Anda di halaman 1dari 19

BAB 4 : KETENTUAN NAFAQAH,

SHADAQAH, HIBAH, HADIAH,


DAN WAKAF
POWER POINT BY. KELOMPOK 4 :
• ANGGUN
• ELFRANI NISRINA KHANSA
• MUHAMMAD SAFRIEL
• NURSINTA
• NURCAHAYA WATI
• RAAKHA ABIAN
• N A FA Q A H
A. PENGERTIAN
Nafaqah atau nafkah adalah segala bentuk perbelanjaan seseorang terhadap dirinya dan
orang yang menjadi tanggungannya berupa kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian,
dan tempat tinggal.
Hukum memenuhi nafkah kepada orang yang menjadi tanggungan adalah wajib
berdasarkan Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad Saw.
Adapun dalil hadis nabi Muhammad Saw, beliau bersabda "Sedekah yang paling utama
adalah sedekah yang meninggalkan pelakunya dalam kecukupan. Tangan yang diatas
lebih baik daripada tangan yang dibawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu.
B. MACAM MACAM NAFAQAH

a. Nafkah terhadap diri sendiri


Nabi Muhammad Saw.bersabda bahwa seseorang harus mendahulukan nafkah terhadap
diri sendiri sebelum kepada orang lain.Dalam sebuah riwayat disebutkan "mulailah
menafkahi dirimu sendiri jika tersisa,maka untuk anggota keluargamu,jika tersisa,maka
untuk kerabat dekatmu.

b. Nafkah terhadap orang lain


Kewajiban memberi nafkah kepada orang lain menurut ahli fikih ada tiga macam yaitu:
1.hubungan pernikahan
2.hubungan keturunan
3.hubungan kepemilikan
C. SEBAB SEBAB KEWAJIBAN NAFAQAH

a. Sebab pernikahan
Suami memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri,baik berupa makanan,pakaian, tempat
tinggal, maupun perabot rumah tangga lain.Nafkah seorang istri harus sesuai ketaatannya.oleh karena
itu,hendaknya masing-masing menunaikan kewajibannya dengan cara yang baik

b. Sebab keturunan
Ayah ataupun ibu memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya yang masih kecil
atau sudah besar, tetapi memiliki keterbatasan.Begitu pula anak wajib memberi nafkah kepada orang tua
yang sudah tidak kuat lagi untuk mencari nafkah dan tidak memiliki harta.

c. Sebab kepemilikan
Majikan wajib memberikan nafkah kepada orang-orang yang bekerja untuknya jangan sampai ia
memberikan beban melebihi kemampuan mereka.
D.TUJUAN DAN HIKMAH NAFAQAH
Tujuan nafkah menjaga kemaslahatan bersama,baik pada
diri sendiri maupun orang yang menjadi
tanggungan.pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi
merupakan hal yang wajib untuk menjaga kelangsungan
hidup seseorang.
2. SEDEKAH
1. DEFINISI
Kata sedekah berasal bahasa Arab yaitu artinya pemberian seorang muslim kepada orang
lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah
termasuk salah satu ibadah maliyah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan harta benda
seorang hamba. Namun pengertian secara luas makna sedekah lebih dari zakat maupun
infak. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta dapat berupa
bantuan jasa dan pertolongan.

Hukum bersedekah adalah sunah muakad berdasarkan firman Allah Swt., "... Kebaikan apa
pun yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak
akan dizalimi." (Q.S. al-Baqarah (2): 272)
B. PELAKSANAAN SEDEKAH

a. Diberikan secara sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan, dan


tidak dipamerkan.
b. Sedekah dapat diberikan setiap saat, yang terbaik adalah di bulan
Ramadhan,
c. Jumlahnya tidak dibatasi, melainkan sebanyak-banyaknya.
d. Diutamakan kepada orang yang sangat membutuhkan, misal fakir
dan miskin.
e. Bersedekah dengan barang yang halal.
f. Bersedekah hendaknya diutamakan kepada keluarga dekat yang
membutuhkan.
3. HIBAH
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang dilakukan
ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu penghibah masih
hidup juga.

Secara etimologi hibah berasal dari kata wahaba – yahabu – hibatan, berarti memberi atau
pemberian (athiyah), sedangkan menurut terminologi hibah yaitu "Akad yang menjadikan
kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela."

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Ibnu Muhammad al-Husaini
dalam kitab Kifayat al-Akhyar bahwa hibah yaitu Pemilikan tanpa penggantian. Sedangkan
jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
Artinya: Akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela .

Di dalam syara' sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia
hidup, tanpa adanya imbalan, (harta yang diberikan kepada seseorang lembaga
yang tidak ada hubungan apa-apa atau ahli waris yang mempunyai nilai manfa’at
dan dilaksanakan ketika hidup).
4. HADIAH
1. Pengertian hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud
untuk memuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW
menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah.
Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling
menghormati antara sesama.
Rasulullah saw. bersabda : "Hendaklah kalian saling memberikan
hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi". (HR. Abu Ya'la)
B. Hukum hadiah

Hukum hadiah adalah mubah. Nabi sendiri juga sering


menerima dan memberi hadiah kepada sesama muslim,
sebagaimana sabdanya: "Rasulullah saw menerima hadiah
dan beliau selalu membalasnya". (HR. AI Bazzar)
C. Rukun hadiah

Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun shadaqah, yaitu :
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang berhak
mentasyarrufkannya (memanfaatkannya).
b) Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki.
c) Ijab dan qabul.
d) Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.

D. Hikmah dan manfaat hadiah


a) Akan mendidik seseorang untuk selalu menepati janji.
b) Akan mendorong seseorang untuk berprestasi.
c) Akan terhindar dari sifat iri dan dengki.
E. Perbedaan dan Persamaan Shadaqah, Hibah dan Hadiah

1. Persamaan
a) Sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT. yang diwujudkan dengan memberi
sebagian harta kepada orang lain.
b) Dapat menciptakan rasa kasih sayang, kekeluargaan dan persaudaraan yang lebih intim
antara pemberi dan penerima

2. Perbedaan
a) Shadaqah diberikan oleh seseorang atas dasar untuk mencari ridha Allah semata.
b) Hibah diberikan kepada seseorang atas dasar rasa kasih sayang, iba atau ingin
mempererat tali silaturrahim.
c) Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah
dicapai.
d) Hukum asal shadaqah adalah sunnah sementara hibah dan hadiah adalah mubah.
5 . WA K A F
A. Definisi dan Dalil Wakaf

Wakaf berasal dari kata waqata yang artinya berhenti. Secara


istilah wakaf adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya
tanpa digunakan, untuk kebaikan. Wakaf berdasarkan Undang-Udang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf adalah perbuatan hukum
wakifuntuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk kepenzingan umum. Harta wakaf tidak boleh di perjual
belikan, diwariskan, atau dihadiahkan kepada orang lain.
B. Rukun dan Syarat Wakaf

a. Orang yang mewakafkan( wakif )


b. Harta yang diwakafkan( mauquf )
c. Penerima wakaf( mauquf'alaih )
d. Pernyataan wakaf( sighat )
e. Saksi
C. Pengelolaan Wakaf

Orang-orang yng mengelola wakaf disebut nazir. Nazir hendaknya


berakal sehat; cukup umur(dewasa); cakap dalam ilmu administrasi; dapat
dipercaya; dan profesional.
Badan pengelola wakaf berhak mendapat imbalan jasa dari harta wakaf itu
sendiri. Hal ini didasarkan dari sabda Nabi Muhamad saw. yang artinya, "
dan tidak ada halngan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan
sebagian darinya dengan cara yang makruf ,"
D. Macam-Macam Wakaf

a. Wakaf ahlay atau zurri (wakaf khusus), yaitu wakaf khusus yang
diperuntukan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan
krluarga atau tidak.

b. Wakaf khairy (wakaf untuk umum), yaitu wakaf yang sejak semula
diperuntukan bagi kemaslahatan atau kepentingan umum, sekalipun dalam
jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk membangun
masjid, sekolah, dan rumah sakit.
E. Perubahan Barang Wakaf

Menurut imam syafi'i, menjual dan mengganti barang wakaf dalam keadaan apa pun dan
dengan alasan apa pun hukumnya tidak boleh, bahkan terhadap wakaf khusus sekalipun,
seperti wakaf untuk keturunannya sendiri. Sementara imam Maliki dan imam Hanafi
memperbolehkan mengganti semua barang wakaf, kecuali masjid.
Penggantinya semua bentuk barang wakaf berlaku, baik untuk wakaf ahly maupun wakaf
khairy dengan syarat sebagai berikut.

a. Apabila pewakaf mensyaratkan(dapat dijual dan digantikan dengan yang lain) pada waktu
berlangsungnya akad wakaf.
b. Apabila harta wakaf tidak lagi bermanfaat.
c. Apabila penggantinya berupa barang yang lebih bermanfaat dan menguntungkan.
d. Agar harta yang di wakafkan lebih berdaya guna dengan digantikan barang lain.
SEKIAN DARI PRESENTASI
KAMI, ADA YANG INGIN
DITANYAKAN?

Anda mungkin juga menyukai