UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM T.A
2020/2021
STUDY: ILMU FIQIH KELAS C JURUSAN ILMU EKONOMI
: PROF DR.MUKHTAR LUTFI,MPD
: ASYRAF
I.SEDEKAH
A. Pengertian Sedekah
Sedekah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya
imbalan dengan harapan mengharap ridha Allah SWT. Memberikan sedekah hukumnya
sunnah muakkad bagi orang yang mempunyai harta, hendaklah ia bersedekah dengan
hartanya. Seseorang yang mempunyai harta banyak, hendaknya lebih banyak dari orang yang
hartanya sedikit. Oleh karena itu dalam bersedekah diperlukan kesadaran yang tinggi.
Kesadaran yang tinggi itu hanya tumbuh pada diri seseorang yang bertaqwa kepada Allah SWT
serta mempunyai perasaan perikemanusiaan yang tinggi pula.
Sedekah itu tidak hanya dalam bentuk materi tetapi juga bisa dalam bentuk tindakan
contohnya tersenyum kepada sesama manusia untuk menghormatinya. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya:
“ Memberikan senyuman kepada saudaramu termasuk sedekah “ (H.R. Bukhari)
Allah SWT banyak memberikan tabsyir (kabar gembira) bagi orang yang gemar bersedekah. Di
antara kabar gembira itu adalah sedekah dapat menghapus dosa. Hal itu sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW berikut :
“ Sedekah itu menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api “ (H.R. Ibnu Majah)
Sedekah lebih utama diberikan kepada keluarga atau anak saudara terdekat sebelum
diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang betul-
betul membutuhkan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan,para Fuqaha berpendapat, barang yang disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
“ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan harta yang kamu cintai… “ ( Q.S. Ali Imran : 92)
Namun pahala sedekah akan lenyap apabila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang
telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam
surah Al-Baqarah ayat 264 :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima “ (Q.S Al-Baqarah : 264).
B.Syarat Sah Sedekah
1.Orang yang memberikan sedekah berakal sehat dan tidak dibawah perwakilan orang lain
2.Penerima sedekah adalah orang yang membutuhkan uluran tangan
3.Penerima sedekah adalah orang yang berhak memiliki,dalam artian jika masih dalam
Kandungan belum berhak menerima sedekah
4.Barang yang disedekahkan harus bermanfaat bagi penerimanya.
C. Rukun sedekah
1.Orang yang memberi,syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
membelanjakannya
2.Penerima atau orang yang diberi,syaratnya adalah berhak memiliki
3.Ijab dan Qabul;
Ijab yaitu pernyataan pemberian dari orang yang memberi
Qabul yaitu pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian
4.Barang yang diberikan
Berbeda dengan Sedekah, infaq bersifat sukarela. Sedangkan dengan zakat infaq juga
tidak sama sebab tidak mengenal nisab atau jumlah harta.
II.INFAQ
A.Pengertian Infaq
Melihat dari sudut katanya, Infaq berasal dari kata “anfaqo-yunfiqu” yang mempunyai arti
membelanjakan atau membiayai. Secara khusus infaq berarti pada saat dihubungkan dengan
usaha realisasi perintah-perintah Allah.
Pengertian infaq didalam KBBI adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non
zakat.sedangkan dilihat dari terminologinyainfaq artinya mengeluarkan sebagian
harta,pendapatan atau penghasilanuntuk suatu kepentingan yang diperintah oleh ajaran
islam.Infaqhanya berhubungan dengan atau dalam bentuk materi saja.Hukum infaq ada yang
wajib(zakat,nadzar) ada juga infaq sunnah,mubah dan bahkan haram.
C.Hukum Infaq
Dasar hukum infaq sudah diberikan dalam ekonomi syariah. Allah dalam banyak ayat dan
Rasulullah SAW dalam banyak hadits sudah memerintahkan umatnya untuk berinfaq
(membelanjakan) harta yang dimiliki.Allah juga sudah memberikan perintah supaya seseorang
membelanjakan harta untuk dirinya sendiri (dalam Q.S. At-Taghabun: 16) dan juga untuk
memberikan nafkah istri dan keluarga menurut kemampuannya (Q.S. Ath-Thalaq: 7).
Dalam membelanjakan harta tersebut hendaknya yang dibelanjakan adalah harta terbaik,
bukan yang buruk, khususnya dalam mengeluarkan infaq. (Q.S. Al-Baqarah :2) Infaq wajib bisa
dibedakan menjadi 11 salah satunya yang pertama; yaitu infaq atas diri sendiri, keluarga, dan
orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungan. Kedua zakat.Ketiga infaq didalam jihad.
Infaq sunnah adalah infaq yang dikeluarkan dalam rangka hubungan kekerabatan, membantu
teman, memberi makan orang yang lapar dan seluruh bentuk sedekah lainnya.
Infaq Mubah adalah seluruh infaq halal yang didalamnya tidak ada maksud mendekatkan diri
kepada Allah. Adapun dasar hukum infaq didalam Al-Qur’an antara lain: Yang artinya:
Katakanlah “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan
adalah manusia itu sangat kikir.”
Yang artinya:
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian.
Yang artinya:
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya
lah kamu dikembalikan.
Q.S Ali Imran 134
Yang artinya:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan”
Dari hal diatas, infaq tidak memiliki nisah seperti zakat. Infaq dikeluarkan bagi orang yang
beriman, baik yang memiliki penghasilan tinggi atau rendah. Apakah disaat lapang atau sempit.
Infaq Mubah
Adalah mengeluarkan harta untuk perkara mubah atau boleh seperti berdagang, bercocok
tanam.
Infaq Wajib
Penerapan dari infaq wajib adalah mengeluarkan harta untuk sesuatu yang wajib seperti:
*Membayar mahar (maskawin)
*Menafkahi istri
*Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam kondisi iddah
Infaq Haram
Adalah mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah seperti:
* Infaqnya orang kafir dalam menghalangi syiar Islam
*Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin namun tidak karena Allah.
Infaq Sunnah
Adalah mengeluarkan harta dengan niat sedekah, infaq jenis ini dibadi menjadi dua macam,
yaitu:
*Infaq untuk jihad
*Infaq kepada yang membutuhkan
E.Syarat-Syarat Infaq
Dalam infaq syarat-syaratnya antara lain yaitu:
1 .Ada penginfaq
2. Ada orang yang diberi infaq
3. Ada harta yang diinfaqkan
4. Ada Ijab ddan Qabul
D.Manfaat Infaq
Manfaat mengeluarkan infaq antara lain yaitu:
1. Sarana membersihkan jiwa
2. Sebagai perbuatan peduli sosial
3. Sarana untuk mendapatkan pertolongan dari sosial
4. Ungkapan rasa syukur kepada Allah
III. HIBAH
A. Pengertian Hibah
Hibah secara bahasa berarti pemberian. Sedangkan menurut istilah adalah
pemberian sesuatu kepada seseorang secara cuma, tanpa mengharapkan apa-apa
sebagai tanda kasih sayang. Jadi hibah adalah suatu pemberian yang dilakukan, baik
dalam lingkungan keluarga maupun dengan orang lain yang dilakukan ketika masih
hidup atau penghibah itu masih hidup. Adapun dalil yang berhubungan tentang masalah
hibah tersebut terdapat dalam Al-Qur'an, sebagaimana Firman Allah dalam surah surah
Al-Baqarah ayat 177 :
ِ ِين َوفِي الرِّ َقا
ب َ يل َوالسَّا ِئل َ َوآ َتى ْال َما َل َع َل ٰى ُح ِّب ِه َذ ِوي ْالقُرْ َب ٰى َو ْال َي َتا َم ٰى َو ْال َم َساك
ِ ِين َواب َْن الس َِّب
Artinya ;
"Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir, (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meinta dan (memerdekakan) hamba sahaya" (Q.S.Al-Baqarah Ayat ;177
B.Hukum Hibah
Hukum asal hibah adalah mubah (boleh). Tetapi berdasarkan kondisi dan peran si pemberi
dan si penerima hibah bisa menjadi wajib, haram dan mubah. Sebagaimana Rasulullah saw
telah bersabda dari Abi Huraerah ra :
Artinya :
"Diriwayatkan dari Abi Huraerah r.a, bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Saling saling
memberi hadiahlah diantara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai" (H.R.Baihaqi)
Adapun contoh hibah yang hukumnya bisa menjadi wajib, haram dan makruh adalah sebagai
berikut :
a. Hibah Wajib
Hibah wajib adalah hibah suami kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan
kemampuannya
b. Hibah Haram
Hibah menjadi haram manakala yang diberikan berupa barang haram, misalnya minuman
keras, dan lain sebagainya. Hibah juga haram apabila diminta kembali, kecuali hibah yang
diberikan orang tua kepada anaknya tapi bukan sebaliknya.
c. Hibah Makruh
Hibah tersebut bisa menjadi makruh hukumnya apabila dalam pemberian hibah tersebut
mengibahkan sesuatu dengan imbalan sesuatu yang baik, baik berimbang maupun lebih,
hukumnya adalah makruh.
3. Mauhub
Mauhub adalah adalah barang yang dihibahkan dan syaratnya sebagai berikut :
4. Ijab Qabul
Ijab Qabul adalah penyerahan, misalnya si penerima menyatakan " Saya hibahkan
atau kuberikan tanah ini kepadamu" lalu si penerima menjawab :"Ya saya terima
pemberian saudara"
D.Macam-Macam Hibah
Hibah terdiri dari beberapa macam yaitu :
1. Hibah barang, yaitu memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang
mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang
pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun. Misalnya menghibahkan
rumah, sepeda motor, baju, dan lain sebagainya
2. Hibah Manfaat, Yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar dimanfaatkan
harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap
menjadi milik pemberi hibah, dengan kata lain dalam hibah manfaat itu si
penerima hibah hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat ini
terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (hibah
al'umra). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman ('ariyah) karena
setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus
dikembalikan.
E.Mencabut Hibah
Dalam proses pencabutan hibah, maka jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut
hibah itu adalah hukumnya haram, kecuali hibah orang tua terhadap anaknya, sesuai
dengan sabda nabi :
Artinya :
"Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang atau menghibahkannya
kemudian ia tarik kembali, kecuali (pemberian atau hibah ) seorang bapak kepada
anaknya". (H.R.Abu Daud)
Dihadits lain dikatakan :
Artinya :
"Orang yang menarik kembali hibahnya, sebagaimna anjing yang muntah lalu
dimakannya kembali muntahnya itu" (HR.Bukhari dan Muslim)
Hibahnya orang tua terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut
itu demi menjaga kemaslahatan anaknya
Bila dirasa ada unsur ketidakadilan diantara anak-anaknya yang menerima hiba
Apabila dengan adanya hibah itu, ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan
fitnah dari fihak lain
a. Pemberian kepada orang yang sakit atau hampir meninggal hukummnya sama seperti
wasiat,yaitu penerima harus bukan ahli warisnya dan jumlahnya tidak lebih dari sepertiga
harta.Jika hibah itu jumlahnya lebih dari sepertiga harta maka yang dapat diberikan kepada
penerima hibah (harus bukan ahli waris) hanya sepertiga harta.
b. Penguasaan orang tua atas hibah anaknya
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai barang yang dihibahkan
kepada anaknyayang masih kecil dan masih dalam perwaliannya atau kepada anak yang sudah
dewasa,tetapi lemah akalnya.Pendapat inididasarkan pasa kebolehan meminta kembali hibah
seseorang kepada anaknya.
G. Hikmah Hibah
IV. WASIAT
A.Pengertian Wasiat
Wasiat adalah suatu pesan tentang kebaikan yang akan dilaksanakan setalah orang yang
berwasiat itu meinggal dunia. Wasiat hanya akan ditujukan atau disampaikan kepada orang
yang tidak termasuk golongan ahli waris. Jika diberikan kepada ahli waris, maka wasiatnya itu
tidak sah kecuali semua ahli waris yang lebih berhak menerima warisan itu ridha dan rela
memberikan kepadanya setelah orang yang berwasiat itu meninggal dunia. Sabda Nabi SAW.
ً
ث ِ هللا َق ْد اَعْ َطى ُك َّل ذِى َح ّق َح َّق ُه َفال َوصِ َّي َة ل َِو
ِ ار َ ّ اِن: م يقول. سمعت رسول هللا ص:عن ابي امامة قال
Artinya: “Dari Abi Umamah beliau berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menentukan hak tia-tiap ahli waris maka dengan ketentuan itu tidak
ada wasiat lagi bagi seorang ahli waris.”
C. Rukun Wasiat
1. Orang yang berwasiat
2. Sesuatu yang diwasiatkan
3. Yang menerima wasiat
4. Lafadz wasiat
Hukum Wasiat
Adapun hukum wasiat adalah sunnah. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwa
sesudah menetapkan beberapa ketentuan dalam pembagian harta warisan kemudian Allah
SWT menjelaskan pula bahwa pembagian harta warisan hendaknya dilaksanakan setelah
diselesaikan wasiat dari orang yang meninggal.
Wasiat yang diterima dalam Islam adalah wasiat yang disampaikan secara lisan dua hari
sebelum orang yang berwasiat itu meninggal dunia, dan jika wasiat itu lebih dari dua hari,
hendaknya dibuat secara tertulis. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, maka hendaknya
ketika berwasiat disaksikan minimal dua orang saksi yang adil.
D. Hikmah Wasiat
Wasiat adalah salah satu ajaran dalam Islam, yang pelaksanaan penyelesainnya harus
dilakukan sebelum pembagian harta pusaka. Adapun hikmah wasiat diantaranya adalah
1. Menunjukkan ungkapan terimakasih dan balas budi orang yang berwasiat kepada seseorang
yang dianggap berjasa dalam membantu menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan
si almarhum semasa hidupnya.
2. Menambah kebaikan untuk keluarga yang meninggal dan orang yang meninggal tersebut.
3. Membesarkan jiwa serta melegakkan hati orang yang mendapat wasiat sehingga dengan
wasiat tersebut seseorang dapat membebaskan perasaannya yang negatif, seperti rendah diri,
dan lain sebagainya.
4. Mendukung kelangsungan program orang yang berwasiat sehingga dapat dilanjutkan dengan
baik oleh orang yang diberi wasiat.
5. Mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat karena terwujudnya ketertiban
dan kedamaian keluarga.