirriyyah adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedekah ini
sangat utama karena lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat riya’. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
“Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)
Perlu diketahui, bahwa yang utama untuk disembunyikan adalah pada sedekah kepada fakir
dan miskin. Hal ini, karena ada banyak jenis sedekah yang mau tidak mau harus
ditampakkan, seperti membangun masjid, membangun sekolah, jembatan, membuat sumur,
membekali pasukan jihad dan sebagainya.
Di antara hikmah menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk menutupi aib
saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak
diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah dan bahwa
dia orang yang tidak punya. Hal ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam berbuat ihsan
kepada fakir-miskin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji sedekah
sirriyyah, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan yang
dinaungi Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat.
« ، ِلفَُلَن َكذَا: َوم قُ ْلت ِ َ َوَّلَ ت ُ ْم ِه ُل َحتهى إِذَا بَلَغ، ت َْخشَى ْالفَ ْق َر َوت َأ ْ ُم ُل ْال ِغنَى، ص ِحي ٌح ش َِحي ٌح
َ ُت ْال ُح ْلق َ َصدهقَ َوأ َ ْنت
َ َ أ َ ْن ت
َوقَدْ َكانَ ِلفَُلَن، » َو ِلفَُلَن َكذَا.
“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu
khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di
tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan
untuk fulan sekian.” Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari
keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.” (QS. Al Baqarah: 219)
“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang
yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari)
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan
mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)
Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah berkata, “Hendaknya seorang memilih untuk
bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan secukupnya untuk dirinya karena
khawatir terhadap fitnah fakir (kemiskinan). Sebab, boleh jadi dia akan menyesal atas apa
yang dia lakukan (dengan berinfak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak
pahala. Sedekah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Abu Bakar yang keluar dengan seluruh
hartanya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu persis kuatnya keyakinan Abu
Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Beliau khawatir terhadap selain Abu Bakar.
Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan
menanggung banyak utang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena
membayar utang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah
lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya
mengalah meskipun sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar dan
itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum muhajirin.”
Oleh karena itu, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua harta apabila
orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak berutang dan tidak ada orang
yang wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-syarat ini tidak ada, maka bersedekah ketika
itu adalah makruh.
5. Menafkahi anak-istri
“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk
memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar
yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)
Disebutkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat
indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan
bahwa Bairuha’ diserahkan kepada Beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak Beliau.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan agar ia membagikan bairuha’ kepada
kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan membagikannya untuk kerabat dan keponakannya (HR. Bukhari dan Muslim)
ِ الر ِح ِم اثْنَت
َان َ صدَقَةٌ َو ه
ِي َعلَى ذِي ه َ علَى ْال ِم ْس ِكي ِْن
َ ُصدَقَة ِ صدَقَةٌ َو
اَل ه: صلَة َ ٌُ
“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua
(kebaikan); sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan
Hakim, Shahihul Jami’ no. 3858)
Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah
memberikan nafkah kepada dua kelompok:
“Tetapi Dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang
mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan
pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang
miskin yang sangat fakir. (QS. Al Balad: 11-16)
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan.”
(HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami’ no. 1110)
Dalam suratAn Nisaa’ ayat 36 disebutkan perintah berbuat baik kepada tetangga, baik yang
dekat maupun yang jauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada Abu
Dzar:
َ طبَ ْختَ َم َرقَةً فَأ َ ْكثِ ْر َما َءهَا َوتَ َعا َهدْ ِج
« َيرانَك َ » يَا أَبَا ذَ ِّر ِإذَا.
“Wahai Abu Dzar! Jika kamu memasak sop, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah
sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)
Kedua hal di atas (no. 8 dan 9) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dinar yang paling utama adalah dinar yang dikeluarkan seseorang untuk menafkahi
keluarganya, dinar yang dikeluarkan untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah
dan dinar yang dikeluarkan kepada kawannya di jalan Allah.” (HR. Muslim)
َ َازيا ً فِى
س ِبي ِل ِ فغَ َ َو َم ْن َخل، َّللاِ فَقَدْ غَزَ ا َ َازيا ً فِى
س ِبي ِل ه ِ َّللاِ ِب َخيْر فَقَدْ غَزَ ا َم ْن َج ههزَ غ
ه
“Barang siapa mempersiapkan (membekali) orang yang berperang, maka sungguh ia telah
berperang. Barang siapa yang menanggung keluarga orang yang berperang, maka sungguh
ia telah berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun ia sudah
meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Termasuk sedekah jariyah adalah waqf, pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana
air bersih, menggali sumur, menanam pohon agar buahnya dapat dimanfaatkan banyak orang
dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.
Imam as-Suyuthiy membuatkan sya’ir menyebutkan hal-hal yang bermanfaat bagi seorang
sesudah meninggalnya:
لَ ْي ِه ِم ْن فِ َعال َغي ِْر َع ْشر َُاِذَا َماتَ ا ْبنُ ادَ َم َيجْ ِري ع
ِ إ ِل ْي ِه أَ ْو ِبن
َاء َم َح ِِّل ِذ ْكر ب َبنَاهُ يَأ ْ ِوى
ِ َوبَيْت ْل ْلغ َِر ْي
“Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;,
Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya
yang mengalir,
Mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan,
Menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau
membangun tempat ibadah.”
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
SHARE
Konsultasi Syariah
Sumber: https://konsultasisyariah.com/15174-sedekah-yang-paling-utama.html
Home → Sosial → 20 Manfaat Sedekah dalam Islam Bagi Kehidupan
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sepenggal seruan itu mengingatkan kita
betapa pentingnya untuk memberi. Jika kita tergolong orang yang mampu dengan memiliki
kedudukan, harta yang cukup banyak. Maka perlu sekiranya kita untuk bersedekah.
Memberikan sebagian harta kita kepada orang yang benar-benar membutuhkan.
Manfaat memeluk agama islam banyak mengenal konsep sosial yang memerintahkan
umatnya untuk saling tolong-tolong menolong antar manusia dalam kebaikan. Konsep zakat,
qurban, dan salah satunya adalah ibadah sedekah, yang selain mempererat hubungan dengan
Tuhan namun juga dengan sesama Manusia.
Perintah sedekah ini terdapat pada firman Allah dalam Alqur’an, surat An Nissa ayat 114:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali dari bisikan-bisikan
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat kebaikan atau mengadakan
perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar”.
Sedekah bukan hanya soal memberikan sebagian harta bagi yang membutuhkan, namun
manfaat sedekah lebih luas akan dirasakan pada orang yang melakukannya seperti berikut :
1. Memperkuat keimanan
Ibadah adalah sarana yang berarti suatu pengabdian yang dilakukan seorang hamba kepada
Tuhannya. Bersedekah di dalam agama adalah sebagai salah satu perintah bagi umat muslim.
Bersedekah dengan niat demi ibadah karena Allah, maka akan memupuk rasa keimanan kita
terhadap Allah. Hal ini seperti manfaat qurban yang mengajarkan berbagi kebahagiaan di hari
idul Adha.
Hal lain yang bisa dilakukan untuk memupuk rasa empati adalah dalam manfaat ilmu
sosiologi dalam kahidupan.
Khusus untuk bersedekah secara harta membuat kita harus berani mengurangi apa yang kita
punya untuk kebaikan orang lain. Hal ini baik agar kita tidak menjadi orang yang gila harta
yang tidak rela hartanya diberikan cuma-cuma untuk orang lain.
Sifat tersebut adalah tanaman nilai materialisme yang justru akan membuat kita hanya
memikirkan kebahagiaan duniawi semata. Oleh karena itu perlu adanya kebiasaan yang
menjaga kita terhindar dari nilai-nilai materialisme, dan dengan manfaat sedekah termasuk
salah satunya.
Manfaat sedekah turut mengingatkan kita bahwa apa yang kita punya adalah kenikmatan
yang tidak lepas dari izin tuhan. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur maka perlu membagi
kenikmatan yang kita punya kepada orang lain yang kurang beruntung.
Dalam islam rasa syukur ini juga terdapat dalam manfaat ayat kursi dalam ayat suci Alquran.
Bagi orang yang bersedekah dengan ikhlas maka tidak akan ada kekhawatiran baginya.
Manfaat berpikiran positif tentang sedekah ini, akan membuatnya berpikir bahwa apa yang
telah dilakukannya tersebut justru akan memberikan manfaat jangka panjang. Sehingga
secara bahasa jawanya, dia tidak akan merasa “eman” dan justru akan menganggap akan ada
hal yang baik yang akan diterima dirinya ketika melakukan kebaikan dengan bersedekah.
Ini adalah salah satu sifat buruk yang perlu dihindari. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan
juga makhluk sosial, tidak sepatutnya kita sombong dengan menganggap bahwa apa yang di
dapat adalah karena usahanya semata.
Perlu di ketahui nasib kita, entah baik atau buruk pastilah terikat dengan campur tangan
Tuhan dan sangat dimungkinkan ada campur tangan orang lain yang mempengaruhi. Oleh
sebab itu dengan manfaat sedekah akan mengingatkan kita untuk tidak memiliki sifat kikir.
Menariknya, dengan bersedekah ada efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan kita. Berbeda
dengan manfaat buah-buahan atau sayuran yang biasa dikonsumsi, menurut penelitian yang
dilakukan Prof. David M Clelland. Dia menemukan bahwa dengan melakukan sesuatu yang
positif untuk orang lain seperti bersedekah akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Manfaat ini tidak kalah menariknya, dengan bersedekah akan membuat kita lebih panjang
umur. Hal itu diperkuat oleh pendapat Dr Stephen Post yang di dalam bukunya menyebutkan
bahwa sifat dermawan cukup menyehatkan dan bisa memanjangkan umur kita.
Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Stephanie Brown pada tahun berasal dari University.
Penelitian tersebut melibatkan partisipan para manula, Penelitian tersebut menemukan bahwa
manula yang gemar bersedekah memiliki resiko lebih kecil untuk meningggal dalam rentan 5
tahun berikutnya dibandingkan dengan manula yang tidak pernah bersedekah.
Mempuk jiwa dermawan juga diajarkan dalam manfaat zakat sebagai ibadah wajib dalam
islam.
Hal itu di ungkap oleh James House dalam studinya ia menyimpulkan bahwa dengan
membantu orang lain dengan sepenuh hati akan meningkatkan kebugaran tubuh dan
meningkatkan angka harapan hidup.
Dengan bersedekah akan menghadirkan perasaan bahagia. Hal itu di ungkap oleh Elozabeth
Duun dalam risetnya, ia menemukan bahwa dengan membelanjakan harta di jalan kebaikan
untuk membantu orang lain akan mendorong produksi hormon-hormon kebahagiaan di dalam
otak kita.
Selain bersedekah, lakukan hal-hal yang disukai untuk mendapatkan kebahagiaan seperti
pada :
manfaat tertawa
manfaat meditasi
manfaat musik
Dalam bukunya, Allan Luks mengatakan bahwa dengan menolong orang lain akan
meringankan rasa sakit kita sendiri, serta mengurangi stress. Dengan memberikan bantuan
secara dengan rela akan meningkatkan produksi endrofin, hal itu baik untuk kesehatan jiwa
kita. Penelitain yang dilakukan Allan Luks melibatkan 3000 sukarelawan, dan 90%-nya
merasakan betul manfaat berbagi dengan orang lain.
Studi di Belgia yang melibatkan 466 pelajar. Mereka ditanya tentang seberapa sering berbagi
dengan orang lain dan kemudian di bandingkan dengan perilaku alturistik mereka. Hasilnya
Charlotte De Backer yang memimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa Mereka yang
sering berbagi memiliki sikap adil, dan tidak berani mengambil hak orang lain.
Hal itu menunjukkan bahwa dengan manfaat sedekah, akan mengingatkan kita mengenai
kewajiban kita sebagai makhluk sosial. Untuk bersikap adil kepada mereka yang
membutuhkan dengan memberikan bantuan sosial.
Hal ini akan sangat bermanfaat agar kita terhindar dari hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Studi yang dilakukan pada tahun 2006 menemukan bahwa orang yang suka menolong dan
memiliki motivasi untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain akan membuatnya memiliki
tekanan darah yang stabil.
Tentu jika kita bersedekah maka akan memberikan daya tambahan kepada orang yang
menerima bantuan kita. Dengan begitu beban masalah yang dimiliki akan berkurang. Hal ini
menjadi perlu menjadi perhatian kita karena kita berada pada satu lingkungan sosial yang
sama namun ada orang disekitar kita yang kurang beruntung dan perlu diangkat beban
penderitaannya.
sponsored links
Ketika kita memberikan bantuan kepada orang lain. Maka orang yang menerima tersebut
akan muncul harapan baru. Kepedulian yang kita berikan akan menjadi semangat tersendiri
bagi mereka untuk bisa menghadapi masalah dengan sikap optimis, karena kita membuat
mereka sadar bahwa masih ada orang-orang dermawan bersama mereka untuk membantu
meringankan beban hidup mereka.
Manfaat taat kepada Allah senantiasa akan membukakan jalan untuk membuat diri lebih baik
dari sebelumnya.
Kemiskinan, kelaparan, apapun kondisi kekurangan yang dialami seseorang sangat rentan
akan menimbulkan tindakan yang tercela. Ketidak berdayaan yang dialami membuat mereka
berpikir jalan praktis untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Oleh karena itu,
dengan membuat mereka tetap optimis menjalani hidup dengan bantuan dari kita, maka turut
mencegah mereka dari berbuat tindakan menyimpang.
Keimanan seseorang kadangkala juga luntur tatkala mereka diuji dengan kondisi kekurangan.
Sebagian dari mereka akan mengeluh kepada Tuhan yang dianggapnya tidak adil. Hal itu
justru akan berbahaya dan bisa menurunkan kadar keimanan mereka. Oleh karena itu manfaat
sedekah kepada orang yang menerimanya, maka akan membantu menjaga keimanan mereka
kepada Allah.
Jika kita membiasakan diri untuk menolong orang lain yang membutuhkan, dan mengajak
orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jika ini dilakukan oleh banyak orang, maka akan
muncul budaya saling tolong-menolong.
Dampak berikutnya bagi kondisi sosial masyarakat kita adalah akan terhindari dari kejahatan-
kejahatan yang dilakukan sebagian kalangan, yang dilandasi alasan ketidakmampuan
sehingga menuntut mereka untuk berbuat kriminal. Oleh karena itu, dengan membudayakan
manfaat sedekah akan mempengaruhi angka kriminalitas yang terjadi.
Dampak jangka panjang yang di dapat dari manfaat sedekah, dalam masyarakat kita adalah
jarak antara si kaya dan si miskin yang tidak lagi terlalu senjang. Artinya kesenjangan
ekonomi akan bisa di kurangi ketika kita membantu mengangkat kalangan bawah dan
mendukungnya untuk bisa memperbaiki nasib ekonomi mereka.
Fakta sedekah tidak hanya dilakukan oleh umat islam. Manfaat agama dalam ajaran lain
selain Islam pun, memiliki konsep ajaran untuk saling memberi. Fakta kongkritnya adalah
Bill gates, CEO microsoft ini dikenal sebagai orang yang sangat dermawan. Tahukah Anda
bahwa 50% dari penghasilan Bill gates disumbangkan untuk memperbaiki angka kemiskinan.
Advertisement
Dalil Sedekah
َّللاِ َو ََّل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت ه ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ س َ ِ ََّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين
َ ُوأ َ ْن ِفقُوا فِي
س ِبي ِل ه نُوا ۛ ِإ هن ه
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.
ُ س
َط َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون ُ َّللاُ يَ ْق ِب
ُ ض َويَ ْب ْ َ ضا ِعفَهُ لَهُ أ
َ ِض َعافًا َكث
يرة ً ۚ َو ه َ َّللاَ قَ ْرضًا َح
َ ُسنًا فَي ض ه ُ َم ْن ذَا الهذِي يُ ْق ِر
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
ۗ ف ِل َم ْن َيشَا ُء
ُ ضا ِع س ْنبُلَة ِمائَةُ َحبهة ۗ َو ه
َ َُّللاُ ي ُ سنَا ِب َل فِي ُك ِِّل ْ َّللاِ َك َمثَ ِل َحبهة أ َ ْن َبت
َ َت َس ْب َع َ َمث َ ُل ا هلذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي
س ِبي ِل ه
َو ه
َّللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
ٌ َّللا ث ُ هم ََّل يُ ْت ِبعُونَ َما أَ ْنفَقُوا َمنًّا َو ََّل أَذًى ۙ لَ ُه ْم أَجْ ُر ُه ْم ِع ْندَ َر ِبِّ ِه ْم َو ََّل خ َْو
َف َعلَ ْي ِه ْم َو ََّل ُه ْم َيحْ زَ نُون َ الهذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوا َل ُه ْم ِفي
ِ س ِبي ِل ه
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۖ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل ِ صدَقَاتِ ُك ْم ِب ْال َم ِِّن َو ْاِلَذَ ٰى كَالهذِي يُ ْن ِف ُق َما َلهُ ِرئ َا َء النه
اس َو ََّل يُؤْ ِمنُ ِب ه َ يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ََّل تُب ِْطلُوا
ََّللاُ ََّل َي ْهدِي ْالقَ ْو َم ْالكَا ِف ِرين َ يء ِم هما َك
سبُوا ۗ َو ه ْ ش َ ص ْلدًا ۖ ََّل َي ْقد ُِرونَ َعلَ ٰىَ ُصا َبهُ َوا ِب ٌل فَت ََر َكه َ َ ص ْف َوان َعلَ ْي ِه ت ُ َرابٌ فَأ َ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.
َ ِي ۖ َوإِ ْن ت ُ ْخفُوهَا َوتُؤْ تُوهَا ْالفُقَ َرا َء فَ ُه َو َخي ٌْر لَ ُك ْم ۚ َويُ َك ِفِّ ُر َع ْن ُك ْم ِم ْن
س ِِّيئَاتِ ُك ْم ۗ و َ ت فَنِ ِع هما ه ٌ َِّللاُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخب
ير َُإِ ْن ت ُ ْبد ُوا ال ه
ِ صدَقَا ه
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
َ َ س َرة ۚ َوأ َ ْن ت
صدهقُوا َخي ٌْر لَ ُك ْم ُ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َل ُمونَ ۖ َوإِ ْن َكانَ ذُو
َ عس َْرة فَن َِظ َرة ٌ إِلَ ٰى َم ْي
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.
ت ه
َِّللا َ اس ۚ َو َم ْن َي ْف َع ْل ٰذَلِكَ ا ْبتِغَا َء َم ْر
ِ ضا ْ صدَقَة أ َ ْو َم ْع ُروف أ َ ْو ِإ
ِ ص ََلح بَيْنَ النه َ ََّل َخي َْر فِي َك ِثير ِم ْن نَجْ َوا ُه ْم ِإ هَّل َم ْن أ َ َم َر ِب
ف نُؤْ تِي ِه أَجْ ًرا َع ِظي ًما َ َف
َ س ْو
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besa