a. Sebab pernikahan
Suami memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri,baik berupa makanan,pakaian, tempat
tinggal, maupun perabot rumah tangga lain.Nafkah seorang istri harus sesuai ketaatannya.oleh karena
itu,hendaknya masing-masing menunaikan kewajibannya dengan cara yang baik
b. Sebab keturunan
Ayah ataupun ibu memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya yang masih kecil
atau sudah besar, tetapi memiliki keterbatasan.Begitu pula anak wajib memberi nafkah kepada orang tua
yang sudah tidak kuat lagi untuk mencari nafkah dan tidak memiliki harta.
c. Sebab kepemilikan
Majikan wajib memberikan nafkah kepada orang-orang yang bekerja untuknya jangan sampai ia
memberikan beban melebihi kemampuan mereka.
D.TUJUAN DAN HIKMAH NAFAQAH
Tujuan nafkah menjaga kemaslahatan bersama,baik pada
diri sendiri maupun orang yang menjadi
tanggungan.pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi
merupakan hal yang wajib untuk menjaga kelangsungan
hidup seseorang.
2. SEDEKAH
1. DEFINISI
Kata sedekah berasal bahasa Arab yaitu artinya pemberian seorang muslim kepada orang
lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah
termasuk salah satu ibadah maliyah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan harta benda
seorang hamba. Namun pengertian secara luas makna sedekah lebih dari zakat maupun
infak. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta dapat berupa
bantuan jasa dan pertolongan.
Hukum bersedekah adalah sunah muakad berdasarkan firman Allah Swt., "... Kebaikan apa
pun yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak
akan dizalimi." (Q.S. al-Baqarah (2): 272)
B. PELAKSANAAN SEDEKAH
Secara etimologi hibah berasal dari kata wahaba – yahabu – hibatan, berarti memberi atau
pemberian (athiyah), sedangkan menurut terminologi hibah yaitu "Akad yang menjadikan
kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela."
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Ibnu Muhammad al-Husaini
dalam kitab Kifayat al-Akhyar bahwa hibah yaitu Pemilikan tanpa penggantian. Sedangkan
jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
Artinya: Akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela .
Di dalam syara' sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia
hidup, tanpa adanya imbalan, (harta yang diberikan kepada seseorang lembaga
yang tidak ada hubungan apa-apa atau ahli waris yang mempunyai nilai manfa’at
dan dilaksanakan ketika hidup).
4. HADIAH
1. Pengertian hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud
untuk memuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW
menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah.
Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling
menghormati antara sesama.
Rasulullah saw. bersabda : "Hendaklah kalian saling memberikan
hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi". (HR. Abu Ya'la)
B. Hukum hadiah
Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun shadaqah, yaitu :
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang berhak
mentasyarrufkannya (memanfaatkannya).
b) Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki.
c) Ijab dan qabul.
d) Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.
1. Persamaan
a) Sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT. yang diwujudkan dengan memberi
sebagian harta kepada orang lain.
b) Dapat menciptakan rasa kasih sayang, kekeluargaan dan persaudaraan yang lebih intim
antara pemberi dan penerima
2. Perbedaan
a) Shadaqah diberikan oleh seseorang atas dasar untuk mencari ridha Allah semata.
b) Hibah diberikan kepada seseorang atas dasar rasa kasih sayang, iba atau ingin
mempererat tali silaturrahim.
c) Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah
dicapai.
d) Hukum asal shadaqah adalah sunnah sementara hibah dan hadiah adalah mubah.
5 . WA K A F
A. Definisi dan Dalil Wakaf
a. Wakaf ahlay atau zurri (wakaf khusus), yaitu wakaf khusus yang
diperuntukan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan
krluarga atau tidak.
b. Wakaf khairy (wakaf untuk umum), yaitu wakaf yang sejak semula
diperuntukan bagi kemaslahatan atau kepentingan umum, sekalipun dalam
jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk membangun
masjid, sekolah, dan rumah sakit.
E. Perubahan Barang Wakaf
Menurut imam syafi'i, menjual dan mengganti barang wakaf dalam keadaan apa pun dan
dengan alasan apa pun hukumnya tidak boleh, bahkan terhadap wakaf khusus sekalipun,
seperti wakaf untuk keturunannya sendiri. Sementara imam Maliki dan imam Hanafi
memperbolehkan mengganti semua barang wakaf, kecuali masjid.
Penggantinya semua bentuk barang wakaf berlaku, baik untuk wakaf ahly maupun wakaf
khairy dengan syarat sebagai berikut.
a. Apabila pewakaf mensyaratkan(dapat dijual dan digantikan dengan yang lain) pada waktu
berlangsungnya akad wakaf.
b. Apabila harta wakaf tidak lagi bermanfaat.
c. Apabila penggantinya berupa barang yang lebih bermanfaat dan menguntungkan.
d. Agar harta yang di wakafkan lebih berdaya guna dengan digantikan barang lain.
SEKIAN DARI PRESENTASI
KAMI, ADA YANG INGIN
DITANYAKAN?